Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Osteoporosis adalah penyakit yang menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh. Saking rapuhnya, bahkan adanya tekanan ringan bisa menyebabkan patah tulang (fraktur).
Dikutip dari Mayo Clinic, tulang merupakan jaringan hidup yang terus bertumbuh dan berganti. Penyakit osteoporosis terjadi ketika pembentukan tulang baru tidak diikuti dengan hilangnya tulang lama. Penyakit ini dapat dialami pria dan wanita dari berbagai usia, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun, wanita yang lebih tua yang telah melewati masa menopause memiliki risiko lebih tinggi.
Penyebab osteoporosis
1. Estrogen rendah pada wanita
Dikutip dari WebMD, menurut Dr. Paul M. Mystkowski, MD, ahli endokrinologi di University of Washington, Seattle, salah satu penyebab osteoporosis pada wanita adalah kadar estrogen yang rendah. Setelah menopause, wanita mengalami penurunan estrogen dengan lebih cepat. Tentu saja ini dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang.
Wanita muda yang berhenti menstruasi dini juga berisiko tinggi menderita osteoporosis karena kepadatan tulang yang terganggu. Menjalani operasi pengangkatan kedua ovarium, yang disebut ooforektomi bilateral, juga dapat menyebabkan kepadatan tulang yang rendah dan osteoporosis. Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa menjalani operasi ini dapat meningkatkan patah tulang pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan pada wanita pascamenopause sebanyak 54 persen.
2. Testosteron rendah pada pria
Kadar testosteron yang rendah dapat menjadi salah satu penyebab osteoporosis pada pria, menurut Paul Mystkowski. Hal ini karena pada pria testosteron diubah menjadi estrogen untuk menjaga kesehatan tulang. Oleh sebab itu, kekurangan testosteron berarti kekurangan estrogen, yang dapat memengaruhi kepadatan tulang sehingga bisa meningkatkan risiko osteoporosis.
3. Ketidakseimbangan hormon lainnya
Beberapa hormon lain juga berperan dalam mengatur kepadatan tulang Anda, termasuk hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan. Hormon-hormon ini membantu mengatur seberapa baik tulang Anda menggunakan kalsium serta kapan harus membangun dan mengganti tulang.
Terlalu banyak hormon paratiroid, yang disebut hiperparatiroidisme, dapat menyebabkan hilangnya kalsium yang tentu saja bisa memengaruhi tulang (kurang kalsium berarti tulang menjadi lebih lemah). Seiring bertambahnya usia, tubuh Anda juga menghasilkan lebih sedikit hormon pertumbuhan, yang Anda butuhkan untuk membangun tulang yang kuat.
4. Kekurangan kalsium
Tulang menjadi gudang dari dua mineral, yakni kalsium dan fosfor. Tubuh Anda membutuhkan kadar kalsium yang cukup agar organ-organ di dalam tubuh yang bergantung pada kalsium dapat berfungsi secara optimal. Ketika tubuh membutuhkan kalsium (tidak mendapatkan kalsium yang cukup), organ-organ ini akan mengambilnya dari gudang mineral di tulang Anda, dan seiring waktu, kalsium di tulang bisa habis yang menyebabkan tulang rapuh dan lemah.
5. Kekurangan vitamin D
Kekurangan vitamin D bisa menjadi penyebab lain osteoporosis. Terlalu sedikit vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan tulang lemah dan rapuh, yang bisa meningkatkan risiko pengeroposan tulang. Menurut Paul Mystkowski, hal ini karena vitamin D membantu tubuh dalam menyerap dan menggunakan kalsium dengan sebagaimana mestinya.
6. Tidak banyak bergerak
Bagi orang yang tidak banyak bergerak, bisa disebabkan karena adanya kondisi medis tertentu atau tidak, pengeroposan tulang dapat terjadi lebih cepat. Oleh karena itu, melakukan gerakan ringan setiap harinya dapat membantu mencegah osteoporosis atau terjadinya pengeroposan tulang.
7. Merokok
Perokok aktif cenderung memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah dan risiko patah tulang yang lebih tinggi daripada nonperokok. Sudah banyak studi yang mengaitkan merokok dengan rendahnya kesehatan tulang. Hal ini karena efek toksik langsung dari nikotin yang bisa menghalangi kemampuan tubuh untuk menggunakan estrogen, kalsium, dan vitamin D. Akibatnya, tulang menjadi lebih lemah dan rapuh yang bisa meningkatkan risiko pengeroposan tulang.
8. Adanya kondisi medis tertentu
Sejumlah kondisi medis tertentu dapat menyebabkan pengeroposan tulang, termasuk penyakit genetik seperti cystic fibrosis, penyakit pencernaan, dan tumor yang disebut multiple myeloma, atau penyakit di mana sel-sel abnormal menyusup masuk ke dalam tulang.
9. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid atau dikenal sebagai kortison, hidrokortison, glukokortikoid, dan prednison, juga dapat menyebabkan pengeroposan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang (fraktur). Obat ini biasa digunakan untuk mengobati penyakit asma, rheumatoid arthritis, psoriasis, kolitis, dan berbagai kondisi lainnya. Selain itu, mengonsumsi obat antikejang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko pengeroposan tulang.
10. Terlalu banyak mengonsumsi alkohol
Mengonsumsi terlalu banyak alkohol dapat menghentikan proses remodeling tulang dan menghilangkan kalsium. Itu berarti Anda memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis dan mengalami fraktur atau patah tulang.
Gejala osteoporosis
Penyakit osteoporosis dikenal sebagai penyakit sunyi atau silent disease, sebab orang dengan osteoporosis biasanya tidak merasakan gejala apa pun. Namun, beberapa tanda berikut ini mungkin harus Anda waspadai:
- Kehilangan tinggi badan dari waktu ke waktu (semakin pendek satu inci atau lebih)
- Memiliki perubahan postur tubuh, bisa membungkuk ke depan atau membungkuk ke belakang
- Mengalami sesak napas, kapasitas paru-paru lebih kecil karena cakram terkompresi
- Mudah mengalami patah tulang
- Sakit dan nyeri pada punggung, yang disebabkan oleh tulang belakang yang patah atau kolaps.
Cara mengobati osteoporosis
Setelah diagnosis, dokter mungkin akan memberikan resep obat-obatan dan vitamin yang harus Anda konsumsi. Selain itu, menjalani diet sehat dan berolahraga secara teratur, termasuk latihan menahan beban, ketahanan, dan keseimbangan, sangat dianjurkan untuk memperkuat tulang yang sudah lemah dan mencegah fraktur yang lebih parah. (M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Jcomp/Freepik)
- Tag:
- osteopororis
- kesehatan