Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Waspada Diabetic Macular Edema, saat Diabetes Berisiko Kebutaan

Waspada Diabetic Macular Edema, saat Diabetes Berisiko Kebutaan

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, tahukah Anda jika salah satu cara untuk menjaga kesehatan mata adalah dengan menjaga kadar gula darah dalam tubuh tetap normal? Ya, Anda dan keluarga sebaiknya waspada, karena kenaikan kadar gula darah hingga menderita diabetes bisa memicu kebutaan.

Salah satu komplikasi diabetes yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan dan bahkan kebutaan adalah Diabetic Macular Edema (DME). Menurut Riskesdas 2018, lebih dari 1 juta orang di Indonesia menderita diabetes melitus dan 5,5% di antaranya sudah berkembang menjadi DME.

Bahaya Diabetic Macular Edema (DME)

Saat Virtual Media Briefing dengan tema “World Sight Day 2022: Hindari, Cegah, dan Kontrol Komplikasi Mata pada Pasien Diabetes Melitus”, Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K), dokter spesialis mata, mengatakan, “Indonesia saat ini menempati peringkat 5 dunia dengan penderita diabetes terbanyak. Penderita diabetes tipe 1 dan 2 berisiko menderita DME dan kehilangan penglihatan.”

Dijelaskan oleh dr. Gita, pada penderita diabetes, terlalu banyak gula darah dapat merusak pembuluh darah kecil di dinding belakang bagian dalam mata (retina) atau bisa saja menyumbat pembuluh darah secara keseluruhan.

“DME secara umum diakibatkan oleh keadaan hiperglikemia pada pembuluh darah retina yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama pada penderita retinopati diabetik. DME sendiri merupakan salah satu gangguan penglihatan berat yang kerap terjadi pada usia produktif (di bawah 50 tahun),” ungkapnya.

“Pada akhirnya, DME mampu menyebabkan hilangnya produktivitas hingga pendapatan. Secara sosial pun, DME akan memengaruhi hubungan dengan keluarga, komunitas, bahkan masyarakat, sehingga tak jarang penderitanya mengalami stres.”

Gejala awal DME

Gejala awal DME, jelas dr. Gita, biasanya diawali dengan penglihatan yang mulai kabur, lalu hilangnya warna kontras yang bisa dikenali mata, sampai akhirnya timbul titik buta. “Maka, perlu kita pahami apa saja faktor risikonya. Beberapa faktor risiko DME seperti menderita diabetes melitus dalam waktu yang sudah panjang, memiliki riwayat hipertensi dan hiperkolesterol, obesitas, serta tidak mampu mengontrol gula darah,” tambahnya.

Untuk itu, dr. Gita menyarankan perlunya melakukan skrining DME, apalagi buat mereka yang sudah memiliki riwayat diabetes. Bagi pasien dengan DM tipe 1 direkomendasikan untuk melakukan skrining 3-5 tahun setelah terdiagnosis DM. Untuk DM tipe 2 perlu dilakukan skrining segera setelah terdiagnosis DM, lalu kemudian dianjurkan untuk melakukan skrining ulang setiap tahunnya.

“Kemudian diagnosis DME ditegakkan setelah ditemukan adanya penurunan tajam penglihatan, gambaran khas pada makula dengan pemeriksaan funduskopi dan adanya penebalan makula yang disertai dengan ditemukannya gambaran penebalan makula pada Optical Coherence Tomography (OCT),” jelasnya.

Mencegah DME

Akan tetapi, DME bisa dicegah. Cara terjitu mencegahnya adalah dengan kontrol kadar gula darah. Selain itu, dr. Gita mengingatkan ada beberapa cara lain yang perlu dilakukan, seperti:

1. Kontrol tekanan darah dan kolesterol. Kontrol gula darah saja tidaklah cukup. Pasien diabetes harus mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol.

2. Kontrol berat badan. Berat badan yang ideal bisa mencegah risiko komplikasi diabetes, termasuk DME.

3. Diet seimbang. Pasien diabetes tidak perlu menerapkan diet ketat yang justru akan bisa berisiko terhadap kondisi kesehatan. Cukup lakukan diet seimbang.

4. Konsumsi obat-obatan. Dikatakan oleh dr. Gita, pasien diabetes kerap enggan mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi diabetes. Padahal, saat gula darah terkontrol, kondisi ini bisa mencegah DME. (M&B/SW/Foto: Freepik)