Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Month: Zivanna Letisha Siregar

Mom of the Month: Zivanna Letisha Siregar

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sukses meraih gelar Puteri Indonesia 2008 dan tampil di ajang Miss Universe 2009, Zivanna Letisha Siregar (33) terbiasa menghadapi berbagai pertanyaan dan tantangan yang diberikan dewan juri. Namun apakah Zizi, panggilan akrab Zivanna, mampu menghadapi tantangan sebagai ibu dari tiga orang anak?

Zivanna tidak pernah membayangkan sudah menjadi ibu dari tiga orang anak di usianya saat ini. Namun, istri dari Haries Argareza Harahap ini selalu berusaha menjalankan perannya sebaik mungkin sebagai ibu dari Ryoji Ibrahim Harahap (5) dan si kembar yang akan merayakan ulang tahun pertama pada 12 November 2022, Kimora Adam Harahap dan Kanaya Sulaiman Harahap.

Lantas, bagaimana Zivanna membagi perhatian untuk ketiga buah hatinya dan tetap aktif menjalankan rutinitasnya? Lalu apakah mantan Puteri Indonesia asal DKI Jakarta ini masih memiliki waktu untuk mengurus dirinya sendiri? Cari tahu jawabannya dalam wawancara eksklusif M&B dengan Zivanna Letisha Siregar yang menjadi Mom of the Month November 2022.

Zivanna Letisha, Puteri Indonesia yang kini menjadi seorang ibu. Bagaimana perasaannya menyandang status sebagai ibu dari tiga orang anak?

Unbelievable! Sering kali saya merasa tidak percaya terhadap diri sendiri. Kadang suka berpikir, “Ya ampun ibu tiga anak banget nih aku. Kok sudah nyalip tante-tante”. Mereka kebanyakan baru punya anak satu atau dua, tapi saya sudah tiga.

Tapi, ya alhamdulillah, artinya saya dipercaya oleh yang Maha Kuasa, dititipkan tiga orang anak dan harus dijaga baik-baik.

Sering posting momen menyusui si kembar. Kalau tidak salah, Ryoji yang merupakan anak pertama, juga mendapatkan ASI eksklusif?

Benar. Dari mulai sang kakak, Ryoji, saya sudah memberikan ASI eksklusif. Dulu, kakak mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Sedangkan kedua adiknya juga ASI, tapi ketika di rumah sakit sempat dicampur susunya karena berat badannya kurang atau BBLR (bayi dengan berat badan lahir rendah).

Zivanna tergolong sukses mengASIhi. Sejak kapan mulai melakukan persiapan menyusui? Apakah memang sejak mulai merencanakan kehamilan atau saat mulai hamil?

Kalau untuk si kembar, sesungguhnya tidak ada persiapan khusus. Pokoknya memang sudah diniatkan untuk menyusui langsung. Namun, karena anaknya kembar, saya sendiri memutuskan untuk tidak ngotot harus begini atau begitu.

Satu hal yang terpenting dan tak boleh dilupakan, kebutuhan gizi mereka tercukupi. Jadi saya juga berkonsultasi ke ahlinya soal kecukupan ASI atau apakah perlu tambahan. Akan tetapi alhamdulillah hingga saat ini, produksi ASI-nya masih cukup.

Prinsip ASI kan supply and demand. Ternyata semakin sering menyusui, produksinya juga semakin lancar. Jadi tetap positive thinking dan alhamdulillah cukup ASI-nya.

“Prinsip ASI kan supply and demand. Ternyata semakin sering menyusui, produksinya juga semakin lancar. Jadi tetap positive thinking dan alhamdulillah cukup ASI-nya.”

 Apakah pernah mengalami kendala saat menyusui ketiga anak, terutama yang kembar?

Pernah, khususnya ketika menyusui si kembar Kimi dan Kana. Kimi menyusunya lebih bagus dibandingkan Kana. Jadi produksinya tidak imbang. Untuk mengatasinya, saya juga rajin mengonsumsi pelancar ASI atau ASI booster. Memompa ASI juga pakai trik power pumping, jadi setiap malam bangun untuk memompa setiap dua jam. Pokoknya melakukan usaha agar produksi ASI bisa lancar.

