Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Jangan Sepelekan! Waspadai 5 Jenis Gangguan Menstruasi Ini

Jangan Sepelekan! Waspadai 5 Jenis Gangguan Menstruasi Ini

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Menstruasi merupakan siklus alami yang dialami wanita sejak usia remaja sampai dewasa, umumnya terjadi pertama kali pada anak perempuan usia 10-15 tahun. Lebih jelasnya, kondisi yang juga disebut haid ini adalah keluarnya darah dan jaringan mukosa dari endometrium (dinding rahim bagian dalam) melalui vagina.

Siklus ini tergolong normal terjadi dengan hitungan 21-35 hari dan berlangsung selama 2-7 hari. Jika dilihat dari volumenya, rata-rata darah yang keluar sekitar 30 cc, sehingga dalam 1 hari Anda mungkin perlu mengganti pembalut atau tampon sebanyak 3-6 kali. Namun, ada beberapa gangguan yang bisa terjadi terkait dengan menstruasi yang perlu diwaspadai, Moms.

Hal ini dijelaskan oleh dr. Riyana Kadarsari Sp.OG, dokter spesialis kandungan di RSIA Bina Medika Bintaro, yang menjadi narasumber pada acara berjudul “Serba-Serbi Menstruasi Nyaman & Ramah Lingkungan” yang digelar oleh Sustaination dalam rangka Menstrual Hygiene Day. Menurut dr. Riyana, ada 5 jenis gangguan menstruasi yang bisa dialami seorang wanita dan perlu diwaspadai, yaitu:

1. Amenorea (terlambat menstruasi)

Mentruasi bisa saja terlambat dari siklus yang seharusnya karena kondisi tertentu, misalnya kehamilan dan menyusui. Di luar kondisi tersebut, menstruasi yang terlambat terbagi menjadi dua. Pertama, amenorea primer, yaitu kondisi seorang perempuan belum mengalami haid hingga usia 14 tahun atau sudah ada perkembangan tanda seksual sekunder (tumbuh bulu di kemaluan) pada usia 16 tahun.

Kedua adalah amenorea sekunder, di mana seorang perempuan yang sudah mengalami siklus menstruasi normal, tapi tidak terjadi siklus menstruasi selanjutnya dalam jangka lebih dari 3 bulan. Penyebabnya bisa karena penyakit seperti PCOS atau tiroid, adanya gangguan pada rahim (miom atau polip), penurunan berat badan ekstrem, stres, efek samping obat, dan menggunakan kontrasepsi/KB hormonal.

2. Dismenorea (nyeri saat menstruasi)

Dismenorea mengacu pada rasa sakit yang berlebihan saat menstruasi. Ketika haid, timbul rasa nyeri di perut bagian bawah dan terkadang menyebar hingga ke punggung bawah serta paha. Ada 2 jenis dismenorea, yaitu primer dan sekunder. Pada dismenorea primer, seorang wanita akan merasakan nyeri di hari-hari awal siklus menstruasi terjadi. Dan setelah beberapa waktu, rasa nyeri ini akan berkurang dengan sendirinya. Namun pada dismenorea sekunder, rasa nyeri justru muncul secara tiba-tiba yang sebelumnya tidak pernah ada. Rasa nyeri tersebut bisa disertai dengan sakit kepala, mual, muntah, bahkan menimbulkan kram dan mengganggu aktivitas.

3. Menorrhagia (keluar darah secara berlebihan)

Seperti disebutkan bahwa volume darah saat menstruasi umumnya adalah 30 cc. Tapi pada kasus menorrhagia, volume darah yang keluar bisa sangat banyak sehingga penderitanya harus mengganti pembalut setiap jam. Kondisi ini juga ditandai dengan keluarga gumpalan-gumpalan darah selama lebih dari satu hari dan bisa menimbulkan gejala anemia, bahkan sampai memerlukan transfusi darah. Penyebabnya bisa dari pola makan, terlalu sering berolahraga, gangguan hormonal, infeksi atau peradangan di area genital, gangguan pembekuan darah, hingga kanker serviks.

4. Oligomenorea (siklus menstruasi lebih panjang)

Perempuan yang mengalami kondisi ini akan merasa siklus mentruasi jadi jarang terjadi, yaitu lebih dari 35-90 hari atau tidak lebih dari 8-9 kali dalam setahun. Oligomenorea sering dialami oleh remaja yang baru memasuki fase pubertas atau wanita menjelang menopause. Namun, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh beberapa hal lain, seperti penggunaan kontrasepsi hormonal, melakukan aktivitas olahraga atau fisik yang berat, gangguan ovulasi, masalah psikologis, gangguan makan (anoreksia atau bulimia), serta adanya efek samping obat-obatan.

5. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)

Hampir semua wanita mengalami PMS (premenstrual syndrome) dalam siklus menstruasinya. Kondisi ini biasanya ditandai dengan perubahan mood, sakit kepala, munculnya jerawat, hingga payudara yang bengkak. Penyebab secara umum adalah meningkatnya hormon progesteron selama haid. Namun, jika gejala PMS yang Anda alami sangat parah, mungkin saja Anda mengalami premenstrual dysphoric disorder (PMDD), gangguan dengan serangkaian gejala yang jauh lebih parah dari PMS pada umumnya. Penderita PMDD umumnya  membutuhkan penanganan lebih intensif untuk bisa mengatasi masalah ini.

Tips kesehatan dan kenyamanan saat menstruasi

“Perempuan penting memahami kesehatan menstruasi, sebab jika kebersihan tidak dijaga, itu artinya mengundang bakteri patogen masuk ke vagina dan bisa menyebabkan infeksi, baik di saluran reproduksi maupun organ sekitar seperti infeksi saluran kemih. Menstruasi merupakan hal penting dalam siklus reproduksi perempuan, sehingga adanya tanda dan gangguan abnormal harus segera dideteksi lebih dini,” jelas dr. Riyana.

Lebih dari itu, dalam acara ini juga diingatkan bahwa menstruasi bukanlah penghalang untuk tetap aktif berkegiatan. Agar Moms tetap nyaman saat menstruasi, cobalah mengganti penggunaan pembalut sekali pakai dengan pembalut kain ataupun menstrual cup.

“Dengan menstrual cup, kita jadi diajak untuk belajar lagi tentang anatomi tubuh dan justru kita bisa tahu cara untuk bisa tetap aktif saat berkegiatan selama menstruasi. Selain itu, penggunaan menstrual cup yang bisa dipakai sampai 10 tahun dan pembalut kain sampai 7 tahun tentunya sangat ramah lingkungan serta lebih irit karena pemakaiannya bisa untuk jangka panjang,” tambah Dwi Sasetyaningtyas, CEO Sustaination.

Jadi, Moms kini sudah lebih memahami fase menstruasi, kan? Ke depannya, Anda pun bisa menjalani periode menstruasi dengan perasaan aman, nyaman, dan tentunya juga bisa berperan menjaga lingkungan dengan menggunakan produk zero waste, seperti pembalut kain dan menstrual cup. Yuk, #MulaidariPilihanku menuju #MenstruasiNyaman, aman, dan ramah lingkungan. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Diana.grytsku/Freepik, Sustaination)