Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Tak Selalu Buruk, Film Horor Juga Punya Efek Positif bagi Anak

Tak Selalu Buruk, Film Horor Juga Punya Efek Positif bagi Anak
Technology photo created by freepik - www.freepik.com

Bagi sebagian orang, menonton film horor bisa menjadi hiburan dan cara untuk melepas stres. Apakah Moms termasuk salah satunya?

Film horor atau thriller memiliki cukup banyak penggemar. Ada berbagai alasan mengapa orang menyukai genre film yang satu ini. Entah karena sensasi rasa takut yang ditimbulkan atau mungkin efek memacu adrenalin yang kerap muncul ketika seseorang menonton film horor.

Baca juga: 7 Manfaat Menonton Film Horor untuk Kesehatan Tubuh

Tetapi pertanyaannya, apakah Si Kecil juga bisa ikut menonton film horor? Ada yang berpendapat bahwa film horor tidak sepantasnya ditonton oleh anak-anak. Alasannya, karena rasa takut yang muncul saat menyaksikan film horor bisa menjadi pengalaman traumatis bagi anak-anak. Selain itu, sebagian anak juga bisa mengalami mimpi buruk atau menjadi pribadi yang penakut setelah menyaksikan film jenis ini.

Belajar menghadapi rasa takut

Namun sebuah penelitian justru menemukan fakta bahwa seseorang akan lebih siap menghadapi hal-hal yang menakutkan di dunia nyata apabila ia terbiasa dengan hal-hal menakutkan yang berasal dari film atau buku. Penelitian yang dipimpin oleh Coltan Scrivner, seorang kandidat untuk gelar PhD di Department of Comparative Human Development University of Chicago ini, memang fokus pada orang dewasa.

Akan tetapi, Shelli Dry yang memiliki gelar Doktor Terapi Okupasi (OTD) sekaligus direktur layanan terapi untuk anak-anak Enable My Child, menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan Scrivner juga bisa berlaku bagi anak-anak.

"Dari sudut pandang tumbuh kembang, belajar untuk menghadapi rasa takut akan membantu membangun resiliensi pada anak. Misalnya, anak-anak akan mengenakan pakaian dengan karakter yang menakutkan. Hal semacam ini bisa dianggap rasa takut yang sehat dan mengembangkan sifat resiliensi karena membiarkan mereka berlatih menghadapi rasa takut tersebut," jelas Dry seperti dilansir situs Parents.

Sebagai catatan, resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan cara yang positif dalam menghadapi stres dan trauma. "Bagian dari resiliensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang positif dan menemukan strategi untuk menghadapi masalah," lanjut Dry.

Rasa takut yang sehat

Namun Dry menekankan bahwa rasa takut yang bisa membangun resiliensi adalah rasa takut yang sehat. Selain dengan menggunakan kostum, film atau buku-buku horor juga bisa menjadi sarana bagi anak untuk berlatih menghadapi rasa takut yang sehat tersebut.

Namun tentunya, Moms juga perlu selektif dalam memilih film horor bagi Si Kecil. Pastikan film horor tersebut memang ditujukan bagi anak-anak, seperti Harry Potter and the Deathly Hallows, salah satu seri film Harry Potter yang dianggap paling menakutkan atau seri Goosebumps yang notabene berisi kisah-kisah horor untuk kalangan anak-anak.

Sebaiknya, Moms juga memilih film yang tidak mengandung unsur kekerasan. Selain itu, jangan memilih film yang Anda sendiri tidak berani menontonnya. Jika Anda sebagai orang dewasa saja takut, maka anak kemungkinan akan lebih takut lagi ketika menyaksikan film tersebut.

Jangan lupa untuk selalu mendampingi anak ketika menyaksikan film horor. Jika Si Kecil menunjukkan tanda ia memang takut, jangan paksa untuk terus menonton film tersebut. Memaksa anak untuk menyaksikan film horor yang tidak disukainya hanya akan membuat Si Kecil trauma atau mengalami mimpi buruk. Jadi Moms perlu memantau bagaimana reaksi anak ketika Anda mengajaknya menonton film yang mengerikan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)