Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, demam yang dialami Si Kecil bisa saja menjadi kondisi yang membahayakan dirinya. Seperti demam dengue, yaitu penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, apabila tidak ditangani secara tepat, maka bisa menjadi demam berdarah dengue (DBD) yang tingkat keparahannya dapat merenggut nyawa.
Berdasarkan data dari Kemenkes RI selama semester 1 tahun 2022, secara kumulatif terdapat 52.313 kasus dengue di kabupaten atau kota di 34 provinsi Indonesia. Angka tersebut merupakan peningkatan hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yaitu sebesar 19.156 pada Juni 2021.
Hal ini tentu perlu menjadi perhatian karena DBD bisa menyerang siapa saja, terutama anak-anak. Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis IDAI, menyebutkan bahwa dua jenis nyamuk yang menyebabkan kondisi ini lebih banyak muncul pada jam 06.00-09.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB. Pada jam tersebut, banyak orang yang mulai beraktivitas di luar ruangan. Tidak terkecuali anak-anak, yang senang bermain, baik di depan rumah atau taman sebagai area yang dikenal banyak nyamuk.
Perbedaan demam dengue dan DBD
Meski serupa, sebenarnya demam dengue dan demam berdarah dengue merupakan dua kondisi yang berbeda. Dari penjelasan sebelumnya, demam dengue merupakan penyakit sistemik dan dinamis serta bukan penyakit yang dipengaruhi oleh jumlah trombosit. Lebih jelasnya, demam dengue ditandai dengan beberapa gejala seperti:
- Demam sulit turun dengan penggunaan kompres hingga obat penurun panas
- Kulit muka menjadi kemerahan
- Tidak nyaman pada cahaya terang
- Nyeri pada kepala, otot dan sendi
- Nyeri pada belakang mata
- Muncul ruam di kulit
- Hilangnya nafsu makan
- Mual dan muntah
- Terjadi pendarahan, seperti mimisan atau gusi berdarah.
Apabila kondisi ini tidak segera ditangani, maka bisa berkembang menjadi penyakit demam berdarah dengue. Di samping jumlah sel darah putih yang menurun, dapat juga terjadi pendarahan hebat hingga kebocoran plasma. Jika komplikasi ini muncul, maka dapat terjadi fase kritis hingga merenggut jiwa anak yang mengalami DBD.
Melindungi anak dari bahaya dengue
Orang tua tentu memiliki peran sangat penting untuk terus waspada dalam meminimalisir jumlah kasus dengue. Anda tidak hanya harus menjaga lingkungan rumah, tetapi juga memastikan area sekolah, tempat penitipan anak, maupun tempat bermain anak, agar Si Kecil tidak terjangkit penyakit ini.
Jika anak sudah menunjukkan gejala demam, Moms bisa memberikannya minum yang banyak serta biarkan ia istirahat. Kemudian, segera bawa anak ke layanan kesehatan untuk memastikan apakah ia terinfeksi virus dengue. Jika sudah terdeteksi dengue, maka upayakan setiap hari dapat berkonsultasi ke dokter dan waspadalah apabila anak memasuki fase penurunan demam, yaitu di hari ke-3 sampai 7 saat ia sakit.
“Pada fase ini, anak mungkin menunjukkan tanda bahaya seperti muntah-muntah, nyeri perut hebat, perdarahan hidung atau tempat lain, tangan teraba lembap, gelisah, kejang, atau sulit dibangunkan. Segera bawa ia ke rumah sakit atau puskesmas dengan tempat perawatan karena kondisi dapat berlanjut menjadi berat (severe dengue) yang mengancam kehidupan akibat terjadinya kebocoran plasma hebat, perdarahan berat, dan kerusakan organ,” tambah dr. Anggraini dalam acara “Hari Anak Nasional: Perlindungan Keluarga dari Bahaya Demam Berdarah Dengue” yang diselenggarakan PT Takeda Indonesia (20/7/2022).
Sebagai langkah penanggulangan dengue, pemerintah juga memiliki serangkaian cara agar Indonesia bebas dari kematian akibat DBD di 2030. “Selain melakukan skrining dan penemuan kasus dengue secara aktif, pencegahan pun bisa dilakukan oleh masyarakat dengan menerapkan 3MPlus,” jelas dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI.
Lebih lanjut, berikut 3MPlus yang dimaksud:
- Menguras dan Menyikat
- Menutup tempat penampungan air
- Memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas
- Mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.
Selain 3MPlus, Moms juga bisa melakukan beberapa hal lain seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat antinyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, serta menanam tanaman pengusir nyamuk. Tidak hanya itu, Anda juga perlu membiasakan untuk meletakkan pakaian bekas pakai ke dalam wadah tertutup, gotong royong membersihkan lingkungan, serta memeriksa tempat-tempat penampungan air.
Untuk mendukung misi Zero Dengue Death pada 2030, PT Takeda Indonesia mengenalkan situs www.cegahdbd.com sebagai platform informasi dengue dan pencegahannya yang dapat diakses masyarakat. Dengan keberadaan situs ini, Moms dan Dads bisa lebih mudah untuk menjaga Si Kecil dari bahaya demam dengue maupun DBD.
“Selain melalui situs ini, Takeda juga mengajak masyarakat untuk bergabung dalam kampanye 'Jentik Jari', yang menandakan semangat bersama untuk pencegahan dengue yang komprehensif dan cermat, termasuk dengan metode pencegahan inovatif,” kata Andreas Gutknecht, General Manager PT Takeda Indonesia. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Jcomp/Freepik, Takeda Indonesia)