Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Ini yang Perlu Moms Ingat saat Hamil dengan Endometriosis

Ini yang Perlu Moms Ingat saat Hamil dengan Endometriosis

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sebuah studi yang dimuat Frontiers in Surgery pada tahun 2014 menemukan bahwa kesempatan hamil menurun sebanyak 2-10% pada pasangan yang memiliki endometriosis. Endometriosis merupakan kelainan di mana jaringan pembentuk rahim, bernama endometrium, tumbuh di luar rongga rahim, seperti ovarium maupun tuba falopi.

Endometrium sendiri berperan penting dalam penentuan siklus menstruasi hingga selama fase kehamilan. Bisa dikatakan bahwa endometrium merupakan tempat terjadinya implantasi, yaitu proses embrio menempel pada dinding rahim. Apabila tidak dijaga dengan baik, maka dapat terjadi kelainan pada endometrium, seperti endometriosis.

Masalah ini dapat mengganggu kinerja organ reproduksi, sehingga kehamilan dengan endometriosis dapat menjadi tantangan berat. Untuk itu, ada beberapa hal penting yang perlu diingat jika Moms mengalami endometriosis sebelum atau saat hamil. Simak penjelasannya berikut ini, Moms!

Gejala Endometriosis Selama Hamil

Rasa sakit saat haid yang biasa muncul akibat endometriosis dapat hilang sementara selama hamil. Hormon progesteron yang meningkat saat hamil juga dapat menekan pertumbuhan endometrium di tempat yang tidak wajar.

Akan tetapi, pada beberapa kasus tertentu, gejala endometriosis bisa tidak hilang sama sekali atau malah bertambah parah. Soalnya, seiring dengan meregangnya rahim, endometrium yang tumbuh bukan di tempatnya tersebut juga dapat ikut tertarik. Nah, hal ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman.

Gejala saat hamil sangat dipengaruhi oleh tingkat keparahan endometriosis, produksi hormon tubuh, dan kondisi tubuh Anda secara keseluruhan.

Risiko dan Komplikasi

Endometriosis dapat meningkatkan risiko komplikasi saat hamil maupun bersalin. Hal ini bisa disebabkan oleh peradangan, kerusakaan struktur rahim, dan hormon. Berikut ini beberapa risikonya:

• Keguguran

Studi pada tahun 2017 menemukan bahwa bumil dengan endometriosis memiliki 35,8% risiko untuk mengalami keguguran. Meski tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan keguguran, Moms perlu deteksi dini tanda-tandanya agar bisa segera mencari bantuan medis dan emosional untuk menghadapinya. Tanda umum keguguran jika usia kandungan belum 12 minggu adalah perdarahan, kram, dan nyeri punggung bagian bawah.

• Persalinan prematur

Menurut sebuah studi yang dimuat Obstetrics & Gynecology Science pada tahun 2017, bumil dengan endometriosis memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi untuk bersalin sebelum kandungan berusia 37 minggu.

• Plasenta previa

Memiliki endometriosis bisa meningkatkan risiko plasenta previa, yakni pertumbuhan plasenta di bawah rahim atau depan serviks. Gejala umumnya adalah perdarahan.

Perawatan dan Penanganan

Tindakan bedah dan terapi hormon adalah penanganan umum endometriosis, namun tidak direkomendasikan untuk dilakukan selama Anda tengah hamil, Moms. Untuk mengatasi rasa nyeri, Anda perlu konsultasikan dengan dokter karena ada beberapa obat pereda nyeri yang tidak bisa dikonsumsi oleh bumil.

Selain medikasi, ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan untuk meredakan nyeri, seperti mandi air hangat, mengonsumsi makanan tinggi serat, dan melakukan olahraga ringan.

Yang perlu diingat, hamil dan melahirkan anak yang sehat sangatlah memungkinkan bagi Moms yang memiliki endometriosis. Namun endometriosis dapat menyulitkan proses konsepsi dan meningkatkan risiko komplikasi. Saat Moms hamil dengan endometriosis, gejala dan penanganan dapat berbeda dengan bumil lainnnya, sehingga konsultasi rutin dengan dokter merupakan tindakan yang sangat direkomendasikan. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)