Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah burnout. Ya, istilah ini sering kali terjadi di dalam situasi kerja yang disebabkan oleh stres dan kelelahan yang berkepanjangan. Tetapi, faktanya burnout juga bisa terjadi pada hubungan pernikahan Anda, lho!
Mungkin Anda tak lagi mengganggap menarik tingkah laku pasangan Anda, mulai ogah berdiskusi soal permasalahan hidup, atau Anda dan pasangan mulai bertengkar lebih sering daripada biasanya. Hal-hal tersebut ternyata dapat menjadi tanda atau gejala burnout terhadap pernikahan. Namun, Anda tak perlu segera mengambil jalan pintas untuk melepaskan hubungan ini, karena masih ada banyak cara untuk mengatasinya. Ingin tahu lebih banyak? Keep on scrolling down, Moms!
Tanda burnout dalam pernikahan
Dilansir dari Medium, ada 3 tanda yang menandakan burnout pada hubungan pernikahan Anda, yakni:
1. Kelelahan fisik dan emosi. Moms merasa pernikahan Anda melelahkan. Anda tahu bahwa hubungan ini perlu diperhatikan, namun Anda tak menemukan cukup energi atau motivasi untuk mengupayakannya. Bahkan, date night atau quality time pun membuat Anda merasa lelah.
2. Sinisme dan mulai melepaskan satu sama lain. Anda merasa tidak lagi terikat dengan pasangan Anda, Moms. Perasaan negatif juga mulai meningkat terhadap perilaku, hal-hal yang pasangan Anda katakan, karakter, bahkan kecocokan Anda dan pasangan. Anda tak ingin mengakuinya, tapi Anda mulai berandai-andai jika ada “opsi” yang lebih baik di luar pernikahan Anda.
3. Merasa tak lagi mau berusaha. Anda mulai mengikuti arus. Anda berhenti mencoba dan berusaha. Anda lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan ponsel daripada dengan pasangan Anda. Keintiman fisik antara Anda dan pasangan menurun, begitu pula dengan koneksi emosionalnya. Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan. Tak jarang Anda bahkan merasa ingin mengemas barang-barang dan pergi jauh.
Cara mengatasi burnout dalam pernikahan
Berbagai hal di atas merupakan tanda peringatan, sehingga Anda tak perlu langsung panik jika merasa mengalaminya, meskipun Anda juga tidak boleh mengacuhkannya. Burnout tak berarti Anda dan pasangan perlu mengakhiri pernikahan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu segera Anda lakukan saat merasa burnout dalam pernikahan Anda.
1. Refleksikan kondisi mental Anda
Periksa kondisi mental Anda, Moms. Terkadang, pernikahan dapat membuat Anda merasa depresi, cemas, bingung, atau kacau. Namun hal ini juga dapat diperbaiki. Secara umum, masalah pada mental dapat memengaruhi perasaan Anda terhadap hubungan Anda secara negatif. Kita bisa membawa stres yang kita alami kepada orang-orang terdekat kita. Jadi, berhati-hatilah, Moms. Periksa jika permasalahan tak berasal dari pekerjaan, masalah keluarga, atau masalah lain. Soalnya, tak adil jika pernikahan Anda yang menjadi sumber pelampiasan stres tersebut.
2. Pahami masalahnya
Ketahui dan akui masalah Anda. Jika Anda merasa berbagai masalah menjadi makin serius, Anda perlu duduk tenang dan mengobrol dengan Dads segera. Menghindari diri dari pasangan adalah strategi yang bodoh, karena dapat meningkatkan perasaan negatif dan muak terhadap satu sama lain. Berhati-hatilah terhadap bahasa yang Anda gunakan. Ungkap masalah pada perilaku, bukan karakter. Jangan berbicara kasar dan dengarkan pasangan Anda dengan baik. Berikan ruang baginya untuk mengekspresikan perasaannya.
3. Jangan segera berhenti
Jika Anda merasa sempat atau masih mencintai pasangan Anda, maka jangan ambil keputusan untuk mengakhiri hubungan ini. Cari perspektif dari luar. Ketahuilah bahwa saran dari teman atau orang yang dekat dengan Anda dan pasangan dapat menjadi penting. Terapi ke konselor pernikahan juga dapat membantu Anda dan pasangan.
4. Usahakan untuk bersikap baik kepada pasangan
Cobalah untuk bersikap baik kepada pasangan Anda. Pujilah ia, ucapkan terima kasih, atau berikan pasangan Anda apresiasi 3 kali sehari, meski Anda merasa hal ini sangat aneh dan tak wajar. Fokuskan diri Anda pada hal-hal baik yang pasangan Anda miliki dan lakukan. Gunakan kata-kata, gestur, dan perilaku untuk mengungkapkan kasih sayang. Melakukan berbagai hal ini dapat memberikan Anda perasaan baik seiring berjalannya waktu. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Cookie_studio/Freepik)