Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Baru-baru ini, media sosial diramaikan dengan sebuah thread atau tulisan yang membahas soal husband stitch. Pernah dengar istilah tersebut, Moms?
Dalam bahasa Indonesia, husband berarti suami. Tapi jangan salah sangka, praktek husband stitch atau yang secara harfiah bisa diartikan sebagai “jahitan suami” justru dilakukan terhadap wanita.
Ya, husband stitch mengacu pada jahitan ekstra yang dilakukan kepada ibu setelah melalui proses persalinan per vaginam yang menyebabkan perineum robek. Perlu diketahui, setiap ibu yang menjalani persalinan per vaginam pasti mendapatkan jahitan. Hanya saja pada husband stitch, jahitan tersebut melebihi yang diperlukan untuk memperbaiki robekan pada perineum. Tujuan dilakukan husband stitch adalah untuk mengencangkan vagina guna menambah kenikmatan saat bercinta.
Asal muasal husband stitch
Jadi di dalam vagina, terdapat otot yang dapat melebar atau merenggang untuk jalan keluar bayi dalam proses persalinan per vaginam. Hanya saja, lubang vagina tersebut terkadang tidak cukup lebar untuk bisa dilalui kepala bayi sehingga dokter perlu melakukan tindakan episiotomi. Sebagai catatan, episiotomi merupakan prosedur untuk menyayat perineum, yaitu area antara lubang vagina dan anus.
Episiotomi bertujuan untuk memperluas lubang vagina sehingga bayi bisa lebih mudah melewatinya. Episiotomi juga bisa dilakukan apabila terjadi komplikasi selama proses persalinan berlangsung.
Diyakini, efek dari episiotomi akan membuat vagina terasa longgar sehingga memengaruhi kenikmatan bercinta. Oleh sebab itu, sebagian dokter menawarkan untuk melakukan tindakan husband stitch untuk mengencangkan vagina kembali. Menurut situs National Library of Medicine, praktek husband stitch dimulai sejak pertengahan 1950-an.
Dampaknya bagi wanita
Seperti telah disebutkan sebelumnya, husband stitch dilakukan agar bercinta terasa semakin nikmat. Masalahnya, nikmat bagi siapa? Apakah suami dan istri akan merasakan kenikmatan yang sama dengan dilakukannya husband stitch setelah proses persalinan?
Jawabannya adalah tidak! Saat ini praktek husband stitch sesungguhnya sudah dilarang karena dianggap tidak memberikan efek apa pun saat berhubungan seks. Pada dasarnya, vagina wanita memiliki otot yang otomatis kembali ke keadaan semula setelah melahirkan. Dan kenikmatan seks bukan ditentukan oleh sempit atau lebarnya pintu masuk penis ke vagina, melainkan tergantung pada otot dalam saluran vagina.
Di sisi lain, banyak yang mengecam praktik ini karena husband stitch sering dilakukan tanpa persetujuan sang ibu dan merugikan kaum wanita. Husband stitch juga dinilai lebih banyak memberikan efek negatif ketimbang positif. Pasalnya, husband stitch justru bisa membuat hubungan seks terasa lebih menyakitkan, khususnya bagi para Moms.
Selain itu, ada sejumlah komplikasi yang mungkin terjadi saat wanita mendapatkan husband stitch, antara lain:
- Peningkatan nyeri di area sayatan
- Perdarahan yang terjadi secara terus-menerus
- Kebocoran urine atau feses
- Tanda-tanda infeksi, seperti nanah, bau tidak sedap, atau bengkak di lokasi sayatan
- Mengalami nyeri saat berhubungan seks
- Pembentukan jaringan parut
- Prolaps rahim atau kondisi ketika rahim turun hingga menonjol keluar vagina
- Trauma emosional.
Jadi Moms, sesungguhnya husband stitch tidak diperlukan. Dan karena banyaknya efek negatif, Anda bisa menolak apabila dokter menawarkan husband stitch setelah persalinan kepada Anda atau berkonsultasi lebih lanjut kepada ahlinya. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)