Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Siapa pun pasti akan kaget sekaligus bahagia saat mendengar Si Kecil mengucapkan kata seperti “Dada” atau “Mama”. Meskipun baru satu atau dua kata yang terucap, tetap saja hal ini menambah kebahagiaan sekaligus harapan bahwa anak bisa segera berbicara dengan lancar.
Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda. Umumnya, jika Si Kecil tidak kunjung bisa bicara, orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Namun, benarkah begitu? Bagaimana jika Si Kecil adalah late talker?
Baca juga: 8 Tips untuk Membuat Bayi Anda Cepat Berbicara
Mengenal tahapan perkembangan berbicara anak
Berkomunikasi tentu menjadi kunci agar anak bisa menyampaikan berbagai hal kepada orang tua maupun sebaliknya. Maka, penting bagi Moms untuk memantau perkembangan Si Kecil dalam berbicara dari tahapan-tahapan yang ada secara umum.
Pada usia 2 bulan, bayi biasanya sudah mulai bisa merespons dengan mengeluarkan tawa atau disebut dengan istilah cooing. Memasuki usia 6-9 bulan, Si Kecil mulai melakukan babbling atau mengucapkan kata yang berulang. Kata pertama pun akan terucap saat ia memasuki usia 10 bulan dan kosakatanya akan semakin bertambah hingga usia 2 tahun.
Pada usia tersebut, kemampuan Si Kecil untuk memahami setiap kata dan kalimat yang diucapkan oleh orang lain pun sedang berkembang. Dilansir dari American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), hal tersebut dipengaruhi sejumlah hal, seperti:
- Kemampuan alami anak dalam memahami bahasa
- Keterampilan lain yang sedang dipelajarinya pada saat yang bersamaan
- Paparan terhadap beragam kosakata setiap harinya
- Cara orang di sekitarnya memberikan respons terhadap usaha komunikasi yang dilakukan Si Kecil.
Berbagai faktor tersebut tentu perlu menjadi perhatian Moms selama tumbuh kembang Si Kecil. Apabila bayi menunjukkan tanda bahwa ia belum bisa berbicara di antara usia tersebut, segera lakukan pemeriksaan. Sebab, penyebabnya bukan hanya speech delay, melainkan bisa juga Si Kecil mengalami kondisi sebagai late talker.
Perbedaan late talker dan speech delay
Lantas, apa bedanya antara late talker dan speech delay? Late talker adalah kondisi di mana anak mengalami perkembangan bahasa dan ekspresif yang terlambat, sedangkan perkembangan lainnya terjadi dengan baik. Karakteristiknya tampak jika anak sulit merangkai kalimat dalam dua kata. Si Kecil juga hanya memiliki kosakata kurang dari 50 kata pada usianya yang sudah memasuki 24 bulan.
Sedangkan speech delay merupakan perkembangan bahasa, ekspresif, artikulasi, dan suara yang terlambat. Kondisi ini bahkan bisa disertai dengan gangguan kemampuan lainnya. Meski terlihat serupa dengan late talker, anak yang mengalami speech delay cenderung terganggu dalam pembentukan suara, artikulasi, serta kelancaran dalam berbicara.
Menurut dr. William Jayadi Iskandar, Sp.A dari RSPI Pondok Indah, jika anak menunjukkan tanda terlambat berbicara, maka segera konsultasikan agar bisa ditangani dengan langkah yang tepat, seperti terapi wicara. Tanda tersebut di antaranya adalah tidak babbling, tidak terucap kata yang berarti, hingga hilangnya kemampuan bicara yang sebelumnya sudah bisa diucapkan.
Untuk menstimulasi perkembangan bicara anak, ada beberapa cara yang bisa Moms lakukan, di antaranya:
- Ajak anak untuk berkomunikasi dan berbicara setiap ada kesempatan.
- Hindari berbicara dengan cepat, serta beri jeda agar anak dapat meresponsnya.
- Ulangi sebuah kalimat dengan pelafalan yang benar.
- Bacakan buku untuk memperkaya kosakata Si Kecil.
(M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Pch.vector/Freepik)
- Tag:
- bayi
- speech delay
- late talker