Type Keyword(s) to Search
BABY

Tuberkulosis pada Bayi, Kenali Penyebab dan Gejalanya!

Tuberkulosis pada Bayi, Kenali Penyebab dan Gejalanya!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms pastinya sudah paham bahwa bayi memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itu Si Kecil juga masih sangat rentan terkena infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang mesti Moms waspadai adalah tuberkulosis atau TBC. Ya, penyakit ini tak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga bisa menyerang bayi.

Faktanya, menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, diperkirakan ada 10 juta orang yang terserang penyakit infeksi ini dengan 1,2 juta dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Di Indonesia sendiri, TBC masih menjadi salah satu penyakit kronis yang diderita banyak orang.

Penyebab TBC pada Bayi

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi ini bisa menyerang hampir semua organ tubuh seperti tulang, selaput otak, kelenjar getah bening, mata, ginjal, jantung, hati, usus, dan bahkan kulit, namun umumnya menyerang paru-paru.

Bakteri TBC menyebar melalui percikan ludah saat penderita TBC berbicara, batuk, atau bersin, dan orang yang ada di dekatnya menghirup bakteri ini sehingga ikut terinfeksi. Jadi, jika ada pasien TBC yang batuk atau bersin di ruang tertutup yang berventilasi buruk dan percikannya terhirup oleh bayi, Si Kecil berpeluang tertular TBC.

Selain itu, ibu hamil yang menderita penyakit tuberkulosis milier dan tidak diobati pada kehamilan yang terakhir, maka bayinya bisa memiliki risiko terkena TBC kongenital. Karena itu, diagnosis tuberkulosis pada masa kehamilan sangat penting buat ibu hamil dan janin.

Gejala Bayi Menderita TBC

Gejala TBC yang dialami bayi dan anak berbeda dengan gejala TBC pada orang dewasa. Pada bayi dan anak tidak ditemukan batuk berdahak seperti pada orang dewasa, namun gejala utamanya berupa demam lebih dari 2 minggu atau demam berulang.

Umumnya suhu demam juga tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 37,8-38 derajat Celsius, sehingga kerap membingungkan orang tua. Karena demam itu hilang timbul, kebanyakan orang tua juga tidak sadar anaknya terkena TBC. Si Kecil juga bisa mengalami batuk terus-terusan.

Selain demam yang lama atau berulang-ulang dan batuk terus-terusan, gejala lain TBC pada bayi adalah tidak adanya kenaikan berat badan Si Kecil selama 2 bulan berturut-turut. Padahal, kenaikan berat badan setiap bulan pada bayi merupakan hal yang penting. Si Kecil juga tampak lesu dan tidak aktif seperti biasanya, nafsu makannya menurun, serta beberapa bagian tubuhnya mengalami pembengkakan, terutama pada bagian yang memiliki kelenjar.

Penanganan TBC pada Bayi

Menurut IDAI, diagnosis TBC pada bayi lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa, karena gejalanya terkadang kurang khas dan Si Kecil belum sepenuhnya bisa mengeluarkan dahak untuk diperiksakan. Karena itu, dokter umumnya akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis TBC pada bayi.

Agar hasilnya lebih akurat, perlu dilakukan uji tuberkulin yang disebut dengan tes Mantoux. Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah cairan, yaitu PPD tuberculin, di lengan, dan menunggu selama 48-72 jam untuk reaksinya. Reaksi tersebut ditandai dengan adanya benjolan berwarna kemerahan atau indurasi yang muncul di area sekitar suntikan. Jika nilai indurasinya 0-4 mm, artinya Si Kecil tidak terjangkit TBC. Namun jika ukurannya 5-9 mm atau di atas 10 mm, dipastikan ia terkena TBC.

Seusai tes Mantoux, sebaiknya Si Kecil menjalani tes Rontgen untuk mengetahui derajat berat ringannya TBC. Semua penyakit TBC, baik ringan maupun berat harus segera ditangani supaya bisa mendapatkan hasil maksimal. Bila tidak tertangani dengan baik, bisa jadi akan fatal. Si Kecil bisa berisiko mengalami gangguan pada ginjal, otak, dan selaput jantung.

Untuk mencegah TBC, bayi perlu mendapatkan vaksinasi BCG di usia kurang dari 3 bulan. Jika usia Si Kecil sudah di atas 3 bulan, sebaiknya perlu dilakukan uji tuberkulin dahulu. Apabila hasil tes negatif, barulah vaksinasi BCG dapat diberikan dan area tubuh yang dianjurkan untuk diinjeksi adalah di bagian lengan kanan atas. (M&B/SW/Dok. Freepik)