Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Tak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat Si Kecil lahir dengan selamat, sehat, dan sempurna. Saking bahagianya dengan kelahiran Si Kecil, banyak ibu baru yang tidak memikirkan kondisi dirinya sendiri. Padahal, kesehatan ibu pascamelahirkan juga harus diutamakan, lho. Ini semakin penting karena besarnya risiko infeksi yang mungkin terjadi setelah bersalin.
Mengutip Mom Junction, infeksi pascamelahirkan atau dalam bahasa medis disebut dengan puerperal infections merupakan hal yang umum terjadi, tetapi sering kali diabaikan. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, diperkirakan 1 juta infeksi pospartum (setelah melahirkan) terjadi tiap tahunnya.
Jenis infeksinya pun bermacam-macam, ada yang sifatnya minor, ada juga yang cukup parah hingga memberi dampak jangka panjang. Untuk mengantisipasi risiko infeksi pascamelahirkan, Moms perlu mewaspadai beberapa jenis infeksi berikut yang kerap terjadi setelah melahirkan Si Kecil.
1. Puerperal Mastitis
Ini adalah infeksi payudara di mana bakteri memasuki areola atau puting. Hal tersebut menyebabkan puting terluka dan terasa sangat nyeri untuk menyusui Si Kecil. Penyebab infeksi ini adalah bakteri Staphylococcus aureus, dengan gejala payudara bengkak, nyeri hebat, dan muncul bercak kemerahan. Infeksi ini biasanya terjadi pada 3 bulan pertama menyusui, namun juga bisa dialami kapan saja selama ibu menyusui.
2. Pospartum Endometritis
Mengutip WebMD, pospartum endometritis adalah infeksi setelah melahirkan yang menyerang area dinding rahim (endometrium) atau saluran genital bagian atas. Penyebabnya adalah bakteri yang mungkin sudah ada di dalam rahim sejak sebelum Anda melahirkan, tetapi bisa juga bakteri masuk saat melahirkan.
Melansir Mom Junction, kasus ini lebih sering terjadi pada wanita yang melahirkan secara caesar (lebih tinggi 1,5-5 persen dibanding melahirkan secara normal). Beberapa faktor risikonya adalah bakterial vaginosis, koloni streptokokus grup A dan B, juga pemeriksaan vaginal multipel.
3. Infeksi Saluran Kemih
Risiko mengalami jenis infeksi yang biasa disingkat ISK ini memang meningkat saat hamil dan setelah melahirkan. Penyebabnya adalah bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus saprophyticus yang berkembang di saluran kandung kemih (mulai dari ginjal, ureter, dan berakhir di uretra). Mom Junction menyebutkan ISK terjadi pada 2-4 persen persalinan di seluruh dunia.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya ISK adalah kateterisasi, waktu persalinan yang lama, robekan membran vagina, ISK saat hamil, dan kolonisasi streptokokus grup B.
4. Infeksi Luka Caesar
Infeksi ini merupakan jenis komplikasi yang paling sering terjadi setelah melahirkan secara caesar, dengan angka kejadian 3-15 persen. Infeksi luka caesar umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang menyerang area operasi dalam waktu 30 hari setelahnya. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadi infeksi luka caesar adalah diabetes melitus sebelum hamil, obesitas, waktu persalinan yang lama, dan korioamnionitis (infeksi air ketuban dan plasenta selama masa kehamilan).
5. Infeksi Perineum
Infeksi ini terjadi pada area di belakang vagina hingga ke anus dan kanal kelahiran. Sangat umum jika Moms merasakan nyeri di area perineum, terutama pada persalinan per vaginam atau normal. Namun pada kasus yang berat, nyeri perineum disebabkan oleh infeksi karena terjadi robekan atau memar (trauma) melahirkan.
Nyeri hebat juga bisa terjadi jika dokter melakukan episiotomi (sayatan untuk melebarkan jalur lahir) yang dilanjutkan dengan jahitan untuk menutup sayatan. Jika area ini tidak dijaga kebersihannya, maka besar kemungkinan menjadi infeksi pascamelahirkan. Bagi Moms yang akan melahirkan, waspadai beberapa infeksi ini dan cegah sejak dini ya, Moms. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)