Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Segala permintaan dituruti suami? Wah, istri mana yang tak bahagia jika dimanja seperti ini. Tapi kalau setiap saat serba "terserah kamu" sih, lama-lama Moms sebal juga, ya. Sebagai istri, Moms pasti berharap suami bisa mudah mengambil keputusan dengan tegas, karena bagaimana pun ia adalah kepala keluarga. Kalau semua keputusan dijawab Dads dengan kalimat andalan "terserah kamu" maka Moms harus punya trik khusus menghadapinya.
Bagaimana cara ampuh untuk menghadapi pasangan yang sulit mengambil keputusan dan serba terserah kamu? Ikuti langkah-langkah di bawah ini, Moms.
1. Berdamai dengan diri sendiri
Memiliki suami yang sulit mengambil keputusan tentu membuat Moms sering naik pitam. Buat menghadapinya, penting untuk mengambil langkah pertama berupa berdamai dengan diri sendiri. Yakinkan diri Anda bahwa emosi yang dirasakan adalah perasaan yang valid, dan perbedaan dengan suami adalah hal yang wajar terjadi dalam pernikahan.
Hadapi emosi Anda terlebih dahulu, ketika sudah lebih tenang, barulah rangkul suami untuk bersama-sama mengambil keputusan terbaik. Ingat, setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Cobalah terima kekurangan suami Anda karena tidak ada manusia yang sempurna.
2. Bicara dari hati ke hati
Sebagai pasangan suami istri, semua masalah dan keluh kesah perlu dibicarakan dengan baik dan kepala dingin. Jika kemampuan suami dalam mengambil keputusan dan bersikap tegas sudah sangat mengganggu Anda, maka tak ada salahnya untuk mengutarakan perasaan tersebut. Jabarkan apa yang Anda harapkan dan betapa Anda ingin suami dapat belajar memberikan keputusan terbaik bagi keluarga.
Moms bisa menanyakan bantuan apa yang bisa Anda berikan agar Dads bisa lebih mudah mengambil keputusan. Tanyakan juga apakah selama ini reaksi Anda membuatnya takut setiap kali mengambil keputusan dan bersikap tegas. Jika ya, jangan ragu untuk berubah menjadi sosok yang dapat membuat suami lebih tenang, tegas, dan mantap mengambil keputusan.
3. Hadapi keraguannya
Pasangan Anda mungkin kesulitan menghadapi rasa ragu dari dampak di kemudian hari setelah mengambil keputusan. Misalnya, suami ragu merombak ruang tidur tamu menjadi ruang kerja selama WFH, karena khawatir ruang kerja itu akan jarang terpakai di kemudian hari. Jika itu masalahnya, Moms bisa bantu menghadapi keraguannya dengan meyakinkan manfaat ruang kerja.
Lagi pula, Anda bisa mengubahnya menjadi kamar tidur lagi jika suatu hari nanti ruang kerja di rumah sudah tidak dibutuhkan. Moms perlu memberi pandangan akan keraguannya, tanpa perlu memengaruhi kemampuannya dalam mengambil keputusan.
4. Latihan hal kecil
Sebelum kewalahan mengambil keputusan besar, cobalah beri tanggung jawab suami untuk mengambil keputusan kecil terlebih dahulu. Lakukan ini setiap hari ya, Moms. Contohnya, Anda bisa meminta suami mengambil keputusan dalam memilih rute menuju kantor Anda.
Contoh lain, minta suami memilih lebih baik membeli mainan anak di toko dekat rumah tapi mahal, atau di toko yang jauh tapi sedang ada diskon besar-besaran. Dengan latihan-latihan kecil, Dads akan terbiasa mengambil keputusan untuk keluarga dan tidak serba terserah Moms lagi.
Moms juga bisa sesekali meninggalkan Dads berdua Si Kecil dan biarkan ia belajar mengambil keputusan yang terbaik untuk anak. Jangan biarkan ia menelepon Anda untuk meminta keputusan ya, Moms.
5. Bantuan pihak ketiga
Ketika semua cara sudah dilakukan dan Dads masih bilang "terserah kamu saja deh, Ma," maka kini sudah waktunya meminta bantuan pihak ketiga. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog pernikahan atau konselor lainnya, karena di tangan para profesional ini bisa ditemuka solusi terbaik bagi Dads dan Moms. Semoga tidak ada lagi drama "terserah kamu saja" ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)