Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Moms Perlu Tahu, Ini Efek Samping dan Risiko Prosedur Kuret

Moms Perlu Tahu, Ini Efek Samping dan Risiko Prosedur Kuret

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Salah satu kondisi yang sangat dikhawatirkan calon ibu di masa kehamilan adalah mengalami keguguran. Tak hanya muncul perasaan sedih karena kehilangan calon buah hati, tetapi Anda juga mesti menjalani prosedur kuret atau kuretase.

Kuret sendiri merupakan tindakan pengosongan rongga rahim dari sisa kehamilan. Prosedur ini diperlukan untuk mengambil dan membersihkan jaringan yang masih menempel dan sisa-sisa pendarahan setelah keguguran.

Meskipun prosedur ini normal dilakukan dan hanya perlu waktu sebentar, sekitar 10-15 menit, tetapi ada efek samping serta risiko yang mungkin bisa dialami, Moms. Risiko yang bisa Anda alami tersebut di antaranya adalah:

  • Kram selama beberapa hari
  • Demam
  • Nyeri perut
  • Muncul bercak atau pendarahan ringan
  • Keluar cairan berbau dari vagina
  • Pendarahan berat yang berkepanjangan atau terjadi pembekuan darah.

Efek samping lebih berat

Tidak hanya gejala di atas, tindakan kuret sendiri juga bisa memberikan efek samping yang lebih berbahaya. Prosedur ini terkadang bisa menimbulkan komplikasi dikarenakan proses yang dijalani kurang bersih sehingga tindakan kuret pun perlu diulang.

Akan tetapi, jika prosedur ini dilakukan secara berlebihan, hal tersebut justru bisa menyebabkan lengketnya kedua sisi rahim atau yang disebut dengan Asherman Syndrome. Sindrom ini bisa membuat pasien mengalami siklus menstruasi yang tidak normal hingga nyeri perut yang disertai keputihan. Sindrom ini juga bisa mengakibatkan seorang wanita mengalami kesulitan untuk hamil.

Komplikasi lain yang juga bisa terjadi hingga meningkatkan risiko keguguran berulang dan perlu Moms waspadai antara lain adalah:

1. Kerusakan leher rahim atau serviks yang robek. Dokter akan memberikan tekanan atau obat untuk menghentikan perdarahan, lalu robekan akan ditutup dengan jahitan.

2. Infeksi rahim dengan gejala demam, nyeri perut, keluar nanah atau darah dari vagina, serta keputihan yang berbau tidak sedap. Apabila pemberian antibiotik dianggap kurang, maka tindakan operasi perlu dilakukan pada kondisi infeksi yang parah.

3. Pada perempuan yang baru pertama kali hamil, ia juga berisiko mengalami perforasi rahim. Kondisi ini bisa terjadi jika alat bedah menusuk hingga menyebabkan lubang di rahim. Jika luka pada rahim mengenai organ atau pembuluh darah, maka kemungkinan akan diperlukan tindakan operasi untuk mengatasinya.

4. Hal yang juga bisa dialami adalah perdarahan yang cukup parah. Kondisi ini sebenarnya tergolong jarang terjadi. Namun, luka yang cukup parah di dinding rahim atau adanya gangguan pembekuan darah yang Moms alami bisa menjadi akibat dari perdarahan.

Tidak semua orang bisa menjalani prosedur kuret. Mereka yang tidak bisa melakukannya antara lain adalah perempuan yang mengalami infeksi rahim, radang panggul, gangguan pembekuan darah, serta alergi terhadap obat bius. Namun, meski ada risiko yang bisa terjadi, Moms tetap bisa memiliki kemungkinan untuk hamil dengan persentase yang cukup tinggi.

Umumnya, wanita yang telah menjalani prosedur kuret sudah bisa beraktivitas kembali dalam 1–2 hari setelah tindakan. Meski begitu, masa pemulihan setiap orang tentu akan bervariasi.  Anda juga disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih dulu selama 2 minggu atau hingga kondisi Anda sudah dinyatakan pulih oleh dokter. Hal diperlukan ini untuk mencegah terjadinya infeksi rahim.

Pastikan juga untuk membatasi aktivitas yang terlalu berat atau menguras banyak tenaga, serta rutin melakukan konsultasi ke dokter untuk melihat kemajuan dari pemulihan. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Jcomp/Freepik)