Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Besarnya cinta ibu kepada anak menjadi dasar dari sosok Welly Ng (45) untuk menemukan solusi masalah kulit yang dialami sang anak. Welly memulai perjalanannya ketika anak sulungnya berusia 6 bulan dan memiliki masalah alergi. Dokter anak pun menyarankan bahwa pengobatan akan diperlukan secara terus-menerus. Namun, Welly justru ingin agar sang anak tetap sehat dengan langkah yang alami dan ia cari sendiri, hingga tercetuslah produk Beauty Barn Organics.
Di samping perjuangannya mencari solusi untuk masalah alergi sang anak, Welly juga mengembangkan sayap bisnisnya melalui produk Ullo hingga bidang F&B, Ang’s Kitchen. Dari semua hal yang dilakukannya, bagaimana Welly tetap bisa menjalankan perannya sebagai orang tua dari kedua anaknya, Shawn (12) dan Faye (10)? Yuk, simak obrolan eksklusif Mother & Beyond untuk mengenal lebih dekat dengan Welly Ng berikut ini, Moms!
Seperti apa tantangan yang dihadapi selama menjalani bisnis Beauty Barn Organics?
Tantangannya tentu bagaimana bisa mendapatkan kepercayaan dari pelanggan atau calon pelanggan kami, karena terus terang saya tidak memiliki latar belakang farmasi atau kedokteran. Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang coba mencari solusi yang terbaik buat anak saya. Jadi, adanya usaha ini benar-benar berdasarkan pengalaman dan pemahaman saya sendiri yang memang valid dan berhasil untuk membantu mengatasi keluhan anak saya.
Apa keunggulan dari produk organik yang Anda punya saat ini?
Perbedaannya ada pada segmentasi, di mana kami mengkhususkan produk yang bisa mengatasi keluhan alergi, terutama pada anak-anak. Kedua, produk Beauty Barn sudah diformulasikan sesuai dengan iklim di Indonesia. Dan yang ketiga, Beauty Barn Organic merupakan brand dengan produk yang dihasilkan oleh seorang ibu rumah tangga, yang dibuat dengan kasih dan tidak pelit. Maksudnya, kami benar-benar menggunakan bahan aktif yang efektif meredakan keluhan secara optimal.
Selain Beauty Barn, ada juga Ullo. Apa perbedaan di antara keduanya?
Meski sama-sama menggunakan bahan yang natural, kedua brand ini tentu memiliki perbedaan. Ullo merupakan ideal brand untuk saya pribadi, yaitu produk perawatan kulit yang bahan produk maupun packaging-nya dibuat khusus. Ullo untuk menjaga bumi, karena dia eco-friendly, marine-friendly, dan vegan-friendly, sehingga dapat membantu mengurangi sampah kosmetik serta pencemaran di bumi kita.
Sedangkan Beauty Barn hadir dengan tujuan untuk membantu mengatasi keluhan alergi, terutama pada anak-anak. Namun, ada beberapa pertimbangan seperti bahan dan tempat penyimpanan yang dipakai untuk menjaga kandungan baik dalam produk tersebut.
Kenapa Anda juga menjalankan bisnis di bidang kuliner?
Keluarga saya itu suka makan. Dan karena saya besar di Singapura, jadi sering merasa kangen dengan kuliner dari sana. Tapi, sangat sulit untuk menemukan makanan yang rasanya otentik, jadi saya masak sendiri menunya sesuai dengan yang saya ingat. Dari sini, saya pun ingin membagikan menu khas Singapura ini ke teman-teman melalui Ang’s Kitchen. Setelah banyak yang mencicipi, mereka kasih testimoni kalau menu dari Ang’s Kitchen punya cita rasa yang Singapura banget. Jadi, saya tekuni bisnis yang baru berjalan setahun ini sampai sekarang.
“Saya pun sebagai orang tua punya peran untuk membantu anak membentuk pemikiran sesuai dengan value dari keluarga.”
Pernahkah menerima komentar negatif karena menjadi working mom?
Wah, ini sering saya dengar atau dapatkan sebagai ibu bekerja. Tapi, saya memahami bahwa kita sebagai individu harus yakin dengan diri sendiri bahwa tidak ada yang sempurna. Kenyataannya, memang ada sosok-sosok yang hanya melihat dari sisi kekurangan kita saja. Padahal, memang ada kelebihan dan kekurangan yang kita punya. Jangan justru termakan oleh komen negatif dan parahnya jadi muncul self-pity. Yang lebih penting adalah kita fokus dengan apa yang bisa dilakukan dan jalankan dengan percaya diri, baik sebagai individu, sebagai ibu, ataupun dalam berbisnis.
