Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Gangguan bipolar merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang bersifat kronik, serius, dan dapat berpotensi mengakibatkan kecelakaan. Bahkan angka kematiannya jauh lebih tinggi, yaitu sekitar 2-3 kali lipat di atas gangguan mental skizofrenia. Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ(K), Wakil Ketua Sie Bipolar dan Gangguan Mood lainnya PDSKJI, menyebutkan para penderita gangguan bipolar perlu melakukan terapi sedini mungkin dan pengobatan yang teratur agar tidak kambuh.
Gangguan bipolar umumnya menyerang seseorang di akhir masa remaja atau ketika memasuki masa dewasa, yaitu sebelum usia 25 tahun. Gejalanya dapat ditandai dengan memiliki perasaan gembira berlebihan, terlalu bersemangat, enerjik dan sangat aktif, penuh gairah, memiliki banyak ide, merasa tidak perlu tidur, bekerja sangat keras, berani mengambil risiko, boros, serta berpenampilan nyentrik. Selain itu ada beberapa orang yang juga menjadi murung, menarik diri, selalu merasa sedih, tidak bergairah, mudah tersinggung, memiliki masalah pada lingkungan, sosial, dan hukum, serta ingin bunuh diri.
Dokter Nurmiati menyebutkan wanita lebih rentan mengalami masalah ini daripada laki-laki. Hal tersebut disebabkan gangguan bipolar sangat terkait erat dengan hormonal. “Jadi hormon wanita, estrogen, sangat berpengaruh pada gangguan mood. Gangguan mood pada wanita biasanya terjadi saat haid atau sebelum haid, ketika hamil, dan pasca-melahirkan. Itulah mengapa wanita lebih banyak mengalami gangguan bipolar,” jelasnya. (Sagar/DT/Dok. Freedigitalphotos)