Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Rasanya yang gurih serta sensasi garing dan kriuknya gorengan membuat makanan yang satu ini sulit untuk ditolak, ya kan, Moms? Tidak hanya orang dewasa, bayi dan balita pun ternyata menyukai jenis makanan yang satu ini.
Seperti yang diunggah pemilik akun TikTok @sittifatimah45 beberapa waktu lalu yang memperlihatkan betapa sang buah hati makan tahu goreng dengan lahap. Di dalam video itu disebutkan bahwa bayi berusia sekitar 9 bulan itu memang senang makan gorengan. Bahkan ketika tahu gorengnya diambil, anak tersebut langsung merengek.
Ketahui batasan gorengan untuk anak
Lantas apakah bayi dan balita memang sudah boleh makan gorengan? Sesungguhnya, tak ada larangan khusus buat bayi dan balita untuk mengonsumsi makanan yang digoreng. Hanya, Moms perlu mengetahui batasan asupan makanan yang digoreng untuk Si Kecil.
Seperti dilansir dari akun Instagram @official.primaku, takaran minyak yang dikonsumsi per hari adalah sebagai berikut:
- 6-8 bulan: Umumnya memerlukan 200 kkal MPASI, yang mana 60-80 kkal berasal dari lemak. 60-80 kkal setara dengan 6-10 ml lemak atau minyak.
- 9-12 bulan: Umumnya memerlukan 300 kkal MPASI, yang mana 90-120 kkal berasal dari lemak. 90-120 kkal kurang lebih setara dengan 9-12 ml lemak atau minyak.
- 1-2 tahun: Umumnya memerlukan 550 kkal MPASI, yang mana 165-220 kkal berasal dari lemak. 165-220 kkal kurang lebih setara dengan 16,5-22 ml lemak atau minyak.
Risiko terlalu banyak makan gorengan
Meski bayi masih membutuhkan asupan lemak, mengonsumsi terlalu banyak gorengan atau makanan yang digoreng bisa berakibat buruk bagi kondisi kesehatannya. Seperti halnya orang dewasa, bayi atau anak-anak yang terlalu sering makan gorengan bisa mengalami:
1. Kelebihan berat badan
Makanan yang digoreng akan menyerap lemak dari minyak, sehingga kalorinya jadi lebih tinggi. Selain itu, kandungan lemak trans dalam makanan yang digoreng juga punya efek dalam penambahan berat badan. Lemak ini diketahui bisa memengaruhi kerja hormon yang dapat meningkatkan nafsu makan dan menambah penyimpanan lemak.
2. Meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
Seperti telah disebutkan di atas, gorengan bisa membuat orang yang mengonsumsinya mengalami obesitas. Nah, obesitas adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung.
Sementara itu, minyak goreng juga mengandung banyak lemak jenuh dan lemak trans yang diketahui bisa meningkatkan kadar kolesterol darah. Peningkatan kolesterol ini bisa menjadi sumber berbagai penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, serangan jantung, serta stroke.
3. Meningkatkan risiko diabetes tipe 2
Terlalu banyak lemak dalam makanan tidak hanya bisa memicu penambahan berat badan, melainkan juga meningkatkan risiko terjadinya diabetes tipe 2. Kondisi ini tidak hanya dapat dialami orang dewasa, tapi juga bayi dan anak-anak.
4. Memperbesar risiko kanker
Bahaya ini muncul karena zat akrilamida yang terbentuk selama proses memasak dengan suhu tinggi, seperti menggoreng. Jika terlalu banyak dan terlalu sering dikonsumsi, zat ini diduga bisa menyebabkan munculnya beberapa jenis kanker, seperti kanker ovarium.
Boleh makan gorengan, asalkan…
Jika Moms ingin memberikan gorengan atau makanan yang digoreng kepada Si Kecil, harap memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Pastikan anak sudah bisa mengunyah dengan baik. Sering kali gorengan, terutama yang dibeli dari penjual di pinggir jalan, memiliki tekstur agak keras sehingga sulit digigit. Bukan tak mungkin, hal ini bisa meningkatkan risiko tersedak pada anak yang masih kecil.
2. Moms disarankan untuk membuat gorengan sendiri dengan menggunakan minyak yang baru dipakai dan bersih.
3. Sebelum disajikan, tiriskan minyak. Moms juga bisa menggunakan tisu dapur guna menyerap kelebihan minyak pada makanan yang digoreng.
4. Hindari terlalu sering memberikan gorengan kepada anak. Biasakan Si Kecil mengonsumsi makanan sehat sebagai camilan, seperti buah. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)