Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Lebih Cepat Menular, Waspada Ancaman COVID-19 Varian Omicron!

Lebih Cepat Menular, Waspada Ancaman COVID-19 Varian Omicron!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Varian baru virus COVID-19, yakni B.1.1.529 atau yang dikenal dengan nama Omicron, kini tengah menjadi sorotan dunia dan menimbulkan kekhawatiran baru. Pasalnya, varian ini memiliki jumlah mutasi lebih banyak yang memungkinkannya bisa menyebar lebih cepat atau bahkan menghindari antibodi dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.

Omicron yang telah diklasifikasikan sebagai variant of concern oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diidentifikasi pertama kalinya di Afrika Selatan kini diberitakan juga terdeteksi di Eropa dan Asia. Seperti apa varian COVID-19 terbaru ini? Berikut fakta-fakta yang perlu diketahui, Moms.

Memicu kekhawatiran ilmuwan

Mengutip CNN Indonesia, hingga kini para ilmuwan masih terus melakukan penelitian dan belum bisa menjelaskan dengan detail apakah varian ini lebih menular dan mampu mengurangi efikasi vaksin COVID-19 yang sudah ada.

Salah satu yang memicu kekhawatiran para ahli adalah varian Omicron memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi, melebihi 30 sel kunci protein spike. Jumlah mutasi itu tidak biasa jika dibandingkan dengan varian COVID-19 lainnya selama ini. Para ilmuwan khawatir tingginya jumlah mutasi Omicron dapat membuatnya lebih mudah menular dan mengurangi kekebalan imun tubuh.

Gejalanya tidak biasa tapi ringan pada pasien yang sehat

Dr. Angelique Coetzee, dokter asal Afrika Selatan yang pertama kali memperingatkan keberadaan COVID-19 varian Omicron ini mengungkapkan bahwa varian tersebut tampak memicu gejala yang tak biasa namun cenderung ringan pada pasien yang sehat. Meskipun begitu, ia khawatir varian baru ini bisa menyebabkan komplikasi pada orang tua dan orang yang belum divaksinasi.

“Ini penyakit ringan dengan gejala nyeri otot dan kelelahan selama 1 atau 2 hari tidak enak badan,” jelas Coetzee kepada The Telegraph, seperti dikutip dari Kompas.com. “Sejauh ini, kami mendeteksi bahwa mereka yang terinfeksi tidak mengalami kehilangan indra perasa atau bau. Mereka mungkin sedikit batuk. Tidak ada gejala yang menonjol. Dari mereka yang terinfeksi, beberapa sekarang dirawat di rumah,” ujarnya.

Langkah yang diambil Pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia telah melakukan pengetatan perbatasan dan kedatangan dari luar negeri sebagai langkah waspada untuk mencegah varian Omicron masuk ke Indonesia. Pemerintah juga memutuskan untuk memperpanjang masa karantina bagi WNA atau WNI yang bepergian ke luar negeri menjadi 10 hari dari sebelumnya 7 hari.

Mereka yang berasal dari negara-negara Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambik, Malawi, Angola, Zambia, dan Hong Kong wajib menjalani karantina selama 14 hari.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan pun akan meningkatkan tindakan genomic sequencing terutama dari kasus-kasus positif yang berasal dari riwayat WNA atau WNI perjalanan ke luar negeri untuk mendeteksi varian omicron tersebut.

Sejauh ini, varian baru Covid-19 bernama Omicron belum terdeteksi di Indonesia. “Sampai sekarang, Indonesia belum teramati adanya varian Omicron ini,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden.

Namun, ia mengatakan bahwa Hong Kong memiliki resiko paling besar sebagai sumber kasus impor varian Omicron ke Indonesia. Pasalnya intensitas penerbangan dari wilayah itu ke Tanah Air tercatat paling sering ketimbang negara lain yang telah mengumumkan temuan kasus infeksi Omicron. “Risiko terbesar ada dari Hongkong, Italia, Inggris, baru Afrika Selatan, karena penerbangannya sering ke kita,” jelas Budi seperti dikutip dari Liputan6.com.

Respons terbaik menghadapi varian baru

Melansir Reuters, para ilmuwan mengatakan mungkin perlu waktu beberapa minggu lagi sebelum mereka akhirnya dapat menentukan jenis penyakit yang disebabkan oleh varian omicron ini, menentukan seberapa menularnya, dan mengidentifikasi seberapa jauh penyakit itu telah menyebar.

Meskipun demikian, Dr. Graham Snyder, direktur medis, pencegahan infeksi, dan epidemiologi rumah sakit di University of Pittsburgh Medical Center mengatakan bahwa vaksinasi harus tetap menjadi prioritas meskipun ada pertanyaan tentang efektivitasnya terhadap Omicron, karena kemungkinan vaksinasi masih tetap protektif sampai batas tertentu. Setiap orang juga harus terus mengenakan masker, menghindari keramaian, dan rutin mencuci tangan.

Jadi, jangan lengah dan lindungi diri Anda dan keluarga dengan selalu melakukan protokol kesehatan ya, Moms! (M&B/SW/Foto: Pikisuperstar/Freepik)