Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Saat anak memasuki usia praremaja, sebagian orang tua mulai memberikan anak kebebasan dalam mengatur keuangannya sendiri. Namun tak jarang, anak menjadi kebablasan belanja menggunakan uang jajannya. Lantas bagaimana jika sudah kecanduan belanja, terutama barang-barang yang tidak penting?
Perlu diketahui, anak usia praremaja memang belum benar-benar mampu memikirkan konsekuensi atas keputusan yang mereka ambil. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa prefrontal cortex pada otak manusia yang membantu dalam berpikir untuk mengambil keputusan dan mengontrol emosi belum berkembang dengan sempurna hingga memasuki pertengahan usia 20-an.
Jadi jangan heran jika anak praremaja masih kesulitan untuk berpikir mengenai hal-hal rumit, seperti konsekuensi atas tindakannya. “Hal semacam itu sangat sulit mereka lakukan karena otak belum bekerja dengan sempurna. Bisa dibilang, otak memerlukan unsur A, plus B, plus C untuk bisa memikirkan bagaimana tindakan mereka akan berpengaruh terhadap masa depan. Hanya saja, otak anak remaja tidak memiliki ketiga unsur tersebut,” kata Dr. Scyatta Wallace, psikolog dan ahli masalah remaja yang juga merupakan anggota American Psychological Association, seperti dilansir situs Parents.
Jadi, Moms jangan langsung memarahi apabila anak bersikap boros dan kecanduan belanja barang-barang yang tidak penting. Sebaliknya, Moms bisa melakukan langkah berikut ini guna mengatasi masalah kecanduan belanja anak praremaja.
1. Belajar dari belanja
Anda perlu melakukan pendekatan khusus dan bersikap open minded untuk anak praremaja yang kecanduan belanja. Alih-alih memarahi atau menghentikan pemberian uang jajan, Moms bisa memanfaatkan kebiasaan belanja anak sebagai sarana untuk belajar mengatur keuangan.
Tentu saja, awalnya Anda harus menetapkan batasan soal belanja. Lalu ajarkan anak untuk memilah antara kebutuhan dan keinginan. Sesekali biarkan ia menentukan pilihan soal apa yang ingin dibeli. Lalu tanyakan apa alasannya mengambil keputusan tersebut dan tingkat urgensinya. Lama-kelamaan, anak akan terlatih untuk menentukan apakah benda tersebut benar-benar ia butuhkan dan harus dibeli atau tidak.
2. Perkenalkan dengan uang sejak dini
Ya, tidak ada salahnya untuk memperkenalkan anak dengan uang sejak masih kecil. Ajarkan anak tentang nilai uang, kegunaan, dan bagaimana mendapatkannya. Dengan begitu ia bisa menghargai nilai uang tersebut.
“Sekitar 75 persen orang tua tidak pernah berbicara mengenai uang kepada anak-anak mereka. Padahal, orang tua adalah sosok yang paling berpengaruh dalam mengubah sekaligus mengembangkan sikap serta kebiasaan anak,” ungkap Dean Brauer, pendiri sekaligus direktur GoHenry, perusahaan kartu debit serta aplikasi keuangan untuk anak-anak.
3. Dukung anak untuk mendapatkan uang sendiri
Satu hal yang tak kalah penting, anak perlu tahu bahwa mendapatkan uang tidaklah mudah. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan kepada anak untuk bekerja agar bisa mendapatkan uang tambahan, misalnya dengan mengadakan garage sale mainan lamanya atau meminta anak mengerjakan pekerjaan yang agak berat seperti mengecat pagar. Dengan begitu, ia akan lebih menghargai uang yang dimiliki dan tidak menghambur-hamburkannya begitu saja.
4. Berkenalan dengan tabungan
Ya, tidak ada salahnya jika Moms mulai mengajarkan kepada anak untuk menabung sejak dini. Beri pengertian kepadanya bahwa uang tabungannya bisa digunakan untuk hal-hal penting atau membeli barang yang memang benar-benar ia inginkan nantinya.
Akan tetapi jangan lupa juga untuk mengingatkan anak bahwa tabungan juga perlu dimanfaatkan dengan bijaksana. Dengan kata lain, anak tidak akan sembarangan membeli barang yang tidak dibutuhkan dengan menggunakan uang tabungannya. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Drobotdean/Freepik)