Type Keyword(s) to Search
KID

5 Masalah Nutrisi yang Sering Dialami Anak Praremaja

5 Masalah Nutrisi yang Sering Dialami Anak Praremaja

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sudah bukan rahasia lagi, anak usia praremaja sudah bisa mengalami krisis identitas dan berbagai masalah terkait peer pressure lainnya. Ya, usia praremaja dan remaja memang identik dengan masalah psikologis dan sikap. Walau sangat penting untuk memperhatikan kesehatan mental anak praremaja dan remaja, memperhatikan kebutuhan nutrisi mereka juga tak kalah pentingnya lho, Moms.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada beberapa masalah nutrisi yang sering dialami anak praremaja (usia 8-12 tahun). Ini tentunya sangat berbahaya, karena IDAI menyebutkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi di masa ini bisa berakibat kepada terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear.

“Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait dengan nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis,” tegas IDAI di situs resminya.

Yuk, ketahui masalah-masalah nutrisi yang sering dialami anak praremaja dan cegah sejak dini, Moms!

1. Anemia defisiensi besi

Menurut IDAI, anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien yang paling sering terjadi pada anak Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh dan sering terjadi di masa preremaja juga remaja karena percepatan pertumbuhan. Kasus ini semakin sering terjadi pada remaja putri, di mana asupan besi yang tidak adekuat diperberat dengan kehilangan darah akibat haid.

2. Defisiensi mikronutrien

Selain zat besi, masih banyak mikronutrien lain yang dibutuhkan anak praremaja, tapi masih belum tercukupi. Menurut IDAI, contoh mikronutrien yang penting dan sering kali tidak terpenuhi adalah vitamin A, E, zinc, magnesium, kalsium, dan serat. Semua ini tentu penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak praremaja Anda ya, Moms.

Vitamin A dikenal baik untuk menjaga kesehatan mata, memperkuat daya tahan tubuh, dan mengurangi risiko penyakit kronis. Vitamin E baik untuk menangkal radikal bebas, menjaga keseimbangan hormon, dan menjaga kesehatan saraf. Zinc buat praremaja penting untuk memenuhi kebutuhan fosfor tulang dan membantu proses penyembuhan tubuh.

Magnesium berguna untuk meregulasi tekanan darah, mengatur glukosa darah, dan menjaga kesehatan otot juga saraf. Sedangkan serat penting untuk menjaga kesehatan saluran cerna yang kesehatannya berkaitan erat dengan kekuatan sistem imun.

3. Gizi kurang

Agar tumbuh kembang anak optimal, gizi lengkap dan seimbang tentu menjadi salah satu kunci penting yang tak boleh diabaikan. Sayangnya, IDAI menyebutkan masih banyak remaja kekurangan gizi. Padahal, pada masa praremaja dan remaja sedang terjadi growth spurt atau pacu tumbuh dan maturasi seksual yang perlu gizi sebagai bahan bakarnya.

Kekurangan gizi di masa praremaja dan remaja bisa berdampak negatif hingga anak dewasa kelak lho, Moms. Contoh gizi yang sangat penting untuk pacu tumbuh anak praremaja adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan serat.

4. Perawakan pendek

“Perawakan pendek pada remaja sering kali ditemukan pada populasi dengan kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27-65% pada 11 studi oleh ICRW (International Centre for Research on Women),” tulis Satgas Remaja IDAI pada Buku Bunga Rampai Kesehatan Remaja.

Perawakan pendek ini tentu berkaitan erat dengan kekurangan gizi kronik, sehingga terjadi hambatan pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja.

5. Obesitas

Tahukah Anda? IDAI menegaskan kalau obesitas yang terjadi pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa lho, Moms! Mirisnya lagi, makin lama obesitas berlangsung, makin besar pula korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas. Untuk itu, Moms perlu mengenalkan gaya hidup sehat dan pola makan bergizi seimbang sejak masa praremaja, agar anak terhindar dari obesitas. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Gpointstudio/Freepik)