Type Keyword(s) to Search
KID

Yang Sebaiknya Anda Lakukan saat Anak Memasuki Fase Praremaja

Yang Sebaiknya Anda Lakukan saat Anak Memasuki Fase Praremaja

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Waktu begitu cepat berlalu ya, Moms. Tanpa Anda sadari anak Anda kini sudah memasuki masa praremaja. Ya, pada usia 9-12 tahun, buah hati Anda memasuki fase praremaja. Di periode ini, ia mulai meninggalkan sifat dan kebiasaannya pada masa kanak-kanak untuk memasuki masa remaja.

Fase ini juga biasanya dibarengi dengan pubertas. Jadi, jangan heran jika anak akan mengalami banyak perubahan dari segi fisik maupun perilaku. Di sisi lain, Anda sebagai orang tua juga harus berubah. Anda tidak bisa menganggap buah hati Anda sebagai anak kecil lagi.

Apa saja yang berubah?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, anak tidak hanya akan mengalami perubahan fisik saat memasuki fase praremaja. Tingkah laku, emosi, serta kondisi psikologis pun akan berubah.

Menurut situs Healthline, perubahan anak saat memasuki masa praremaja meliputi:

  • Perubahan sikap menjadi lebih berani mengambil risiko
  • Cenderung memberontak atau tak takut untuk melanggar peraturan
  • Perubahan minat atau hobi secara tiba-tiba
  • Ingin mencoba berbagai aktivitas olahraga, seni, atau hobi lainnya hingga benar-benar menemukan yang pas bagi dirinya
  • Kebutuhan untuk tidur yang meningkat, terutama pada akhir pekan atau saat libur sekolah
  • Munculnya stres karena ingin diterima di pergaulannya
  • Meningkatnya rasa takut dipermalukan di depan umum
  • Adanya perubahan mood yang dipengaruhi oleh fluktuasi hormon
  • Makin menaruh perhatian terhadap penampilan fisik dan berat badan.

Selain perubahan di atas, anak praremaja juga cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di kamar, mendengarkan musik, menonton film, atau bermain gadget ketimbang menghabiskan waktu dengan orang tuanya. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian khusus dari Moms dan Dads agar anak tidak benar-benar “putus hubungan” dengan Anda.

Bagaimana orang tua sebaiknya bersikap?

Cara utama untuk menghadapi anak praremaja adalah dengan menggabungkan antara empati dan pengertian, sambil tetap menerapkan batasan-batasan. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak menganggap orang tua sebagai sosok yang menyebalkan, tapi juga menjaganya agar tetap berada di dalam lingkaran norma-norma yang berlaku.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa Moms lakukan saat menghadapi anak yang mulai memasuki fase praremaja:

1. Membantu mengambil keputusan

Di usia praremaja, anak merasa ingin lebih bebas, termasuk dalam hal mengambil keputusan. Akan tetapi ia juga kerap merasa bimbang dan galau dalam menentukan apa yang harus dilakukan. Di sinilah peran orang tua diperlukan. Bantu anak untuk mengambil keputusan. Ajarkan kepadanya bagaimana mengevaluasi hal-hal baik dan buruk sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat.

2. Menjadi panutan

Pada fase ini, anak masih memiliki kecenderungan meniru orang-orang di sekitarnya, termasuk Moms dan Dads. Jadi pastikan Anda bisa menjadi role model atau panutan yang baik baginya, misalnya dengan bersikap ramah kepada orang lain, menerapkan gaya hidup dan menerapkan rutinitas yang sehat. Pandangan Anda terhadap hal-hal tertentu juga bisa memengaruhi anak. Misalnya, Anda memiliki obsesi tentang bentuk tubuh yang ideal maka anak pun bisa memiliki pandangan yang serupa tentang hal itu.

3. Jangan takut berbicara seks

Ya, Si Kecil sudah mulai tumbuh dewasa. Artinya, ia juga sudah siap untuk diajak berbicara tentang seks, alkohol, dan obat-obatan terlarang. Lebih baik Anda mempersiapkan anak untuk mengetahui hal-hal ini, sebelum ia mengetahuinya dari orang lain dan terbawa arus pergaulan bebas.

4. Hindari mempermalukan anak di depan umum

Memasuki usia praremaja, anak akan makin peduli terhadap penilaian orang lain terhadap dirinya. Ia akan berusaha keras untuk menjaga citranya. Memarahi anak atau memperolok penampilannya saat berada di depan umum hanya akan membuatnya malu dan tertekan. Bukan tak mungkin, kebiasaan mempermalukan anak tersebut akan membuatnya kehilangan kepercayaan terhadap Anda sebagai orang tua.

5. Awasi penggunaan teknologi dan media sosial

Tekanan tidak hanya datang dari pergaulan secara langsung, tapi juga berasal dari media sosial. Pastikan hal tersebut tidak memengaruhi mental anak dengan selalu mengawasi penggunaan media sosial. Jangan lupa, banyak predator seks yang mengincar anak-anak melalui media sosial sehingga Moms dan Dads juga harus selalu mengingatkan anak untuk waspada.

Anda juga perlu berbicara dengan anak soal penggunaan teknologi, khususnya gadget. Jangan sampai teknologi tersebut digunakan untuk hal-hal yang tidak baik. Selain itu, bicarakan kepada anak tentang konten-konten yang tidak layak ditonton olehnya dan bagaimana ia harus bersikap saat menemukan sesuatu yang tidak baik di dunia maya. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)