Type Keyword(s) to Search
TOODLER

5 Kalimat Ampuh untuk Bantu Redakan Amarah Anak

5 Kalimat Ampuh untuk Bantu Redakan Amarah Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Anak-anak di usia emas mereka tentu mempelajari banyak hal, termasuk tentang emosi. Ya, perkembangan balita bukan sekadar soal bertambahnya kemampuan motorik atau sensoriknya semata, tetapi juga soal perkembangan emosinya.

Perkembangan emosi balita berkaitan dengan kemampuan Si Kecil untuk mengontrol emosinya sendiri. Pada akhirnya, perkembangan emosi ini akan memengaruhi kemampuannya dalam bersikap dan bersosialisasi.

Di usia ini, anak akan berkenalan dengan perasaan senang, bahagia, sedih, kesal, hingga marah. Misalnya, ketika ia menemukan sesuatu yang lucu, ia merasa senang. Sebaliknya, ketika Si Kecil menemukan hal yang membuatnya kesal, ia mungkin saja akan marah, berteriak, dan melampiaskan emosinya.

Nah, saat Si Kecil marah, hindari menanggapinya dengan perasaan kesal, amarah, maupun ucapan kasar ya, Moms. Anda bisa menggunakan kalimat untuk membantu menenangkan Si Kecil dan meredakan amarahnya.

Ada sejumlah kalimat yang cukup ampuh untuk membantu meredakan amarah balita. Dan saat mengucapkannya, Moms diharapkan bisa lebih tenang sehingga Si Kecil bisa merasakan validasi dari perasaan amarahnya tersebut. Yuk, simak kalimat yang bisa Anda sampaikan untuk menenangkan amarah anak berikut ini, Moms!

1. “Kamu marah? Mama dan orang dewasa lainnya juga kadang-kadang bisa marah, kok. Enggak apa-apa, nanti rasa marahnya bisa hilang kalau kamu tenang.”

Memvalidasi perasaan anak dengan kalimat di atas akan membantunya untuk menerima emosi yang ia rasakan tersebut. Ini merupakan langkah awal untuk mengenalkan sekaligus memproses emosi dengan cara yang sehat.

2. “Coba ngomongnya pakai suara biasa. Enggak perlu teriak-teriak, pelan-pelan saja. Mama siap dengerin kamu.”

Rewelnya Si Kecil terkadang menjadi penunjuk bahwa ia hanya ingin didengarkan atau diperhatikan. Kalimat tersebut bukanlah suruhan, tapi justru permintaan agar anak bisa lebih tenang dan menyampaikan perasaannya dengan nada dan cara bicara yang tepat.

3. “Mama mau pura-pura tiup lilin, nih. Kamu mau ikutan tiup lilin?”

Kalimat ini bisa menjadi cara mengajarkan Si Kecil untuk mengatur napas saat ia sedang marah. Menarik napas dengan baik bisa membantu mengembalikan tubuh menjadi lebih tenang. Langkah yang bisa dilakukan sambil bermain ini mampu menenangkan diri anak dan mengarahkannya untuk bekerja sama dengan cara yang menyenangkan.

4. “Kamu kenapa? Coba cerita sama Mama tentang yang kamu rasain sekarang. Kita sama-sama cari solusinya, yuk!”

Kata "solusi" bisa dipahami Si Kecil sebagai cara untuk menyelesaikan suatu masalah yang ia hadapi. Dan dengan kalimat yang Moms sampaikan, Si Kecil tidak akan merasa sendiri karena ada seseorang yang akan menemaninya menyelasaikan masalah tersebut.

5. “Kok mainannya dilempar begitu? Mama boleh ambil ya, kayaknya kamu sudah enggak suka sama mainan ini.”

Moms tidak perlu mengambil mainan yang Si Kecil lempar secara paksa atau tiba-tiba. Namun, tanyakan alasan ia melempar mainan seperti kalimat tersebut. Hal ini menjadi cara untuk membantu anak mengomunikasikan perasaan dengan tidak menentangnya.

Nah, kalimat-kalimat tersebut tentu bisa Moms sesuaikan dengan kondisi yang Si Kecil rasakan. Namun yang perlu diingat, Anda tetap harus tenang ketika anak sedang merasa kesal atau marah tanpa menambahkan "bumbu" seperti berbalik marah dan mengucapkan kata yang kasar.

Anda justru perlu mengatur emosi sehingga bisa menghadapi situasi tersebut dengan baik. Pasalnya, balita memang belum bisa mengungkapkan perasaannya dengan jelas dan masih mempelajarinya. Respons positif dari orang tua akan membantu Si Kecil untuk memahami dan menerima emosi yang ia rasakan, sehingga ia juga mampu menemukan solusi atau cara untuk mengatasi hal tersebut. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Gpointstudio/Freepik)