Bagaimana bentuk support system agar bisa sukses dalam memberikan ASI dan mengurus tiga orang anak, terutama dari suami?

Suami saya adalah support system saya. Biasanya tengah malam, ia juga ikut bangun untuk membantu saat harus menyusui. Apalagi pada periode awal setelah melahirkan terasa sulit untuk menyusui dua bayi sekaligus. Jadi, biasanya saya menyusui satu bayi dan suami menggendong yang satunya. Saat itu, saya belum terlalu bisa menyusui dua bayi sekaligus.

Lama-kelamaan, saya belajar dan akhirnya bisa menyusui keduanya langsung. Tapi ketika merasa sudah kesulitan mengurus kedua bayi sendiri, saya tak akan ragu untuk meminta bantuan.


“Sebenarnya, saya dan suami memutuskan untuk berbagi peran. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Si abang tetap ingin bermain dengan ibunya. Jadi ada momen kami berpelukan berempat, saya, Ryoji, Kimi, dan Kana karena si abang tetap tidak mau ditinggal.”

Mengurus tiga orang anak yang notabene masih balita. Apakah ada kesulitan dalam membagi perhatian antara Ryoji, dan Kimora-Kanaya?

Pastinya iya. Saya juga sempat struggling bagaimana caranya membagi perhatian. Saat itu, perhatian masih banyak kepada kedua bayi sehingga si abang jadi seperti merasa “dinomorduakan”.

Sebenarnya, saya dan suami memutuskan untuk berbagi peran. Saya handle si kembar, dan suami lebih bertanggung jawab untuk anak pertama kami dengan harapan bisa saling menggantikan. Jadi si abang tidak terlalu kesepian.

Namun kenyataanya tidak seperti itu. Si abang tetap ingin bermain dengan ibunya. Jadi, ada momen kami berpelukan berempat, saya, Ryoji, Kimi, dan Kana karena si abang tetap tidak mau ditinggal.

Pada momen seperti ini, saya jadi berpikir betapa peran ibu luar biasa. Lalu bagaimana kalau saya tidak ada? Duh, jadi berpikir yang macam-macam.

Dan saya pun mulai rajin berkonsultasi ke dokter anak, psikolog, dan teman-teman. Mereka pun memberi saran untuk mencoba membagi waktu yang sama untuk anak-anak. Misalnya, Ryoji punya waktu berdua dengan saya sekitar setengah jam sebelum tidur sehingga ia merasa cukup perhatian. Meski waktunya singkat, yang terpenting tidak ada gangguan, termasuk handphone. Ya, saya cuma mengobrol saja mengikuti dia cerita.


Zivanna memiliki karier dan aktif melakoni berbagai kegiatan di luar rumah, termasuk kegiatan sosial untuk Program KitaJuara. Bagaimana manajemen waktunya?

Manajemen waktu sesungguhnya adalah hal kedua yang harus dipikirkan. Yang utama adalah adanya support system. Kita bukan wonder woman yang bisa mengerjakan segalanya seorang diri. Tangan kita saja hanya ada dua.

Saat support system-nya sudah ada, baru kita bisa mengatur waktu dan mendelegasikan tugas-tugas dengan baik.

Namun satu hal yang perlu diingat, kita harus tetap memantau walau mendelegasikan tugas kepada support system. Nah, untuk manajemen waktu, setiap hari saya pasti punya rentetan to do list, yang mencakup jadwal buat anak-anak dan pastinya jadwal buat saya sendiri.

Saat ini masih banyak pro dan kontra soal ibu menyisihkan waktu untuk me time. Menurut Zivanna, perlu apa tidak ibu mendapatkan me time?

Menurut saya, perlu banget. Tapi sekarang, saya mencoba mencari definisi lain dari me time. Menurut saya, me time tuh tidak melulu harus sendirian, naik pesawat ke Bali. Bukan, bukan seperti itu definisi me time.

