Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Osteoarthritis, Radang Sendi yang Sering Terjadi, Ini Penyebab dan Gejalanya

Osteoarthritis, Radang Sendi yang Sering Terjadi, Ini Penyebab dan Gejalanya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Pertambahan usia sering kali dibarengi dengan munculnya masalah kesehatan pada tubuh. Salah satu kondisi yang kerap dialami seseorang seiring dengan terjadinya proses penuaan adalah osteoarthritis.

Bagi orang awam, osteoarthritis mungkin lebih dikenal dengan istilah pengapuran. Secara medis, osteoarthritis bisa dideskripsikan sebagai peradangan kronis pada sendi yang terjadi akibat kerusakan pada tulang rawan, yaitu bantalan halus yang melindungi bagian ujung tulang.

Osteoarthritis adalah jenis arthritis (peradangan sendi) yang paling sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak.

Meski tidak menutup kemungkinan osteoarthritis dialami di usia yang relatif muda, kondisi ini umumnya terjadi seiring dengan pertambahan usia seseorang. Osteoarthritis bisa menyerang semua sendi, tapi sendi di jari tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung merupakan sendi-sendi yang paling sering terkena osteoarthritis. Gejala yang timbul saat mengalami osteoarthritis akan berkembang secara perlahan.

Baca juga: Waspada Risiko Radang Sendi Setelah Melahirkan, Moms!

Penyebab osteoarthritis dan faktor risikonya

Seperti telah disebutkan, osteoarthritis disebabkan karena adanya kerusakan pada tulang rawan dan sendi. Lalu, kerusakan ini akan menyebabkan terjadinya gesekan langsung antartulang. Gesekan ini lama-kelamaan akan merusak dan menyebabkan peradangan pada sendi.

Osteoarthritis termasuk penyakit degeneratif atau terkait dengan pertambahan usia seseorang. Itulah sebabnya, osteoarthritis lebih sering terjadi pada lansia atau seseorang di atas usia 50 tahun. Namun, sejumlah faktor bisa meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis, antara lain:

  • Berjenis kelamin wanita, khususnya yang sudah menopause
  • Mengalami obesitas
  • Mengalami cedera pada sendi atau pernah menjalani operasi pada tulang dan sendi
  • Melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik yang menyebabkan sendi tertekan terus-menerus, misalnya terlalu sering mengenakan sepatu hak tinggi
  • Memiliki riwayat osteoarthritis di keluarga
  • Menderita penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis (peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri) dan hemokromatosis (penyakit ketika kadar zat besi dalam tubuh terlalu berlebihan)
  • Mengalami kelainan bawaan atau cacat pada tulang rawan atau sendi.

Gejala osteoarthritis

Pada umumnya, gejala awal osteoarthritis ditandai dengan munculnya rasa nyeri dan kaku pada sendi. Namun, ada pula penderita osteoarthritis yang tidak merasakan nyeri, melainkan hanya mendengar bunyi gesekan pada sendi saat bergerak.

Seiring dengan berjalannya waktu, gejala yang ditimbulkan akan berkembang secara perlahan. Bukan tak mungkin, kondisi ini akan membuat penderita sulit bergerak dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari.

Selain munculnya rasa nyeri dan kaku, gejala lain yang mungkin dialami penderita osteoarthritis adalah:

  • Pembengkakan pada sendi
  • Munculnya suara gesekan pada sendi ketika digerakkan
  • Melemahnya otot dan berkurangnya massa otot
  • Munculnya taji atau tulang tambahan
  • Munculnya benjolan pada sendi yang ada di jari tangan
  • Membengkoknya jari tangan

Penanganan osteoarthritis

Osteoarthritis termasuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Meski begitu, penyakit ini masih bisa dikelola secara efektif guna meringankan gejalanya. Itulah sebabnya, penderita osteoarthritis perlu melakukan kontrol rutin ke dokter guna memantau kondisi, kemajuan terapi, serta mencegah terjadinya komplikasi.

Sementara itu, beberapa tindakan yang mungkin dilakukan dokter untuk menangani pasien osteoarthritis bisa berupa:

1. Pemberian obat untuk meredakan nyeri dan peradangan, seperti parasetamol, ibuprofen, dan suntikan obat golongan kortikosteroid.

2. Melakukan fisioterapi untuk memperkuat atau menambah fleksibilitas otot di sekitar persendian.

3. Melakukan operasi guna mengganti sendi yang rusak.

Selain langkah-langkah tersebut, penderita osteoarthritis juga diharapkan bisa mengubah pola hidup jadi lebih sehat, antara lain dengan rutin berolahraga. Olahraga yang dilakukan secara teratur bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan memperkuat otot-otot di sekitar persendian, sehingga membuat persendian lebih stabil. Anda bisa memilih olahraga seperti berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan yoga.

Selain itu, penderita osteoarthritis yang mengalami obesitas juga sebaiknya menurunkan berat badan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada sendi dan mengurangi nyeri. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)