Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Usia Pasien Serangan Jantung di Indonesia Lebih Muda daripada AS dan Eropa, Ini Sebabnya

Usia Pasien Serangan Jantung di Indonesia Lebih Muda daripada AS dan Eropa, Ini Sebabnya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Penyakit jantung masih menjadi salah satu ancaman kesehatan dan merupakan penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu, baik di Indonesia maupun di dunia. Bahkan, usia pasien serangan jantung di Indonesia jauh lebih muda dibandingkan dengan usia pasien serangan jantung di AS, Eropa, dan Jepang.

Hal tersebut dikatakan oleh dr. Siska S. Danny, SpJP(K), dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. “Usia rata-rata pasien serangan jantung di Indonesia 57 tahun. Ini jauh lebih muda dibandingkan usia (rata-rata pasien serangan jantung) di Amerika atau Eropa antara 60-65 tahun. Di Jepang malah lebih tua lagi,” jelas dr. Siska dalam acara daring bertajuk “Cardiovascular Medicine in 2022 and Beyond: Adaptive, Personalized and Evidence-based”, Kamis (22/9/2022).

Mengapa bisa begitu? Menurut dr. Siska, ini salah satunya disebabkan oleh kebiasaan merokok. Berdasarkan data pasien-pasien serangan jantung di sembilan provinsi pada 2018-2019, sekitar 65 persen pasien serangan jantung adalah perokok. “Ini sesuai dengan data nasional bahwa proporsi perokok di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia,” tambahnya.

Tak hanya itu, sebanyak 51 persen pasien serangan jantung di Indonesia juga menderita hipertensi dan 27 persen lainnya mengalami diabetes. Hal ini ditambah adanya peningkatan angka kolesterol, kelebihan berat badan (overweight) dan gaya hidup kurang aktif yang semuanya berkontribusi pada peningkatan risiko terjadinya serangan jantung.

“Kalau Anda terkena serangan jantung, risiko Anda akan meninggal dunia di rumah sakit itu 11,7 persen. Jadi, 1 dari 10 pasien serangan jantung meninggal di rumah sakit," ujar dr. Siska.

Berdasarkan data, salah satu upaya dokter untuk meningkatkan angka harapan hidup pasien adalah dengan membuka sumbatan pembuluh darah koroner yang membuat otot jantung mengalami kerusakan.

“Kalau dilakukan revaskularisasi selama perawatan maka risiko kematian bisa ditekan menjadi 9 persen. Kalau tidak ada upaya lebih untuk memperbaiki aliran darah, maka yang meninggal 16,9 atau hampir 17 persen,” kata dr. Siska.

Namun, peluang ini kerap terkendala akses dan keterlambatan pasien. Menurut dr. Siska, tindakan membuka sumbatan memiliki waktu emas, yakni 12 jam pertama sejak terjadinya keluhan. Ini agar hasil perawatan lebih baik. “Namun, sedikit pasien datang dalam fase dini serangan jantung,” tuturnya.

Jadi, usahakan untuk menjalani gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan menghindari kebiasaan merokok agar terhindar dari masalah serangan jantung. Anda juga sebaiknya mulai beri perhatian pada organ tubuh yang satu ini untuk menjaga agar jantung selalu dalam kondisi sehat.

Ingat! Serangan jantung merupakan kondisi medis darurat, sehingga harus sesegera mungkin mendapatkan penanganan secepatnya. So, selalu waspada dengan gejala serangan jantung yang bisa mengancam kesehatan kita ya, Moms dan Dads! (M&B/SW/Foto: Katemangostar/Freepik)