Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Stop Kekerasan Pada Anak

Stop Kekerasan Pada Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Ancaman kekerasan dan kejahatan seksual pada anak saat ini begitu memprihatinkan. Karena ironisnya hal itu bisa terjadi di lingkungan terdekat anak, mulai dari lembaga pendidikan sampai di rumah tempat tinggal.

 

Menurut dr. Bernie Endyarni Medise, SpA (K), MPH-Dokter Spesialis Anak Konsuler Tumbuh Kembang dari Brawijaya Clinic, orangtua dapat memberi pemahaman soal seksualitas dalam bahasa yang sederhana. Misalnya memberitahu perbedaan laki-laki dan perempuan serta mengajarkan nama dan fungsi bagian tubuh. “Orangtua juga harus memberitahu bagian tubuh mana dari anak yang tidak boleh disentuh oleh orang asing. Tekankan di daerah mana yang boleh disentuh orang asing dan mana yang tidak boleh, disesuaikan dengan usia anak," kata dr. Bernie pada acara bincang media Juni lalu.  

 

Ia juga menjelaskan, bahwa otak anak pada rentang usia 0 bulan sampai 5 tahun mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan dikenal dengan masa emas (The Golden Age). Masa emas itu adalah masa penting dalam fase pertumbuhan manusia terutama fase tumbuh kembang anak. Pada fase ini otak manusia berkembang pesat dan kritis, dan terjadi hanya satu kali. Pada fase ini seorang anak mampu menyerap informasi sebanyak 100%.

 

Sangat disayangkan, perlakuan buruk yang diterima anak kadang dilakukan orang terdekat. Orangtua atau pengasuh yang tidak sabar terkadang membuat mereka menghukum anak dengan hukuman fisik, misalnya memukul, mencubit, menampar, dan mengurung anak. Tidak jarang pula orangtua melakukan kekerasan terhadap anak sebagai pelampiasan atas masalah-masalah yang sedang dialami orang tua.

 

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak yang sering mendapatkan kekerasan pada usia 1 tahun berisiko tinggi menjadi lebih agresif pada usia 2 tahun nanti. Efek kekerasan terhadap anak menurut studi tersebut tak hanya memengaruhi mental anak, tapi juga memengaruhi kemampuan anak dalam berpikir. (DT/dok. FreeDigitalPhotos)