Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Krisis Paruh Baya dan Cara untuk Menghadapinya

Mengenal Krisis Paruh Baya dan Cara untuk Menghadapinya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, apakah Anda sering merasa galau dan resah tanpa alasan yang jelas akhir-akhir ini? Bisa jadi, Anda tengah mengalami krisis paruh baya.

Anda tentu sudah familiar dengan istilah krisis paruh baya. Biasanya, periode ini terjadi saat seseorang memasuki usia 40 hingga 50 tahun. Saat krisis paruh baya melanda, seseorang mungkin akan sering merasa galau, khawatir, bingung, atau takut pada kenyataan bahwa hidup mereka semakin mendekati masa tua, sedangkan di sisi lain mereka ingin tetap merasa muda.

Kondisi krisis paruh baya biasanya ditandai dengan beberapa gejala berikut, yakni:

• Gelisah

• Sering merasa ragu

• Mudah lelah

• Merasa seperti orang gagal

• Mengabaikan kebersihan diri

• Mengalami gangguan tidur

• Terjadi kenaikan atau penurunan berat badan

• Suasana hati mudah berubah drastis, seperti mudah marah, sedih, dan cemas.

Penyebab Krisis Paruh Baya

Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya fase krisis paruh baya pada seseorang, antara lain:

1. Kekhawatiran Masalah Karier

Orang dewasa sering kali mempertanyakan kembali seperti apa kehidupan mereka apabila mengambil jalan karier yang berbeda. Mereka kerap menengok ke belakang dan memikirkan apa saja yang telah dilakukan sepanjang hidupnya.

Kebiasaan inilah yang bisa membuat sebagian orang menyesal tidak memilih jalan hidup atau karier yang berbeda. Mereka mungkin juga menyesal karena tak berhasil menciptakan kehidupan yang diimpikan. Jika tak terkontrol, kondisi ini bisa menyebabkan rasa tidak nyaman, keresahan batin, bahkan stres.

2. Terlalu Banyak Beban

Banyaknya beban kehidupan yang harus dihadapi, seperti harus mengurus rumah tangga, anak yang masih kecil, dan orang tua yang sakit-sakitan, atau dihadapkan dengan tagihan serta utang yang menumpuk, juga bisa mengakibatkan seseorang menghadapi krisis paruh baya.

Adanya beban tersebut membuat mereka memikirkan kembali kehidupannya dan berandai-andai bagaimana jika mereka tidak menempuh jalan tersebut sehingga bisa lebih bahagia. Pikiran semacam itu juga akan menimbulkan kegelisahan serta kecemasan pada diri seseorang.

3. Terjadi Banyak Perubahan dalam Hidup

Ketika seseorang mencapai usia paruh baya, mungkin ia akan mengalami banyak perubahan dalam hidupnya yang bisa memicu trauma mendalam, seperti kematian anggota keluarga, perceraian, pemutusan hubungan kerja, kehilangan gairah seks, atau menopause.

Perubahan semacam itu bisa mengakibatkan seseorang merasa sedih berkepanjangan, cemas, dan tidak bersemangat. Bukan tak mungkin, ia juga mulai mempertanyakan kembali pilihan hidupnya, terutama jika pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga.

4. Penurunan Kemampuan Fisik

Memasuki usia paruh baya, kekuatan fisik seseorang pun bisa berubah. Mereka juga mulai didera berbagai penyakit sehingga bisa memicu krisis paruh baya. Pada fase ini, sebagian orang mungkin merasa masa muda terlalu cepat berlalu sehingga berharap bisa mengulang waktu. Hal inilah yang menyebabkan orang yang mengalami krisis paruh baya bertingkah seperti pemuda berusia 20-an tahun.

Mengatasi Krisis Paruh Baya

Krisis paruh baya sesungguhnya merupakan hal normal yang terjadi pada seseorang menjelang masa tua. Namun jika tidak dihadapi dengan benar, krisis paruh baya bisa menyebabkan stres dan membuat seseorang tidak bisa menikmati kehidupannya lagi.

Ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan untuk menghadapi krisis paruh baya, seperti:

• Mengevaluasi kembali pilihan-pilihan hidup dan menantukan hal yang dirasa sudah tepat dilakukan.

• Mencoba mengambil langkah menuju masa depan yang baru. Misalnya, mengikuti workshop atau kelas tertentu dan membuka bisnis baru.

• Memanfaatkan waktu untuk berpikir dan merencanakan hidup secara bertahap.

• Menghabiskan waktu untuk berlibur dan relaksasi di alam, seperti duduk di tepi pantai, berjalan-jalan, atau berolahraga di luar ruangan.

Krisis paruh baya tidak perlu selalu dimaknai negatif. Bisa jadi, fase ini merupakan kesempatan yang baik bagi Anda untuk lebih mengenali diri sendiri serta menggali ide maupun gagasan baru.

Sebuah studi pada 2016 yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Development menemukan sisi positif pada orang yang mengalami krisis paruh baya, yaitu keingintahuan. Seseorang yang terkena kondisi tersebut mengalami peningkatan rasa ingin tahu mengenai dirinya sendiri maupun dunia yang lebih luas. Keresahan yang dialami peserta penelitian justru membawa keterbukaan terhadap ide-ide baru yang lebih berwawasan dan kreatif. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)