Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Viral Orang Dewasa Jahili Anak dengan Suara Hantu, Ini Dampak Buruknya

Viral Orang Dewasa Jahili Anak dengan Suara Hantu, Ini Dampak Buruknya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, Anda mungkin sering melihat, belakangan ini sedang ramai konten TikTok orang dewasa menjahili anak kecil dengan suara hantu. Awalnya, orang dewasa dan anak kecil berdiri di depan kamera, lalu si orang dewasa ini berlari ke arah pintu dan langsung menutup pintu meninggalkan anak kecil yang ketakutan dan bahkan sampai menangis saat mendengar suara hantu.

Nah, siapa yang sudah membuat konten seperti ini? Ada teman Anda yang membuatnya, atau malah Anda sendiri? Sekilas, hal tersebut terkesan lucu, tapi sebenarnya hal ini berisiko memicu traumatis buat anak lho, Moms. Jika tidak ditangani dengan tepat, trauma tersebut bahkan bisa memiliki dampak berkepanjangan.

Dikutip dari akun Instagram DAAI TV Indonesia @daaitvindonesia, menurut psikolog Jovita Ferliana, buat para orang tua, hal itu mungkin adalah fenomena untuk lucu-lucuan dan sekadar iseng buat anak. Namun, sebetulnya buat anak yang mengalami ketakutan itu dampaknya bisa traumatis.

“Dengan dia trauma, itu akan membuat dia otomatis tidurnya jadi tidak nyenyak. Anak juga jadi tidak percaya diri, karena dia tidak percaya juga pada lingkungan sekitarnya, karena lingkungan sekitar dianggap sewaktu-waktu bisa nakut-nakutin dia,” ujar Jovita.

Selain itu, ada sejumlah dampak buruk lainnya yang muncul jika orang tua sering menakut-nakuti anak, yakni:

1. Anak jadi penakut

Karena terlalu sering ditakut-takuti oleh orang tua, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang penakut. Ia bisa kehilangan keberanian dan sulit mencoba hal baru, terutama yang bisa memicu rasa takutnya. Kreativitasnya juga jadi terbatas karena Si Kecil terlalu takut untuk mencoba hal baru. Dalam jangka panjang, efek menakut-nakuti anak juga bisa membuat Si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri.

2. Anak jadi lebih bergantung kepada orang tua

Karena minimnya rasa percaya pada diri sendiri akibat sering ditakut-takuti, tak heran jika Si Kecil jadi sangat bergantung kepada orang tuanya. Hal-hal yang ia takuti akan membuatnya selalu merasa tidak aman dan nyaman. Ia bisa saja tak mau jauh dari Moms meski hanya sekadar ke toilet. Ini bukan karena anak dimanjakan, tetapi karena rasa takut yang mendominasinya membuat Si Kecil jadi sulit mandiri.

3. Anak sulit membedakan kenyataan dan rekayasa

Anak balita masih sulit membedakan mana kenyataan dan rekayasa serta mana yang masuk akal dan mana yang tidak. Misalnya, jika Moms sering menakut-nakuti anak dengan embel-embel dokter atau suntikan, hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri buat Anda jika suatu saat Si Kecil benar-benar harus berhadapan secara nyata dengan dokter, alat suntik, atau alat kesehatan lainnya.

4. Anak jadi sering mimpi buruk, mudah cemas, dan khawatir

Anak yang terlalu sering ditakut-takuti akan memiliki rasa cemas dan khawatir yang berlebihan, terutama saat ia sendirian. Perasaan tidak tenang ini pun akan mengganggu tidur Si Kecil, bahkan bisa membuatnya bermimpi buruk.

Tak hanya itu, anak juga jadi sulit untuk tidur cepat karena rasa takut yang menghantuinya semalam suntuk. Hal ini tentu akan berisiko mengurangi kualitas tidur hingga stamina dan energi Si Kecil ketika beraktivitas pada keesokan harinya.

5. Mengganggu kesehatannya

Jika anak kurang tidur karena ketakutan, sering bermimpi buruk, dan selalu merasa cemas atau khawatir, hal tersebut bisa membuatnya stres dan akan berpengaruh buruk terhadap kesehatannya, baik mental maupun fisik. Si Kecil rentan terserang penyakit karena daya tahan tubuhnya berkurang.

Oleh karena itu, Jovita menyarankan kepada para orang tua, daripada berusaha menjahili anak, sebaiknya isi kegiatan dan hari-hari anak dengan hal-hal yang jauh lebih bermanfaat. (M&B/SW/Foto: Shapovalphoto/Freepik)