Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms mungkin familiar dengan istilah penyakit cacar ular atau cacar api. Kedua sebutan ini ternyata mengarah pada satu penyakit kulit bernama herpes zoster. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini terjadi dengan mengelilingi salah satu sisi tubuh dan menimbulkan rasa panas serta gatal yang sangat mengganggu.
Baca juga: Mengenal Cacar Ular, Lebih Berbahaya Daripada Cacar Air
Dijelaskan oleh dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia, kondisi herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster (VZV), yang sebelumnya menimbulkan penyakit cacar air sebagai tahap awal. Karena terjadi imunosupresi pada tubuh atau pertambahan usia yang menua, kekebalan tubuh pun menurun dan tidak dapat melawan VZV yang menetap di sistem saraf dengan baik.
Mengapa Bisa Dialami Anak?
Anak yang sudah pernah mengalami cacar air memang memiliki risiko untuk mengalami herpes zoster. Hal ini dikarenakan virus dapat tinggal secara tidak aktif di jaringan saraf di dekat sumsum tulang belakang dan otak. Jadi, kondisi ini bukanlah gejala dari suatu alergi, sehingga Moms tetap bisa memberikan makanan apa pun kepada Si Kecil.
Herpes zoster ditandai dengan timbulnya ruam atau lesi kulit yang dapat menjadi lepuh merah atau lenting berisi cairan dan berkelompok. Gejala awalnya pun serupa dengan cacar air, yaitu demam, lesu, dan sakit kepala selama 1-5 hari sebelum gejala kulit timbul. Meski serupa, namun lenting dari herpes zoster menimbulkan nyeri, serta terasa panas atau seperti terbakar dan tertusuk yang hilang timbul atau menetap.
Kondisi tersebut tentu membuat Si Kecil merasa sangat terganggu dan tidak nyaman. Untuk mengobatinya, dr. Anthony menyebutkan agar Moms tetap memandikan anak untuk menjaga kulitnya tetap bersih serta memberikan krim atau salep untuk meredakan rasa gatal.
Dokter juga akan memberikan obat antivirus berupa sirup atau puyer dengan dosis tertentu untuk menghentikan pertumbuhan virus. Moms juga harus mencegah Si Kecil menggaruk lenting yang ada, agar tidak membuat kondisi kulit menjadi bopeng. Dengan pengobatan sederhana dan tepat, herpes zoster yang dialami anak akan mengering dan membaik dalam 7-10 hari.
Lebih Berisiko pada Lansia
Penyakit herpes zoster bisa lebih berbahaya jika dialami oleh orang dewasa, terutama mereka yang sudah berusia 45 tahun ke atas. Kondisi ini diketahui lebih banyak terjadi pada wanita, tetapi pria pun memiliki kemungkinan risiko yang tinggi untuk mengalami penyakit ini.
Gejala yang muncul juga sama seperti yang dialami anak-anak dan tidak terjadi di seluruh tubuh (unilateral). Apabila orang tua Anda mengalami penyakit ini, maka ia butuh diisolasi selama 2 minggu. Hal ini untuk mencegah penularan yang terjadi melalui pertukaran napas dan saat tanpa sengaja menyentuh luka.
Jika pengobatan tidak segera dilakukan, maka akan muncul komplikasi neuralgia pasca herpes (NPH). "Ini merupakan kondisi nyeri yang menetap atau hilang timbul dalam jangka waktu 3 bulan pada daerah saraf yang terkena (dermatoma kulit). Kondisi tersebut tentu akan sangat memengaruhi kualitas hidup, karena penderita menjadi sulit beraktivitas hingga susah tidur di malam hari," jelas dr. Anthony Handoko.
Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan serta terapi seperti akupuntur dan fisioterapi. Namun, jika kondisi herpes zoster sudah cukup parah, maka pasien dianjurkan melakukan rawat inap serta menjalani proses pembedahan jika diperlukan. Selain itu, pemberian vaksinasi untuk mencegah penyakit ini juga bisa dilakukan 2-5 tahun sekali, terutama pada orang dewasa di usia 50 tahun ke atas. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- kesehatan
- hespes zoster
- balita
- anak