Bagaimana repotnya mengurus kedua anak di usia praremaja ini?
Tentunya berbeda tantangannya mengurus dua praremaja dibandingkan saat mereka masih anak-anak. Menurut saya, saat mereka masih bayi atau balita atau anak-anak, mereka lebih mudah diatur karena keinginannya untuk bisa menyenangkan orang tua. Namun, setelah masuk praremaja, saya rasa mereka sudah punya pemikiran dan pemahamannya sendiri. Tidak hanya dalam keluarga, tapi juga berkaitan dengan lingkungan, pertemanan, internet, dan juga paparan media sosial.
Saya pun sebagai orang tua punya peran untuk membantu anak membentuk pemikiran mereka sesuai dengan value dari keluarga. Caranya memang tidak dengan dipaksakan, tapi saya tarik-ulur. Jadi, saya memahami bahwa mereka masih anak kecil, tapi juga sudah belajar untuk menjadi dewasa, istilahnya little-adult begitu. Saat menyampaikannya, saya juga perlu memilih bahasa supaya tidak salah persepsi. Satu yang perlu diingat juga bahwa orang tua pun perlu sehat dan tetap konsisten sehingga value keluarga yang perlu diketahui anak-anak bisa tersampaikan dengan baik.
“Keluarga kami juga sudah sepakat dengan ‘agree to disagree’ , walaupun ada beberapa prinsip dasar yang ditentukan kami sebagai orang tua.”
Apakah kesibukan Anda memengaruhi kedekatan dengan anak-anak?
Tentu saya merasa kesibukan berpengaruh pada kedekatan saya dengan anak-anak. Itulah salah satu alasan saya sengaja memindahkan kantor dari Jakarta ke Tangerang sejak tiga tahun lalu. Jadi, sekarang tempat kerja saya sudah lebih dekat dengan rumah. Memang ada yang harus dikorbankan, dari sisi keuangan, hubungan, atau kesehatan. Dan saya memilih untuk mengorbankan dari sisi keuangan, walaupun dari biayanya lebih tinggi.
Pola asuh apa yang Anda dan suami terapkan pada anak?
Bisa dibilang pola asuh hybrid, ya. Jadi saat masih kecil, terus terang kami terapkan sistem militer yang membuat anak tunduk, disiplin, dan menghargai orang tua. Namun, bertambahnya usia, saya dan suami lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan anak-anak. Kami berikan hak untuk mereka berpendapat dan mereka juga mendengarkan pendapat dari kami, orang tuanya. Keluarga kami juga sudah sepakat dengan ‘agree to disagree’ , walaupun ada beberapa prinsip dasar yang ditentukan kami sebagai orang tua. Jadi, di luar prinsip dasar keluarga, saya dan suami membebaskan anak untuk bereksplorasi dengan lebih banyak ngobrol dan sharing.
“Remember: family is number one, manage to prioritize based on what you need, always bond with your family to get full support from them in order to be able to success in whatever you do.”
Quality time atau kebiasaan apa yang keluarga Anda sering lakukan?
Kami usahakan untuk bisa berkumpul di weekdays dengan makan malam bersama, baik di rumah maupun di luar rumah. Selain itu, kami juga sempatkan untuk jalan-jalan di weekend agar tidak bosan dan punya pengalaman baru.
Apa tips untuk Moms yang juga memiliki kesibukan sebagai working mom agar tetap bisa berkarya sekaligus dekat dengan anak-anak?
Tipsnya adalah menyadari dan memahami fase hidup yang berubah akan mengubah prioritas yang berbeda pula. Mungkin di awal menjalani usaha, fokusnya terpusat pada bisnis menjadi lebih serius. Tapi, setelah bisnis sudah berjalan dan bisa didelegasikan, fokusnya bisa bergeser ke keluarga.
Jadi, yang perlu diingat adalah pertama, keluarga nomor 1 dan prioritas paling atas sebagai orang tua. Setelahnya, atur prioritas Anda ke arah lain, seperti pekerjaan atau kegiatan lainnya. Dan terakhir, selalu dekat dengan keluarga supaya bisa mendapatkan dukungan penuh terhadap apa pun yang Anda lakukan dan tidak merasa sendirian dalam menjalaninya.
(M&B/Vonia Lucky/ND/Photo: Hadi Cahyono/Location: Mercure Jakarta Gatot Subroto/Wardrobe Welly Ng: Nona Rona, Wardobe anak: GuizalandKids dan Popluca/Makeup & Hairdo: Rezy Andriati)