Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Anda tentunya sudah tak asing dengan penyakit usus buntu. Ya, penyakit ini termasuk salah satu yang sering dialami orang dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Dalam dunia medis, penyakit usus buntu merupakan peradangan yang terjadi pada usus buntu, kantong yang berbentuk jari yang menonjol dari usus besar di sisi kanan bawah perut. Radang usus buntu memicu rasa nyeri di perut kanan bawah. Pada kebanyakan orang, rasa nyeri mulai terasa di sekitar pusar dan kemudian bergerak menjalar ke area perut. Gejala lain dari radang usus buntu, meliputi:
⢠Pembengkakan pada perut
⢠Otot perut kaku
⢠Diare
⢠Konstipasi atau sembelit
⢠Demam ringan
⢠Kehilangan nafsu makan
⢠Sulit buang angin
⢠Mual dan muntah
Awalnya, mungkin rasa nyeri yang timbul sering terabaikan. Akan tetapi ketika peradangan memburuk, nyeri usus buntu akan meningkat dan pada akhirnya menjadi sangat parah. Itulah alasan mengapa penyakit radang usus buntu perlu segera mendapat penanganan. Di sisi lain, radang usus buntu yang tidak diobati bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Waspada Komplikasi
Komplikasi akibat radang usus buntu yang terjadi antara lain adalah adanya kantong nanah yang dikenal sebagai abses dan terbentuk di usus buntu. Abses ini bisa mengeluarkan nanah dan bakteri ke dalam rongga perut.
Radang usus buntu yang tidak ditangani juga bisa menyebabkan usus buntu pecah. Apabila usus buntu pecah, kondisi ini bisa menumpahkan kotoran dan bakteri ke dalam rongga perut. Bakteri yang tumpah ke rongga perut dapat menyebabkan lapisan rongga perut terinfeksi dan meradang. Kondisi ini dikenal sebagai peritonitis dan bisa berakibat fatal.
Infeksi bakteri ini juga bisa memengaruhi organ lain yang berada di sekitar area perut. Saat terdapat infeksi di perut, jaringan di sekitarnya terkadang mencoba menutupi area yang terinfeksi dari rongga perut lainnya. Hal inilah yang dapat membentuk abses, yaitu kumpulan bakteri dan nanah yang tertutup.
Guna mencegah atau mengelola kondisi ini, dokter bisa melakukan sejumlah cara, seperti meresepkan antibiotik, pembedahan, atau perawatan lainnya. Pada beberapa kasus, mungkin seseorang akan mengalami efek samping atau komplikasi dari pengobatan.
Namun risiko yang berkaitan dengan antibiotik dan pembedahan cenderung kurang serius dibandingkan dengan potensi komplikasi dari radang usus buntu yang tidak diobati. Setelah infeksi sembuh, pasien radang usus buntu akan menjalani operasi guna mengangkat usus buntu yang bermasalah tersebut.
Proses Pemulihan
Setelah menjalani operasi pengangkatan usus buntu, pasien biasanya perlu beristirahat selama beberapa hari untuk pemulihan. Selain mengonsumsi obat yang diberikan dokter, pasien radang usus buntu juga bisa melakukan beberapa hal berikut ini agar proses pemulihan pascaoperasi berjalan lebih cepat:
⢠Memperbanyak istirahat.
⢠Minum banyak cairan.
⢠Berjalan-jalan santai secara rutin.
⢠Untuk sementara waktu menghindari aktivitas berat atau mengangkat benda berat.
⢠Menjaga area bekas operasi tetap bersih dan kering.
Hingga saat ini belum ada cara yang pasti untuk menghindari penyakit radang usus buntu. Akan tetapi risiko seseorang terkena penyakit ini bisa diturunkan dengan rajin mengonsumsi makanan kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, lentil, kacang polong, dan jenis kacang-kacangan lainnya, serta oatmeal, beras merah, gandum utuh, dan biji-bijian lainnya. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- usus buntu
- kesehatan