Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Momen bercinta seharusnya memberikan kenikmatan, bukan rasa sakit. Dalam istilah medis, nyeri atau sakit saat berhubungan intim disebut dispareunia. Kondisi ini tidak boleh disepelekan lho, Moms, karena dampaknya dapat mengganggu fisik, mental, dan tentunya keharmonisan rumah tangga.
Apa saja sih, penyebab sakit saat berhubungan intim atau dispareunia? Waspadai 10 penyebab berikut ini!
1. Kurang foreplay
Pemanasan sebelum bercinta? Penting, dong! Menurut Mayo Clinic, kurang lubrikasi menjadi penyebab utama nyeri saat bercinta, dan ini sering kali disebabkan oleh kurangnya foreplay. Menurut Everyday Health, foreplay termudah adalah dirty talk yang dilanjutkan dengan sentuhan-sentuhan mesra di sejumlah area tubuh pasangan. Anda tidak perlu melakukan foreplay erotis yang penuh akrobat, kok.
2. Stres
Ternyata stres sangat memengaruhi lubrikasi dan relaksasi otot vagina lho, Moms. Keduanya menjadi berkurang, sehingga momen bercinta mungkin terasa lebih menyakitkan.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), emosi seperti rasa takut, bersalah, malu, kikuk, atau perasaan aneh saat berhubungan intim juga bisa membuat Anda susah merasa santai. Ketika Anda tidak relaks, Anda akan sulit bergairah. Bahkan, mungkin membuat Anda merasa sakit ketika bercinta dengan pasangan.
Solusinya, coba cari tahu akar masalah yang menyebabkan Anda stres. Kemudian, coba bicarakan dengan pasangan untuk mencari solusinya. Jangan ragu untuk meminta bantuan profesional seperti psikolog ya, Moms.
3. Infeksi vagina
Nyeri atau sakit saat berhubungan intim juga bisa disebabkan oleh infeksi vagina, seperti vaginosis bakterialis. Kondisi ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri berlebih di dalam vagina yang dapat membuat seks terasa menyakitkan.
Jika Moms mengalami infeksi vagina, tidak perlu panik berlebih karena dokter akan memberikan obat yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Umumnya infeksi vagina bisa sembuh dalam waktu kurang lebih 7 hari, tergantung tingkat infeksinya.
4. Kadar estrogen menurun
Menurut Mayo Clinic, menurunnya kadar estrogen dalam tubuh juga secara tidak langsung dapat menyebabkan seks terasa lebih menyakitkan dibandingkan biasanya. Umumnya, kadar estrogen menurun setelah melahirkan, saat menyusui, dan setelah menopause.
Bukan berarti seks menjadi tidak menyenangkan di fase tersebut lho, Moms, hanya saja mungkin dibutuhkan stimulasi lebih baik untuk meningkatkan hasrat seksual.
5. Vaginismus
Mengutip WebMD, vaginismus adalah kondisi ketika otot vagina mengencang atau kejang setiap kali masuk sesuatu, baik itu tampon atau penis. Ada 2 tipe vaginismus, primer dan sekunder. Vaginismus primer adalah nyeri vagina setiap kali terjadi penetrasi seksual, atau memasukkan apa pun ke dalam vagina. Sedangkan vaginismus sekunder adalah ketika seorang wanita pernah bisa berhubungan intim tanpa nyeri sebelumnya, namun sekarang jadi sulit atau bahkan mustahil untuk memasukkan sesuatu ke dalam vagina.
Nyeri yang disebabkan oleh vaginismus sangat hebat dan bahkan bisa membuat seorang wanita tidak bisa berhubungan seks sama sekali.
6. Menopause
Sakit saat berhubungan intim bisa juga terjadi jelang dan setelah memasuki masa menopause. Setelah menopause, wanita kerap mengalami vaginal atrophy, suatu masalah yang menyebabkan dinding vagina jadi lebih kering, tipis, dan mudah inflamasi karena kekurangan estrogen.
Menurut Mayo Clinic, vaginal atrophy tidak hanya membuat hubungan seks menjadi menyakitkan, tetapi juga menyebabkan gangguan berkemih. Selain nyeri saat berhubungan seks, vaginal atrophy juga ditandai dengan gejala keputihan, gatal, sensasi terbakar saat berkemih, keluar sedikit darah setelah berhubungan, vagina kering saat seks, dan terjadi pemendekan kanal vagina.
7. Efek obat
Mengonsumsi beberapa jenis obat bisa menyebabkan vagina lebih kering, sehingga momen berhubungan seks menjadi menyakitkan. Mengutip Mayo Clinic, obat-obatan yang mungkin memengaruhi hasrat seksual dan lubrikasi vagina adalah antidepresan, obat pengontrol tekanan darah, obat sedatif, antihistamin, dan beberapa jenis pil KB.
"Jika Anda sedang tidak begitu bergairah atau sedang minum obat, maka lubrikasi Anda mungkin tidak sebaik biasanya," kata Dr. Raquel Dardik, MD, Clinical Associate Professor di Departemen Obgyn NYU Langone Joan H. Tisch Center.
Akibatnya, Anda akan merasakan sakit saat atau setelah berhubungan intim. Oleh karena itu, sesekali menggunakan lubrikan tidaklah masalah, Moms! Namun, hindari lubrikan yang berbahan dasar minyak seperti petroleum jelly karena dapat menyebabkan infeksi bakteri.
8. Disfungsi dinding rahim
Dalam istilah medis ini lebih dikenal sebagai pelvic floor dysfunction (PFD), yang kerap membuat wanita merasa nyeri hebat saa berhubungan seks. Mengutip Cleveland Clinic, PFD adalah kondisi umum yang membuat wanita tidak bisa mengatur (mengencangkan dan mengendurkan) otot dasar panggul untuk berkemih, BAB, dan berhubungan seks.
Pada penderita PFD, jaringan sebesar melon yang berisi otot, ligamen, dan saraf pendukung rahim, vagina, dan area sekitar rektum dapat terasa nyeri. Penyebab utamanya adalah perubahan hormon saat menopause dan hilangnya massa otot yang terjadi seiring bertambahnya usia.
9. Wasir
Banyak penyakit yang bisa menyebabkan nyeri saat berhubungan intim, salah satu yang sering terjadi adalah wasir atau hemoroid. Ketika Anda berhubungan intim, aliran darah di area genital dan anus akan mengalir lebih deras dan menyebabkan tekanan ekstra yang bisa berujung inflamasi. Jika ini terjadi, nyeri hebat di vagina dan anus mungkin akan dialami saat berhubungan intim.
Kondisi lain yang juga bisa menyebabkan nyeri saat bercinta adalah endometriosis, prolaps rahim (organ panggul turun ke liang vagina), rahim retrofleksi (rahim terbalik), adenomyosis, dan kista rahim.
10. Riwayat kekerasan seksual
Mayo Clinic menyebutkan bahwa dispareunia atau nyeri saat berhubungan intim bisa disebabkan oleh trauma masa lalu. Riwayat kekerasan seksual atau korban perkosaan kerap mengalami nyeri hebat setiap kali berhubungan intim.
Jika masalah trauma seperti ini terjadi pada Anda dan sangat mengganggu kehidupan bercinta Anda dan pasangan, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog atau psikiater, ya. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Doucefleur/Freepik)