Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Bisa Jadi Penyebab Sulit Hamil, Ini yang Perlu Anda Tahu tentang Anovulasi

Bisa Jadi Penyebab Sulit Hamil, Ini yang Perlu Anda Tahu tentang Anovulasi

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Ketika Anda sedang mencoba untuk hamil dan memiliki anak, Anda mulai lebih rutin memperhatikan siklus masa subur dan ovulasi daripada biasanya. Karena agar dapat hamil, tentu Anda harus berovulasi terlebih dahulu.

Dan ketika Anda mengalami kesulitan untuk hamil, meskipun menstruasi tampak normal, Anda mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi. Nah, bisa jadi hal itu disebabkan oleh anovulasi.

Anovulasi adalah salah satu penyebab seorang wanita sulit untuk hamil dan punya anak. Menurut artikel yang dipublikasikan di laman University of Florida Health, anovulasi merupakan penyebab paling umum infertilitas pada wanita.

Apa itu anovulasi?

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, sesuai dengan namanya, anovulasi terjadi ketika seorang wanita melewatkan ovulasi. Selama ovulasi, ovarium akan melepaskan sel telur (oosit) dari indung telur (ovarium), yang nantinya bisa dibuahi oleh sperma.

Namun, ketika sel telur tidak mengalami ovulasi atau gagal matang, itulah yang disebut dengan anovulasi. Akibatnya, sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma dan membuat Anda sulit untuk hamil.

Penyebab anovulasi

Anovulasi adalah proses kompleks yang melibatkan banyak hormon, organ, dan kelenjar, sehingga ada banyak kemungkinan penyebabnya. Beberapa di antaranya adalah: 

  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS). Ini adalah penyebab paling umum dari anovulasi. PCOS menyebabkan fase ovulasi terjadi secara tidak teratur atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
  • Disfungsi kelenjar hipofisis. Kelenjar ini bertanggung jawab untuk menghasilkan hormon yang berperan penting dalam ovulasi. Dan apa pun yang mengganggu fungsi normal kelenjar ini, seperti tumor kelenjar hipofisis, hal tersebut dapat menyebabkan anovulasi.
  • Amenore hipotalamus fungsional. Kondisi ini bisa disebabkan oleh stres, olahraga berlebihan, atau berat badan yang rendah–kadang-kadang dikaitkan dengan anoreksia–yang bisa menyebabkan anovulasi.
  • Kadar hormon tiroid yang rendah (hipotiroidisme). Kelenjar tiroid menghasilkan hormon yang dibutuhkan untuk banyak fungsi tubuh, salah satunya hormon tiroksin. Ketika kadar hormon tiroksin dalam darah rendah, hal itu bisa meningkatkan jumlah prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari Anda. Akibatnya, prolaktin menekan hormon follicle-stimulating (FSH) dan hormon luteinizing (LH), yang keduanya diperlukan untuk ovulasi, sehingga dapat menyebabkan anovulasi.
  • Kadar hormon Gonadotropin-releasing (GnRH) yang rendah. Hormon GnRH memicu pelepasan hormon luteinizing (LH) dan hormon follicle-stimulating (FSH), yang diperlukan untuk ovulasi. Karena itu, memiliki kadar hormon GnRH yang rendah dalam darah dapat menyebabkan anovulasi.
  • Obesitas. Obesitas dapat memicu kelebihan produksi insulin yang menyebabkan ovarium memproduksi terlalu banyak testosteron. Inilah yang dapat menyebabkan ovulasi menjadi tidak teratur. Obesitas juga bisa berpengaruh pada fungsi ovarium secara normal, yang pada gilirannya dapat mengganggu proses ovulasi.
  • Menopause dini dan menopause.

Siapa saja yang bisa mengalami anovulasi?

Anovulasi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada wanita usia subur, yaitu pada usia 12-51 tahun. Anda mungkin pernah mengalaminya sekali atau dua kali, tetapi tidak menyadarinya. Hal ini disebabkan karena ketika Anda mengalami anovulasi, Anda bisa saja masih mengalami menstruasi.

Diambil dari laman Healthline, ketika terjadi anovulasi, tingkat progesteron dalam tubuh menjadi tidak memadai yang dapat menyebabkan pendarahan, sehingga Anda mungkin salah mengira bahwa perdarahan yang terjadi tersebut adalah perdarahan menstruasi.

Apa saja tanda dan gejala anovulasi?

Tanda dan gejala anovulasi dapat meliputi:

  • Menstruasi tidak teratur. Rata-rata siklus menstruasi normal berkisar 21-35 hari. Akan tetapi, jika siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari secara berubah-ubah, hal tersebut bisa dianggap siklus menstruasi yang tidak teratur. Ini bisa menjadi tanda dan gejala anovulasi.
  • Memiliki periode haid yang sangat berat atau ringan.
  • Amenorea: Suatu kondisi di mana seorang wanita kehilangan lebih dari satu periode menstruasi tanpa hamil. Itu bisa menjadi tanda anovulasi.
  • Tidak mengalami premenstrual syndrome (PMS).
  • Tidak keluar lendir serviks. Jika Anda tidak mengeluarkan lendir serviks dari vagina sebelum dan selama ovulasi, Anda mungkin mengalami anovulasi.
  • Memiliki suhu tubuh basal yang tidak teratur. Ovulasi dapat menyebabkan sedikit peningkatan pada suhu tubuh basal. Dan, ketika suhu tubuh basal tidak meningkat selama ovulasi, itu bisa menjadi tanda anovulasi.
  • Nyeri berlebihan saat menstruasi.

Apakah anovulasi bisa diobati?

Perawatan anovulasi yang diberikan dokter akan disesuaikan dengan penyebab anovulasi itu sendiri. Dikutip dari Healthline, jika penyebab anovulasi terkait dengan faktor luar seperti nutrisi atau gaya hidup, memperbaiki pola makan dan aktivitas fisik mungkin bisa membantu. Anda juga perlu menjaga berat badan tetap ideal dan sehat, seperti menambah atau menurunkan berat badan sesuai anjuran dokter. Hal itu bisa membantu mengobati anovulasi.

Jika ketidakseimbangan hormon adalah penyebab anovulasi yang Anda alami. Dalam hal ini, dokter Anda mungkin akan meresepkan obat penyubur kandungan, yang memang dapat memerangi masalah ketidaksuburan, ini termasuk obat-obatan untuk mematangkan folikel, meningkatkan estrogen, dan membantu ovarium melepaskan sel telur.

Apabila diperlukan, tindakan pembedahan mungkin dilakukan jika ditemukan penyebab anovulasi yang lebih serius, seperti tumor.

Baca juga: Bikin Sulit Hamil, Kenali Tanda Gagal Ovulasi dan Penyebabnya

(M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Drobotdean on Freepik)