Type Keyword(s) to Search
BABY

Bisa Dipicu Madu! Kenali Gejala Sindrom Bayi Lemas atau Hipotonia

Bisa Dipicu Madu! Kenali Gejala Sindrom Bayi Lemas atau Hipotonia

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Memiliki bayi yang sehat dan kuat tentu menjadi harapan semua orang tua. Sayangnya, ada saja masalah kesehatan yang menyerang bayi Anda sejak baru lahir, salah satunya adalah hipotonia. Ini sering juga disebut dengan floppy baby syndrome atau sindrom bayi lemas, yang menyerang kekuatan otot dan saraf motorik bayi. Hipotonia bisa terjadi sejak baru lahir, bisa juga terjadi sejak bayi masih dalam kandungan lho, Moms.

Untuk meningkatkan kewaspadaan Anda akan masalah hipotonia atau sindrom bayi lemas, M&B telah merangkum berbagai sumber tepercaya untuk Anda. Let's read on!

Apa Itu Hipotonia?

Mengutip WebMD, hipotonia adalah istilah medis untuk rendahnya kekuatan otot. Hal ini membuat bayi terlahir dalam keadaan tubuh lemas dan lutut serta sikunya sulit ditekuk. Lemahnya otot bayi sejak lahir atau sejak dalam kandungan ini sering disebut hipotonia kongenital. Dokter mungkin tidak akan kesulitan mengenali gejala hipotonia, karena cirinya menyerang kekuatan otot, saraf motor, dan otak.

Penyebab pasti dari hipotonia ini sendiri belum bisa dipastikan, namun hipotonia bisa berkaitan dengan beberapa masalah kesehatan, seperti kerusakan otak akibat kurang oksigen saat lahir, masalah pembentukan otak sejak di dalam kandungan, penyakit saraf, achondroplasia, cerebral palsy, Down syndrome, trisomi 13, dan infeksi parah.

Bisa Dipicu Oleh Madu!

Walau jarang terjadi, namun hipotonia bisa dipicu oleh pemberian madu terlalu dini pada Si Kecil lho, Moms. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), memberikan madu pada bayi di bawah 12 bulan dapat meningkatkan risiko infant botulism. Ini terjadi akibat toksin yang diproduksi kuman Clostridium botulinum, yang jika tertelan oleh bayi dapat berkolonisasi di usus besarnya hingga menjadi penyakit.

Mengutip laman IDAI, "Toksin botulinum yang masuk ke saluran cerna bayi akan menyerang sistem saraf bayi dan menyebabkan kelemahan otot atau hipotonia. Ini terjadi karena toksin botulinum akan berikatan dengan reseptor sehingga menghambat pelepasan asetilkolin (zat kimia penghantar rangsang saraf) yang berakibat terhambatnya hantaran saraf, tidak hanya di saluran cerna, namun juga diseluruh tubuh."

Seberapa Parah Dampaknya?

Lahir dengan hipotonia memang cukup menantang, karena Si Kecil mungkin akan terus mengalami kesulitan dengan kemampuan motorik halus dan kasarnya. Meski begitu, hipotonia tidak selalu menjadi tanda masalah besar bagi tumbuh kembangnya. Jika hipotonia dipicu oleh kelahiran prematur, maka Si Kecil memiliki peluang besar untuk tumbuh dengan otot yang lebih kuat. Dalam kasus ini, kekuatan otot bayi akan terlihat memiliki kemajuan dalam beberapa minggu atau bulan.

Bukan berarti Moms bisa menyepelekan hipotonia lho, karena dalam kasus yang parah hipotonia malah bisa menyebabkan kelemahan otot napas. Wah, ini bahaya banget buat bayi! Hipotonia bisa menyebabkan kelemahan otot di seluruh tubuh, termasuk otot yang penting untuk membantunya menyusu, menelan, membuka mulut, membuka mata, dan tentu saja termasuk otot untuk bernapas.

Tanda Hipotonia pada Bayi

Tanda hipotonia pada tiap anak tidak selalu sama, tergantung pada masalah kesehatan yang menyebabkan hipotonia. Umumnya, hipotonia ditandai dengan:

• Anak sulit mengendalikan gerak kepala

• Kemampuan motorik kasar tertunda, seperti telat merangkak

• Kemampuan motorik halus tertunda, seperti memegang pensil

• Berkurangnya kekuatan otot

• Refleks rendah

• Hiperfleksibel

• Kesulitan berbicara

• Berkurangnya ketahanan beraktivitas

• Postur tubuh tidak tegap.

Mengatasi Hipotonia

Perawatan tepat untuk setiap penderita hipotonia tentu tidak sama, karena harus disesuaikan dengan penyebab dan kondisi medis tiap anak. Dokter mungkin akan menyarankan untuk mengikuti terapi fisik secara rutin, lamanya tergantung tujuan dari peningkatan kemampuan anak, misalnya untuk duduk, berjalan, berolahraga, atau kemampuan motorik lainnya.

Bagi kasus yang cukup parah, anak mungkin akan membutuhkan kursi roda untuk membantu aktivitasnya, karena otot dan sendinya sangat lemah. Waspada, pada kasus yang parah anak sering mengalami dislokasi sendi. Mungkin dokter akan memberikan alat bantu yang bisa mencegah dan mengoreksi cedera akibat dislokasi sendi. Jangan ragu untuk rutin berkonsultasi dengan dokter dan terapis anak ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)