Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Setiap keluarga memiliki dinamikanya masing-masing. Tapi yang terpenting, setiap anak perlu tumbuh pada kondisi keluarga tertentu agar perkembangannya bisa berjalan dengan optimal. Sayangnya, karena faktor khusus, keluarga dapat mengalami disfungsi.
Mengutip FirstCry Parenting, keluarga yang disfungsi adalah keluarga yang secara konstan mengalami konflik, bersikap acuh tak acuh, serta terdapatnya masalah perilaku. Untuk itu Moms perlu waspada, karena kesehatan fisik dan mental serta perkembangan perilaku Si Kecil menjadi taruhannya. Berikut ini beberapa tanda keluarga yang mengalami disfungsi.
1. Komunikasi yang Buruk
Anggota keluarga tidak tahu cara berkomunikasi secara terbuka dan sering mengalami masalah komunikasi yang serius. Masalah tidak didiskusikan bersama dan sering bertengkar dengan berteriak. Masing-masing anggota keluarga tidak mendengarkan satu sama lain.
2. Rendahnya Empati
Empati anggota keluarga sangat rendah atau bahkan tidak ada. Tidak ada kasih sayang penuh, dan masalah selalu seputar koreksi pada perilaku anak meskipun ia tidak berbuat salah. Hal ini menciptakan suasana bahwa anak tidak boleh salah, sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang mudah khawatir dan sangat perfeksionis.
3. Rentan Adiksi
Ada anggota keluarga yang memiliki masalah kecanduan, sehingga anak rentan untuk mengalaminya hal yang sama.
4. Masalah Mental
Terdapat anggota keluarga yang memiliki gangguan kesehatan mental, sehingga anak juga rentan untuk memilikinya, baik karena faktor lingkungan maupun genetik.
5. Perilaku Mengontrol
Orang tua memiliki kontrol berlebihan terhadap hidup anak, sehingga Si Kecil berisiko tinggi mengalami gangguan perilaku, pertumbuhan dan perilaku yang terhambat, rasa percaya diri yang rendah, dan memiliki trust issues.
6. Perfeksionisme
Orang tua sering memberikan tekanan yang berlebihan tentang perilaku atau bahkan seluruh aspek kehidupan anak. Hal ini kemudian memicu rasa takut akan kegagalan, sehingga sikap perfeksionis menjadi sulit dihindari pada Si Kecil.
7. Kritik Penuh
Orang tua kerap mengkritik kemampuan anak. Orang tua juga sering merendahkan, menggurui, dan kejam, menanamkan rasa tidak berdaya dan kurangnya kepercayaan pada anak, yang menyebabkan rendahnya harga diri pada anak.
8. Kurangnya Kemandirian dan Privasi
Orang tua sering ikut campur dalam privasi Si Kecil, dan hal ini sering berujung pada kemandirian yang kurang dan anak tidak mampu membuat keputusannya sendiri.
9. Tidak Adanya Dukungan Emosional
Tidak ada ruang bagi dukungan emosional pada setiap anggota keluarga. Tidak ada situasi yang aman bagi anak untuk mengekspresikan emosinya dengan jelas dan positif.
10. Kekerasan dan Siksaan
Orang tua dapat sering menyiksa satu sama lain atau anak mereka. Kekerasan yang umum terjadi meliputi kekerasan verbal, fisik, seksual, atau emosional.
Jika Moms menemukan beberapa karakteristik di atas pada keluarga Anda, segera cari bantuan profesional ya, Moms. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)