Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Kenali 6 Faktor Risiko dan 4 Gejala Kanker Ovarium pada Perempuan

Kenali 6 Faktor Risiko dan 4 Gejala Kanker Ovarium pada Perempuan

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sebagai wanita, Moms perlu ekstra waspada terhadap beberapa jenis kanker yang kerap menyerang sistem reproduksi. Selain kanker serviks, ada pula kanker ovarium yang kerap disebut sebagai silent killer.

Perlu diketahui, ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduksi perempuan yang salah satu fungsinya sebagai tempat pematangan sel telur. Ovarium terletak di pelvis, rongga bagian bawah perut.

Mengapa kanker ovarium dianggap sebagai silent killer? Faktanya, jenis kanker yang satu ini kerap tidak terdeteksi pada stadium awal. Karena sulit dideteksi, banyak perempuan yang baru menyadari dirinya terkena kanker ovarium setelah kondisinya parah. Alhasil, jumlah kematian akibat kanker ovarium tergolong mengkhawatirkan.

Berdasarkan data terakhir dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) pada 2020, Indonesia mencatat 14.896 kasus baru kanker ovarium dengan angka kematian 9.581 dalam setahun. Kanker ovarium menempati peringkat 5 teratas dari deretan kanker yang khusus terjadi pada wanita. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 1 dari 78 wanita berisiko menderita kanker ovarium.

“Kanker ovarium merupakan salah satu kanker yang dikenal sebagai silent killer bagi kaum perempuan karena penyakit tersebut tidak menunjukkan gejala apa pun di stadium awal. Hanya 20 persen dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal,” kata Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG(K), K-Onk, selaku Ketua HOGI, dalam kegiatan konferensi pers Kampanye 10 Jari “Bersama, Kita Bisa Menghadapi Kanker Ovarium” bersama AstraZeneca.

“Jika ditemukan lebih dini, 94 persen pasien dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis. Untuk itu, penting bagi perempuan di Indonesia untuk mengetahui faktor risiko dan gejala kanker tersebut,” imbuhnya.

Risiko dan Gejala

Siapa saja bisa terkena kanker ovarium. Namun sejumlah kondisi berikut ini bisa meningkatkan risiko terjadi kanker ovarium, yaitu:

  • Wanita lanjut usia
  • Angka kelahiran yang rendah
  • Riwayat kanker ovarium dalam keluarga
  • Gaya hidup buruk
  • Riwayat kista endometriosis
  • Mutasi genetik.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, kanker ovarium tidak benar-benar memiliki gejala yang khas sehingga bisa mudah terdeteksi. Pada umumnya, wanita yang mengalami kanker ovarium merasakan gejala sebagai berikut:

  • Perut kembung
  • Nyeri pada panggul/perut
  • Sering buang air kecil
  • Nafsu makan berkurang.

Apabila Moms mengalami gejala tersebut, Anda disarankan segera berkonsultasi dengan dokter dan menjalani pemeriksaan secara menyeluruh. “Saya juga mengimbau para pasien yang telah terdiagnosis dengan kanker ovarium untuk tetap mengontrol kondisi mereka dengan menemui dokter secara rutin dan menemukan terapi yang tepat untuk menghadapi penyakit tersebut agar kualitas hidup mereka semakin baik,” ujar Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG(K), K-Onk.

Kampanye 10 Jari

Untuk meningkatkan kewaspadaan wanita Indonesia terhadap bahaya kanker ovarium, AstraZeneca bekerja sama dengan Cancer Information and Support Center (CISC) dan Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia menggelar Kampanye 10 Jari. Sepuluh jari yang dimaksud merujuk pada 6 faktor risiko dan 4 gejala kanker ovarium.

Sejak diluncurkan pada Mei 2021, Kampanye 10 Jari telah melakukan berbagai kegiatan edukasi kanker ovarium terhadap lebih dari 20 ribu masyarakat Indonesia melalui sesi edukasi awam secara online dengan praktisi kesehatan dan kelompok pasien di media sosial. Kampanye 10 Jari juga bertujuan untuk membantu wanita melakukan deteksi dini dan memberdayakan penyintas kanker ovarium untuk menghadapi penyakit tersebut dengan pengobatan yang tepat. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik, AstraZeneca)