Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Vagina berdarah setelah berhubungan intim? Ini bisa terjadi pada siapa saja, karena penyebabnya cukup beragam. Mengutip Healthline, 63 persen wanita postmenopause mengalami vagina kering dan vagina berdarah atau mengeluarkan bercak darah saat berhubungan intim, sedangkan 9 persen wanita yang masih menstruasi pernah mengalami poscoital bleeding atau keluar darah usai berhubungan intim.
Apa saja sih, yang bisa menyebabkan vagina berdarah setelah berhubungan intim? Waspadai penyebabnya di bawah ini ya, Moms.
1. Inflamasi leher rahim
Mengutip WebMD, penyebab paling umum dari pendarahan vagina setelah berhubungan intim selalu bermula dari serviks atau leher rahim. Ini adalah ujung dari rahim yang berbentuk seperti tuba menyempit yang terbuka di area vagina. Cervicitis atau inflamasi leher rahim adalah salah satu penyebab pendarahan vagina yang paling sering terjadi.
Penyebab cervicitis ini pun cukup beragam, salah satunya infeksi penyakit seksual menular seperti klamidia dan gonorea. Dua jenis masalah penyebab inflamasi leher rahim ini sering menyebabkan vagina mengeluarkan darah setelah berhubungan intim.
2. Polip leher rahim
WebMD menyebutkan polip leher rahim adalah penyebab kedua tersering dari vagina berdarah setelah berhubungan intim. Pertumbuhan polip ini biasanya tidak besar, yaitu hanya 1-2 cm. Letak polip ini biasanya di leher rahim yang terhubung dengan vagina, karena itu bisa berdarah usai berhubungan intim.
Polip leher rahim mudah berdarah setelah hubungan seks jika gesekan kurang terlubrikasi dengan baik, ada infeksi serviks atau vaginal, ada penyakit kelamin seperti herpes, kanker rahim, dan atau titik prakanker leher rahim.
3. Vagina kering
Vagina yang kurang terlubrikasi dengan baik juga bisa menyebabkan keluarnya darah setelah berhubungan intim. Vagina kering juga bisa disebabkan oleh alergi, pengobatan antiestrogen, demam, menyusui, pascamelahirkan, terapi kanker, sering mencuci vagina dengan sabun khusus kewanitaan (douching), dan memasuki masa menopause.
4. Trauma pada vagina
Trauma atau luka pada vagina bisa mengeluarkan darah saat atau setelah berhubungan intim. Menurut United Kingdom National Health Service, contoh trauma vagina yang bisa menyebabkan pendarahan usai seks adalah adanya robekan karena melahirkan atau karena friksi (gesekan) saat berhubungan intim.
5. Infeksi
Beberapa jenis infeksi kelamin juga bisa menyebabkan inflamasi vagina, yang tentu kemudian bisa menyebabkan pendarahan setelah berhubungan intim. Contoh infeksi yang paling sering memicu pendarahan adalah radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID).
PID adalah infeksi pada organ reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), radang panggul banyak terjadi pada wanita usia 18-44 tahun. Selain radang panggul, infeksi menular seksual juga sering menyebabkan pendarahan vagina usai bercinta.
6. Vagina atrofi
Ini adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan masalah vagina berupa peradangan, kering, dan terjadi penipisin pada dinding vagina. Dalam istilah medis, vagina atrofi juga dikenal sebagai GSM atau genitourinary syndrome of menopause, karena banyak terjadi pada wanita di masa pramenopause dan menopause yang ovariumnya sudah diangkat.
Kondisi ini sangat berkaitan dengan rendahnya hormon estrogen yang menjaga kinerja sistem reproduksi wanita. Semakin rendah kadar estrogen, maka beberapa masalah terkait kesehatan vagina pun semakin rentan terjadi, termasuk vagina atrofi.
7. Kanker
Pendarahan vagina yang tidak selalu terjadi, termasuk yang terjadi setelah berhubungan intim, merupakan gejala umum dari kanker serviks atau leher rahim. Mengutip Healthline, gejala ini terjadi pada 11 persen orang yang terdiagnosis kanker serviks. Jika gejala ini terjadi pada Anda, jangan ragu untuk segera berkonsultasi pada dokter spesialis kebidanan dan kandungan ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- vagina
- seks
- vagina berdarah