Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, saat Anda hamil, ada satu organ yang berperan penting bagi kelangsungan hidup janin. Organ tersebut adalah tali pusat. Ya, tali pusat berfungsi untuk mengalirkan makanan dan oksigen ke janin dalam kandungan. Tali pusat menghubungkan janin dengan plasenta sehingga janin bisa makan dan bernapas.
Mengingat pentingnya tugas tali pusat sebagai pembawa nutrisi dan oksigen, maka jika ada gangguan atau kelainan pada tali pusat, hal tersebut tentunya akan sangat berbahaya bagi pertumbuhan janin. Masalahnya adalah Moms tidak bisa langsung merasakan jika terjadi kelainan pada tali pusat. Paling-paling jika janin dalam kondisi gawat, Moms bisa merasakan gerakan janin berkurang.
Karena itu, Anda harus waspada jika jumlah gerakan janin dalam kandungan berkurang. Janin bergerak minimal 10 kali dalam 10 jam. Jika gerakannya kurang, lebih baik segera ke rumah sakit. Anda pun sebaiknya waspada terhadap kemungkinan terjadinya kelainan tali pusat. Berikut ini beberapa kelainan tali pusat yang mungkin terjadi selama kehamilan.
1. Terpilin dan Terpuntir
Tali pusat yang terpilin akan membentuk pola seperti kabel telepon. Jika janin bergerak memanjang, maka vena akan terjepit sehingga aliran oksigen untuk janin akan berkurang. Sebenarnya, tali pusat terpilin bisa dideteksi dengan USG namun sulit diketahui apakah ada pengaruhnya pada janin.
Berbeda dengan terpilin, tali pusat yang terpuntir sulit dideteksi dengan USG dan sangat berbahaya. Keadaan ini menyebabkan aliran darah terjepit dan bisa membuat bayi meninggal. Sama seperti kasus terpilin, tidak ada tindakan yang bisa mengoreksi keadaan tersebut. Tali pusat bisa terpuntir karena janin selalu bergerak dengan gerakan tidak terkontrol. Jika kondisi ini terjadi saat janin sudah matang, maka ia harus segera dilahirkan.
2. Kelainan Ukuran
Kelainan ukuran tali pusat biasanya panjangnya tidak mencapai 50 cm. Keadaan ini memungkinkan janin jadi sulit lahir karena tertarik tali pusat yang pendek. Bisa juga diameternya kecil sehingga aliran oksigen dan nutrisi tidak optimal. Jika volumenya kurang, nutrisi untuk janin juga berkurang dan ini bisa berbahaya. Sebaliknya, jika ukuran tali pusat terlalu panjang, maka tali pusat mungkin berisiko melilit leher janin.
Berikut ini adalah persentase kelahiran secara normal janin yang terlilit tali pusat:
1. Tidak kurang dari 90 persen janin yang terlilit tali pusat 1 kali bisa terlahir secara normal.
2. Tidak kurang dari 50 persen janin yang terlilit tali pusat 2 kali bisa terlahir secara normal.
3. Kurang dari 20 persen janin yang terlilit tali pusat 3 kali bisa terlahir secara normal.
3. Kelainan Pembuluh
Tali pusat yang normal terdiri dari 2 arteri dan 1 vena. Namun dalam kondisi single umbilical arteri, maka tali pusat hanya memiliki 1 arteri dan 1 vena. Pembuluh yang kurang pada tali pusat merupakan pertanda adanya kelainan pada janin atau ibunya.
Pada usia kehamilan 16 minggu, biasanya kondisi ini sudah bisa dilihat. Jika dilakukan pemeriksaan, dokter akan mencari tahu apakah masalah ini berkaitan dengan kelainan kromosom pada anak, kelainan pembuluh jantung pada anak, atau karena sang ibu mengalami diabetes.
4. Tumor
Tumor di tali pusat bisa merupakan pertanda kelainan pada janin. Tumor ini juga bisa mendesak pembuluh darah janin. Sayangnya tumor di tali pusat tidak bisa diangkat atau dikoreksi. Sebenarnya tumor di tali pusat bisa dilihat dan didiagnosis. Namun setelah diketahui pun tidak ada yang bisa dilakukan dokter untuk mengatasinya. Apalagi jika usia kandungan belum mencapai 34 minggu.
5. Fetal Homicide
Tangan janin memiliki refleks memegang ketika disentuh, termasuk jika ada tali pusat yang menyentuh tangannya, ia akan langsung menggenggam tali pusat tersebut. Genggaman janin ini bisa menghambat laju oksigen dan nutrisi untuk janin sendiri. Keadaan seperti ini bisa membuat janin pingsan dan genggaman terlepas. Namun di lain kesempatan, janin bisa kembali menggenggam tali pusatnya. Keadaan berulang ini bisa menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen pada janin dan memungkinkan janin terkena cerebral palsy ketika lahir nanti. (M&B/SW/Dok. Freepik)