Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Metode ERACS untuk Melahirkan Caesar, Minim Sakit dan Cepat Pulih

Metode ERACS untuk Melahirkan Caesar, Minim Sakit dan Cepat Pulih

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, kini hampir tak ada lagi yang mustahil ya, Moms. Tak terkecuali dalam hal kesehatan ibu dan bayi. Jika dahulu persalinan erat kaitannya dengan proses pemulihan yang lama dan sangat menyakitkan, sekarang rasa sakit dan durasi kesembuhan bisa dikurangi seminim mungkin. Pada proses persalinan caesar, hal ini bisa diwujudkan dengan metode ERACS atau Enhanced Recovery After Caesarean Section.

Apakah Moms sedang membuat perencanaan kehamilan dan persalinan? Jika ya, berikut ini beberapa informasi penting seputar ERACS yang perlu Anda ketahui. Yuk, simak penjelasan lengkapnya, Moms!

Di rumah sakit lebih singkat

Metode ERACS dirancang agar seorang ibu tak perlu dirawat di rumah sakit dalam durasi yang lama setelah melahirkan. Mengutip sebuah studi yang dimuat jurnal F1000Research pada tahun 2018, ibu yang pulang dari rumah sakit lebih awal dengan proses persalinan caesar dengan metode ERAS (Enhance Recovery After Surgery) memiliki tingkat kepuasan maternal lebih tinggi, dibandingkan dengan yang tidak. ERAS adalah metode percepatan penyembuhan usai operasi secara umum. Namun, jika dilakukan dalam proses persalinan dengan operasi caesar, maka ERAS disebut ERACS.

Perlu dilakukan dengan tim dan protokol khusus

Fokus ERACS adalah untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat pemulihan ibu setelah melahirkan. Hal ini tentunya perlu diiringi dengan protokol khusus agar kesehatan ibu tak terancam. Oleh karena itu, prosedur ini membutuhkan tim yang andal, meliputi dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter anestesi, dokter anak, serta perawat/bidan, seperti pada penjelasan dr. Darrel Fernando, Sp.OG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Mayapada Hospital Kuningan di laman Mayapada Hospital.

Selain itu, perencanaan ERACS perlu dikonsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan saat kandungan menginjak trimester 3, agar persiapan bisa dilakukan dengan maksimal. Pasalnya metode ERACS belum tentu bisa dilakukan pada setiap ibu, karena harus menyesuaikan dengan kondisi dan komorbid yang mungkin dimiliki ibu tersebut.

Caesar konvensional vs ERACS

Lalu, apa sih perbedaan antara metode persalinan caesar pada umumnya? Dirangkum dari berbagai sumber, Berikut ini beberapa perbedaan antara persalinan caesar konvensional dan ERACS.

1. Bergerak lebih cepat

Pada persalinan caesar konvensional, biasanya ibu diminta untuk tidak menggerakkan tubuhnya selama 12 jam, lalu baru bisa duduk setelah 24 jam. Pada metode ERACS, ibu bisa bergerak lebih cepat usai persalinan.

Hal ini dilakukan dengan menghentikan pemberian cairan infus dan melepas kateter lebih cepat. Instruksi makan dan minum, baik sebelum maupun setelah operasi, juga dirancang agar ibu tetap bertenaga setelah persalinan, sehingga bisa mendorong pemulihan yang lebih cepat.

Menurut penjelasan dr. NB Donny AM, Sp.OG, dokter spesialis kandungan dan kebidanan di Brawijaya Hospital Saharjo, melalui unggahan di akun Instagramnya, ibu bisa mulai bergerak 2-3 jam setelah melahirkan dengan metode ERACS.

2. Pantang makanan dan minuman

Pada persalinan caesar konvensional, biasanya ibu diminta puasa sejak tengah malam sebelum operasi. Namun ibu yang menjalani proses ERACS menjalani waktu puasa yang lebih pendek sebelum operasi, biasanya sekitar 6-8 jam puasa makanan padat dan 2 jam puasa minuman.

Selain itu, ibu yang menjalani ERACS juga diminta untuk meminum cairan manis atau minuman tinggi kalori dan karbohidrat setidaknya 2 jam sebelum operasi, untuk mengurangi rasa haus, lapar, dan cemas saat operasi berlangsung. Selain itu, ibu juga bisa kembali makan dan minum lebih cepat setelah bersalin.

3. Manajemen nyeri dengan kombinasi obat

Dalam metode ERACS, ibu akan diberikan obat bius yang dikombinasikan. Anestesi neuraxial, termasuk bius epidural, merupakan rekomendasi utama untuk manajemen nyeri pada ERACS.

Mengutip Kompas.com, ibu akan diberikan obat pereda nyeri seperti tylenol, ibuprofen, atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lainnya melalui oral maupun infus secara berkala. Kombinasi obat ini bisa mengurangi konsumsi obat opioid usai persalinan, sehingga bisa menekan risiko mual, muntah, dan gatal setelah bersalin.

4. Pemberian obat antibiotik

Mencegah infeksi sangatlah penting agar ibu bisa segera pulih usai persalinan. Untuk itu, ibu akan diberikan obat antibiotik dengan prosedur khusus agar tidak membahayakan bayi. 

5. Pencegahan mual dan muntah

Salah satu inti dari ERACS adalah untuk mencegah mual dan muntah. Caranya, ibu akan menjalani terapi infus selama operasi serta pemberian obat antimual. Prosedur puasa serta pemberian obat bius juga akan disesuaikan untuk mencegah mual.

6. Lebih sedikit jaringan yang rusak

Menurut dr. Kondang Usodo, Sp.OG, dokter spesialis kandungan dan kebidanan di Rumah Sakit EMC Tangerang, pada penjelasannya di laman resmi Rumah Sakit EMC, merode ERACS bisa mengurangi kerusakan jaringan.

“Pada metode ERACS, sayatan dilakukan menggunakan pisau dengan ketajaman khusus dan ukuran kecil yang memungkinkan satu kali sayatan dapat mencapai fascia, sehingga kerusakan jaringan bisa minimal,” jelas dr. Kondang.

Sayatan juga dilakukan seminimal mungkin, pengambilan jaringan juga dilakukan tanpa merusak jaringan sehat dan sebisa mungkin menghindari memotong dan menjahit otot. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: DCStudio/Freepik)