Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Tes PCR Kumur untuk Identifikasi Virus COVID-19

Mengenal Tes PCR Kumur untuk Identifikasi Virus COVID-19

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Ada sejumlah cara untuk mengidentifikasi virus corona di dalam tubuh. Hingga kini, tes swab PCR (polymerase chain reaction) dianggap paling efektif. Lantas bagaimana dengan tes PCR kumur?

Tes PCR kumur sudah mulai diproduksi sejak April silam. Tepatnya pada 1 April 2021, alat tes yang dinamakan Bio Saliva ini sudah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan dengan Nomor Kemenkes RI AKD 10302120673. Perlu diketahui bahwa alat tes untuk mendeteksi penyakit COVID-19 tersebut merupakan hasil kerja sama Bio Farma dengan perusahaan bioteknologi, Nusantics.

Cara kerja PCR kumur

Berbeda dengan tes PCR biasa yang mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan, pengambilan spesimen pada tes PCR kumur dari ludah yang dikeluarkan beserta cairan kumur. Jadi Anda akan diminta untuk batuk keras. Lalu Anda berkumur-kumur selama 10 hingga 15 detik, dan meludahkannya ke dalam wadah atau adapter yang telah disediakan hingga mencapai 2,5 milimeter.

Selanjutnya, tambahkan larutan pencampur, kocok cairan untuk kemudian dikirim ke laboratorium khusus dan diuji. Metode ini dianggap lebih kids friendly. Pasalnya, tes PCR kumur tidak menimbulkan rasa sakit seperti swab PCR yang dilakukan dengan cara mencolok hidung dan tenggorokan dengan alat usap.

Menurut produsen tes PCR kumur, alat ini mampu mendeteksi hingga angka CT 40. Selain itu, sensitivitasnya diklaim mencapai angka 93,57 persen. Hanya sedikit di bawah sensitivitas swab PCR yang berada di angka 95 persen. Sejauh ini, harga untuk melakukan tes PCR kumur adalah 799 ribu rupiah.

Mampu mendeteksi 10 mutasi virus corona

Meski sensitivitasnya di bawah swab PCR, tes PCR kumur disinyalir mampu mendeteksi 10 mutasi virus corona, yaitu:

• Varian baru Corona Beta (B1351)

• Varian baru Corona Gamma (P1)

• Varian baru Corona Delta (B16172)

• Varian baru Corona Kappa (B16171)

• Varian baru Corona Eta (B15215)

• Varian baru Corona Iota (B1526)

• Varian Corona Indonesia (B14662)

• Varian baru Corona Epsilon (B142729)

• Varian baru Corona Lambda (C37).

"Kami sudah mengujinya dengan bioinformatics alignment terhadap puluhan ribu data Whole Genome Sequencing varian-varian tersebut. Kemampuan mBioCo V19 mendeteksi semua varian yang beredar dikarenakan pertimbangan atas target genes yang dipakai dalam desain PCR kit sejak tahun lalu, di mana gene E, M, S, dan N memiliki tingkat mutasi yang tinggi, maka kami memilih target gene helicase (nsp-13) dan RdRp (nsp-12) yang sangat conserved (atau lebih tahan terhadap mutasi) dan sensitif," jelas Revata Utama, CTO Nusantics.

Pendapat Kemenkes

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum mempertimbangkan untuk mengganti tes cepat antigen dengan tes polymerase chain reaction (PCR) kumur buatan PT Bio Farma dalam upaya penelusuran kasus COVID-19 secara masif di masyarakat. Kemenkes masih tetap menggunakan metode tes cepat antigen untuk penelusuran kasus COVID-19 karena bisa langsung diperiksa dan hasilnya didapatkan dalam waktu singkat, tidak seperti PCR kumur yang membutuhkan waktu lebih lama karena harus dikirim ke laboratorium.

"PCR kumur ini merupakan metode pengambilan sampel yang tadinya swab (dicolok), sekarang dengan kumur. Tetapi pemeriksaan tetap memakai PCR yang selama ini dipakai," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, seperti dikutip dari Antara.

"Kalau penelusuran kasus lebih mudah menggunakan rapid test antigen karena bisa langsung diperiksa dan mendapatkan hasilnya. Kalau PCR kumur ini harus dikirim lagi sampelnya. Saya kira jadi tidak praktis karena masih bersifat PCR," lanjutnya. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Detikcom)