Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms pasti tahu kalau kanker payudara merupakan jenis kanker yang cukup sering menyerang wanita Indonesia. Menurut dr. Rika Lesmana, SpB, Dokter Spesialis Bedah dari Brawijaya Hospital - Saharjo, data dari Globocan 2020 menunjukkan bahwa kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Ini tentu angka yang sangat mencengangkan ya, Moms! Ditambah lagi angka kematian akibat kanker payudara yang mencapai lebih dari 22.000 jiwa kasus.
Walau kasus ini terus bertambah, Moms jangan khawatir berlebih karena dr. Rika menyebutkan rutin mendeteksi dini kanker payudara dapat meningkatkan prognosis (prediksi mengenai perkembangan suatu penyakit) dan mengurangi biaya pengobatan lho, Moms.
Nah, untuk mendeteksi kanker payudara, dr. Rika menyebutkan ada cara mudah dan akurat yang bisa Moms lakukan, yaitu dengan rutin SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) dan SADANI (pemeriksaan padayudara klinis) yang bisa memanfaatkan mamografi dan teknologi ultrasound system terbaru. Penasaran? Simak penjelasannya yuk, Moms!
Pentingnya deteksi dini
Deteksi dini merupakan hal yang penting untuk menemukan kanker ketika masih di stadium awal dan menentukan pengobatan yang tepat pada pasien. Namun, berdasarkan studi, hanya 5% perempuan Indonesia yang mengetahui mengenai pemeriksaan dini kanker payudara, seperti dengan metode mamografi.
Deteksi dini kanker payudara, terutama bagi perempuan usia 30-40 tahun, penting untuk pencegahan kanker ke stadium lanjut dan mempercepat pengobatan. Dokter Spesialis Bedah Onkologi Brawijaya Hospital - Saharjo, dr. Bob Andinata, SpB.Onk, mengatakan, “Pada stadium awal, deteksi dini dapat meningkatkan kemungkinan kesembuhan pasien. Bagi dokter, keakuratan hasil deteksi dini akan membantu menentukan penanganan yang tepat bagi pasien. Dengan cepat tertangani, maka angka kesembuhan pasien akan semakin tinggi.”
Hal ini juga sejalan dengan Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia dari Kementerian Kesehatan RI yang mencakup 3 pilar: promosi kesehatan, deteksi dini, dan tatalaksana kasus. Secara rinci ketiga pilar tersebut menargetkan 80% perempuan usia 30-50 tahun dideteksi dini kanker payudara, 40% kasus didiagnosis pada stage 1 dan 2, dan 90 hari untuk mendapatkan pengobatan.
Teknologi canggih dan akurat!
Untuk mendukung deteksi dini dan meningkatkan keakuratan hasil bagi pasien, Brawijaya Hospital - Saharjo menyediakan Bus Khusus Pemeriksaan Kanker Payudara yang menggunakan Invenia™ ABUS 2.0 ultrasound system.
Pemeriksaan dengan perangkat portabel deteksi dini kanker payudara, Invenia™ ABUS 2.0, menunjukkan peningkatan 35,7% deteksi kanker dibandingkan hanya dengan mammografi, bahkan pada perempuan dengan dense breast.
Dokter spesialis radiologi, dr. Semuel Manangka, SpRad(K)-RI mengatakan, perempuan memiliki tipe jaringan payudara yang berbeda-beda. Sebagian memiliki jaringan dense breast, sedangkan lainnya memiliki jaringan fatty breast.
“Mamografi dan ultrasound membantu dokter menegakkan diagnosis secara presisi. Ini karena ada data yang menunjukkan mammografi sulit mendeteksi 1 dari 3 kanker payudara pada jaringan dense breast1 sehingga kombinasi deteksi akan lebih baik. Jika digunakan bersama dengan mammografi, Invenia™ ABUS 2.0 dapat mendeteksi lebih dari 37% kanker payudara, bahkan pada perempuan dengan jaringan dense breast,” jelas dr. Semuel.
Menurutnya, Invenia™ ABUS 2.0 memiliki beragam keunggulan seperti:
- Memberikan gambaran yang konsisten dengan hasil berkualitas
- Memiliki gambaran 3D dengan potongan coronal setebal 2 mm
- Full contact dan coverage karena permukaan transducer lebar (15 cm)
- Bagi pasien, pemeriksaan ini akan lebih nyaman karena bentuk transducer yang mengikuti bentuk payudara (reverse curve transducer).
Deteksi dini di bus, yuk!
Sebagai rumah sakit yang memiliki fokus dan fasilitas terlengkap terhadap kesehatan obstetri dan ginekologi, perempuan, serta anak-anak, Brawijaya Hospital - Saharjo sangat mengkhawatirkan fakta yang ada mengenai rendahnya angka deteksi dini kanker payudara.
“Oleh karenanya, kami berinisiatif meluncurkan perangkat portabel teknologi terbaru di RS kami dengan menggunakan Invenia™ ABUS 2.0. Perangkat berteknologi terkini ini terpasang di Brawijaya Hospital – Saharjo dan tersedia dalam bus khusus pemeriksaan deteksi dini kanker payudara yang dapat berkeliling untuk menjangkau lebih banyak perempuan agar dapat melakukan deteksi dini kanker payudara,” ujar Presiden Direktur Brawijaya Hospital - Saharjo, dr. Chammim, SpOG(K).
Bus ini juga menyediakan edukasi seputar kanker payudara, seperti pentingnya deteksi dini, gejala, faktor risiko, dan penanganan kanker payudara. “Dengan demikian, semakin banyak perempuan Indonesia yang terlindungi dari kanker payudara,” tutup dr. Chammim. Jangan lupa untuk rutin deteksi dini kanker payudara ya, Moms! (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Storyset/Freepik, Dok. Brawijaya Hospital Saharjo)