Me time bisa dalam bentuk sederhana saja, misalnya belanja. Ada satu jam saja “menghilang” itu sudah sangat lumayan untuk recharge bagi seorang ibu. Bisa juga meminta waktu dua jam bertemu teman atau melakukan kegiatan yang memang kita sukai tapi sudah lama tidak kita lakukan, itu juga termasuk me time.


“Manajemen waktu sesungguhnya adalah hal kedua yang harus dipikirkan. Yang utama adalah adanya support system. Kita bukan wonder woman yang bisa mengerjakan segalanya seorang diri. Tangan kita saja hanya ada dua.”

Lantas perlukah seorang ibu merawat diri sendiri atau sebaiknya hanya fokus mengurus anak?

Nah, kalau ini, saya tidak setuju jika seorang ibu hanya berkutat mengurus anak. Justru dengan menjadi seorang ibu, kita tetap harus merawat diri. Apalagi badan kita berubah. Saya sendiri merasa banyak perubahan di tubuh setelah melahirkan, seperti di perut, pinggang, dan paha. Saat menyusui, rambut juga jadi rontok. Jadi, justru harus ada perawatan ekstra.

Bagi saya, perawatan tubuh masih penting karena saya merasa senang ketika saya pede dengan diri sendiri. Saya merasa pede kalau saya terlihat bagus dan enak dilihat. Saat mengenakan baju juga terasa enak.

Apa saja rutinitas menjaga tubuh ala Zivanna?

Kalau sekarang sih lebih menjaga apa yang saya makan. Selain itu, sekarang saya juga sudah mulai bisa mencuri waktu untuk berolahraga saat anak-anak lagi tidur pagi menjelang siang. Misalnya sekitar jam 10, saya berolahraga 30 menit sampai keringetan. Setelah anak-anak bangun, saya sudah selesai berolahraga dan saya bisa menyusui lagi.

Apa arti cantik di mata seorang Zivanna yang notabene mantan Puteri Indonesia sekaligus seorang ibu?

Cantik itu ketika saya merasa percaya diri sama diri saya sendiri. Jadi, walaupun saya sudah menjadi ibu, saya tetap ingin menjaga diri karena dengan cara itu saya merasa pede dan cantik.

“Cantik itu ketika saya merasa percaya diri sama diri saya sendiri.”

Bagaimana pembagian “tugas” untuk urusan anak dengan suami?

Kalau soal pembagian tugas untuk urusan anak, saya dan suami adalah tim yang solid. Tapi tetap segala sesuatunya harus dikomunikasikan, tidak sekadar berasumsi “Kamu A, aku B”. Semua harus dikomunikasikan, kita bagi peran dengan jelas. Lalu kita jalani dan saling membantu.

Di bulan November ada perayaan Hari Ayah Nasional. Di mata Zivanna, Haries Argareza Harahap, sosok suami seperti apa? Lalu apakah ada perayaan khusus di Hari Ayah ini?

Menurut saya, suami adalah tipe ayah yang sangat penyayang, perhatian, dan peduli terhadap hal-hal detail yang terkadang saya lewatkan. Jadi kita tuh saling melengkapi. Saya lebih suka melihat perkembangan anak dalam bigger picture, sedangkan suami detail banget. Ia memperhatikan ucapan anak yang kecil atau ekspresi anak yang kecil bisa ditangkap olehnya dan direspons dengan baik.

Menurut saya, hal ini penting karena terkadang anak belum bisa berkomunikasi dengan baik. Jadi, ia mencoba berkata-kata lewat ekspresi atau melalui satu dan dua kata saja. Itu harus bisa ditangkap oleh orang tua. Dalam hal ini, suami saya bisa banget menangkap ekspresi seperti itu. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Saeffi Adjie Badas/MUA: Rezy Andriati/Wardrobe: Ree Indonesia/Lokasi: Holiday Inn Express Wahid Hasyim, Jakarta)