Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Ingin Memberikan Mainan Lato-lato buat Anak? Pertimbangkan Ini, Moms

Ingin Memberikan Mainan Lato-lato buat Anak? Pertimbangkan Ini, Moms

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, anak Anda minta dibelikan mainan lato-lato? Atau Anda mungkin sudah membelikan mainan tersebut buat dimainkan oleh Si Kecil?

Mainan lato-lato memang sedang viral belakangan dan banyak anak yang memainkannya. Bahkan tak sedikit orang dewasa yang ikutan bermain lato-lato. Permainan yang pernah populer di Indonesia pada era 1990-an ini ternyata terinspirasi dari senjata yang digunakan oleh koboi Argentina untuk menangkap hewan guanaco, lho!

Mainan lato-lato sendiri berasal dari AS pada tahun 1960-an dan dikenal dengan berbagai nama: clackers, click-clacks, knocker, dan ker-bangers. Seiring berjalannya waktu, permainan ini menjalar ke berbagai negara. Bahkan, saking populernya, permainan ini dulu sempat dibuatkan ajang kompetisi pertandingannya.

Kendati demikian, beberapa negara mulai melarang mainan lato-lato. Ini dikarenakan mainan tersebut kerap melukai anak yang memainkannya. Karena itu, Food and Drug Administration Amerika Serikat (FDA) memberikan peringatan kepada publik akan bahaya keamanan dari mainan tersebut. Selain AS, Inggris juga melarang mainan ini pada tahun 1970-an karena mematahkan pergelangan tangan banyak anak di sekolah dasar di seluruh Inggris.

Dampak positif dan negatif mainan lato-lato

Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh saat anak bermain lato-lato, yakni:

  • Mengalihkan anak dari penggunaan gadget yang berlebihan
  • Menstimulasi kemampuan motorik dan koordinasi anak
  • Melatih fokus dan konsentrasi anak
  • Melatih kemampuan lengan, tangan, dan otot-otot kecil anak.

Selain itu, menurut Efriyani Djuwita, psikolog klinis anak yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, bermain lato-lato bisa menimbulkan emosi positif pada anak, seperti senang saat berhasil dan bangga karena mampu melakukannya. Hal ini menjadi salah satu emosi positif yang mungkin dirasakan anak saat berhasil memainkan lato-lato.

Sementara itu, dari aspek sosial, kegiatan bermain lato-lato yang sedang marak dimainkan oleh semua orang ini bisa menjadi suatu media yang dapat membantu interaksi sosial anak, seperti dengan cara bermain bersama.

Ada dampak positif, ada juga dampak negatifnya. Mainan lato-lato juga bisa berdampak negatif pada anak, seperti:

  • Bisa melukai anak dan orang lain di sekitar jika tali putus/bola pecah
  • Menimbulkan pembengkakan pada tangan
  • Tali bisa menjerat leher
  • Jari bisa terjepit.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa kasus akibat lato-lato, misalnya di Sukabumi, bibir seorang anak sobek dan mendapat 4 jahitan karena terkena lato-lato temannya dan di Kalimantan Barat, seorang anak harus dioperasi matanya karena terkena pecahan lato-lato.

Yang perlu diperhatikan oleh orang tua

Lantas, bagaimana agar anak aman bermain lato-lato? Menurut Efriyani, meskipun lato-lato merupakan permainan sederhana, perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan umur anak. Untuk itu, diperlukan peran orang tua dalam mengedukasi dan mendampingi anak saat bermain lato-lato. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah material mainan tersebut karena sudah ada kasus anak yang harus dioperasi matanya akibat terkena pecahan lato-lato.

“Pertama, tentunya menyeleksi dulu apakah mainan ini sesuai dan cocok untuk anak. Kedua, ketika orang tua sudah tahu mana permainan yang aman dan cocok untuk anak, mereka bisa memberikan contoh bagaimana memainkannya terlebih dahulu jika anak memang mengalami kesulitan memainkannya. Di sini, orang tua bisa menjadi play leader dan kemudian secara perlahan membiarkan anak melakukan trial and error dan bermain dengan caranya. Orang tua juga bisa memberikan aturan kapan permainan ini bisa dimainkan dan di mana tempat yang aman dan cocok memainkannya,” papar Efriyani.

Lebih lanjut, Efriyani menambahkan, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah orang tua bisa menjadi co-player, artinya orang tua bisa menjadi teman bermain anak. Terakhir, orang tua juga bisa memegang peran onlooker, yakni orang tua menjadi pengamat dan siap membantu jika anak memerlukan bantuan. Hal ini juga berarti jika anak sudah terampil bermain lato-lato, orang tua tetap harus mengawasi.

Jadi, sebelum Moms memutuskan untuk membolehkan anak bermain lato-lato, perhatikan dulu apakah mainan ini sudah sesuai dengan umur anak. Usia yang dianjurkan untuk mainan ini adalah mulai usia sekolah dan remaja.

Selain itu, selalu dampingi dan awasi anak saat bermain. Untuk mengurangi risiko cedera, ajari ia cara bermain yang benar. Terakhir, anak juga harus memahami konsep ruang dan waktu, kapan dan di mana lato-lato boleh dimainkan, misalnya sebaiknya tidak bermain lato-lato di sekolah karena bisa mengganggu aktivitas belajar. (M&B/SW/Foto: Duskisaad/Freepik)