Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Vagina Kering, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Vagina Kering, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, pernahkah Anda mengalami kondisi vagina kering? Kondisi ini terjadi saat organ intim tersebut kehilangan kelembapan atau pelumas alaminya.

Kekeringan vagina merupakan masalah umum, tapi banyak orang yang tidak menyadarinya, sehingga mereka tidak mencari pertolongan. Namun, jika dibiarkan, hal tersebut bisa menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seks dan berkontribusi pada hilangnya hasrat seksual.

Penyebab vagina kering

Vagina kering merupakan gejala umum yang sering terjadi setelah menopause. Akan tetapi, kondisi ini bisa juga terjadi pada usia berapa pun dan karena berbagai alasan. Melansir National Center for Biotechnology Information, 17% wanita usia 17-50 tahun mengalami masalah dengan hubungan intim dan seks terasa menyakitkan karena kekeringan vagina.

Berdasarkan American Congress of Obstetricians and Gynecologists, kekeringan vagina umumnya disebabkan oleh kadar estrogen yang rendah selama masa menopause, pramenopause, setelah melahirkan, atau selama masa menyusui. Estrogen sendiri adalah hormon yang membuat lapisan vagina tetap terlumasi, tebal, dan elastis.

Melansir Healthline, vagina kering juga bisa disebabkan oleh depresi, stres berlebihan, gangguan sistem kekebalan tubuh seperti sindrom Sjogren, konsumsi obat-obatan tertentu yang berefek kepada penurunan lubrikasi vagina, perawatan kanker seperti kemoterapi atau radiasi, douching atau proses membersihkan vagina dengan cairan kimia khusus, serta kebiasaan merokok.

Gejala vagina kering

Saat mengalami vagina kering, Anda akan merasakan nyeri atau sakit saat berhubungan seks. Bukan hanya itu, Anda juga mungkin akan merasakan sakit saat duduk, berdiri, beraktivitas atau bekerja, berolahraga, bahkan buang air kecil. Jadi, bisa dibilang kondisi ini akan mengganggu Anda yang aktif secara seksual maupun tidak.

Dikutip dari Hello sehat, perubahan juga terjadi pada penampilan vagina dan vulva. Bibir vagina akan terlihat lebih tipis. Anda mungkin juga akan mengalami iritasi dan rasa panas. Untuk itu, jika Anda mengalami rasa panas, gatal, dan tak nyaman di area vagina, sebaiknya Anda segera mengunjungi dokter.

Biasanya dokter akan melakukan tes panggul, mengecek vagina untuk memastikan ada kemerahan atau tidak. Tes ini akan membantu Anda menemukan penyebabnya atau kemungkinan infeksi seperti infeksi saluran kencing.

Cara mengatasi vagina kering

Seperti sudah disebutkan di atas, selain menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seks, vagina kering juga bisa bikin Anda merasa tidak nyaman saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya dan meningkatkan risiko infeksi vagina. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi vagina kering.

1. Memakai pelumas alami

Minyak alami seperti minyak biji anggur, zaitun, sayuran, bunga matahari, atau minyak kelapa bisa menjadi bahan yang aman untuk mengatasi kekeringan pada vagina. Minyak alami harus digunakan sebagai pelumas eksternal sebelum berhubungan seks.

2. Memberikan pelembap vagina

Pelembap vagina biasanya mengandung hyaluronic acid dan diformulasikan untuk memungkinkan jaringan vagina mempertahankan kelembapan dengan lebih efektif. Pelembap dioleskan ke dalam vagina (sebagai gel atau supositoria) kira-kira 3 kali seminggu untuk memungkinkan efek pelembap terus-menerus.

3. Mengoleskan krim estrogen vagina

Estrogen vagina adalah salah satu pilihan pengobatan paling efektif untuk kekeringan vagina. Dosis estrogen yang sangat rendah bisa digunakan untuk mengatasi kekeringan pada vagina, salah satunya dalam bentuk krim vagina. Krim estrogen biasanya sudah dilengkapi dengan aplikator yang nantinya akan dimasukan ke dalam vagina. Krim vagina memiliki manfaat melapisi jaringan vagina. Krim biasanya dimasukkan setiap hari selama 2 minggu dan setelah itu digunakan 2 kali seminggu.

4. Memakai tablet estrogen vagina

Jenis lainnya dari estrogen vagina berbentuk tablet. Tablet kecil ini juga dimasukkan ke dalam vagina. Tablet dikemas dalam aplikator sekali pakai. Untuk penggunaannya pun masih sama dengan krim estrogen vagina, yaitu dimasukkan setiap hari selama 2 minggu dan kemudian 2 kali seminggu setelah itu. Beberapa orang merasa tidak nyaman untuk memasukkan aplikator pada awalnya, apalagi saat mengalami kekeringan vagina.

5. Menggunakan cincin estrogen vagina

Jenis lainnya dari estrogen vagina berbentuk cincin. Cincin estrogen vagina adalah cincin plastik fleksibel yang selalu dipakai di dalam vagina. Anda perlu menggantinya dengan cincin baru setiap 3 bulan sekali. Cincin tidak perlu dilepas saat berhubungan seks atau mandi. Namun, cincin estrogen yang digunakan untuk mengobati kekeringan vagina tidak boleh disamakan dengan cincin vagina pengganti estrogen yang biasanya dipakai untuk terapi menopause.

6. Mengonsumsi ospemifene

Ospemifene adalah obat resep yang mirip dengan estrogen tapi bukan estrogen. Di jaringan vagina, ia bertindak mirip dengan estrogen. Obat ini berbentuk pil dan diresepkan untuk orang yang tidak mau menggunakan krim, tablet, maupun cincin estrogen vagina. Ospemifene bisa menyebabkan efek samping dan meningkatkan risiko pembekuan darah atau kanker rahim. Mengutip UpToDate, studi ospemifene jangka panjang diperlukan untuk mengevaluasi risiko komplikasi ini. Obat ini belum diuji pada orang yang pernah menderita kanker payudara atau berisiko tinggi terkena kanker payudara.

6. Melakukan perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup juga bisa Anda lakukan untuk mengatasi gangguan vagina kering, seperti mengonsumsi makanan yang bernutrisi, minum cukup air agar tubuh terhindar dari dehidrasi yang bisa menyebabkan vagina kering, dan menghindari membersihkan area vagina dengan produk perawatan vagina yang dapat membuat iritasi

Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter agar dokter bisa melakukan pemeriksaan dan memberikan penanganan yang tepat sesuai penyebab vagina kering yang Anda alami. (M&B/Talitha Putik Arawanda/SW/Foto: Freepik)