Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, pernah dengar tentang peripartum cardiomyopathy? Preeklampsia dan diabetes gestasional mungkin contoh beberapa penyakit yang umum dialami ibu hamil. Namun peripartum cardiomyopathy terhitung jarang didengar. Pasalnya, kondisi yang menyerang ibu hamil ini memang termasuk jarang terjadi.
Akan tetapi, rendahnya angka prevalensi akibat masalah ini juga bisa disebabkan oleh kasus yang tidak dapat didiagnosis. Diagnosis yang terlambat juga bisa menyebabkan masalah yang lebih berat, seperti gagal jantung hingga henti jantung mendadak. Maka dari itu, deteksi dini sangatlah penting.
Berikut ini M&B sudah merangkum sejumlah informasi yang bisa membantu Anda memahami lebih jauh soal peripartum cardiomyopathy dan mendeteksi gejala awal gangguan ini. Let's read them below!
Penyakit Langka
Peripartum cardiomyopathy adalah kondisi lemah otot jantung yang bisa terjadi selama bulan terakhir kehamilan, bahkan bisa hingga 5 bulan setelah melahirkan. Jika terjadi hingga 6 bulan setelah melahirkan, kondisi ini disebut sebagai postpartum cardiomyopathy. Cardiomyopathy sendiri secara harafiah berarti penyakit otot jantung.
Saat peripartum cardiomyopathy terjadi, dinding jantung membesar dan otot-ototnya melemah. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali otot jantung berkontraksi. Setelah itu, aliran darah dapat berkurang dan jantung tak lagi bisa memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen. Maka, kondisi ini dapat memengaruhi kerja organ tubuh lain, seperti paru-paru dan hati.
Biasanya, kondisi ini terjadi setelah proses persalinan. Penyakit ini termasuk langka dan bisa menimbulkan gejala ringan hingga berat. Mengutip laman American Heart Association, sekitar 1.000-1.300 perempuan mengalami kondisi ini tiap tahunnya di Amerika Serikat.
Gejala Awal
Penyakit ini dapat sangat sulit didiagnosis. Sebabnya, beberapa gejala awalnya sangat mirip dengan gejala trimester terakhir biasa. Beberapa contohnya adalah kaki yang bengkak dan sesak napas. Menurut American Heart Association, ada beberapa gejala umum peripartum cardiomyopathy, antara lain:
⢠Rasa letih berlebih
⢠Degup jantung berlebihan atau melompat-lompat (palpitasi)
⢠Frekuensi buang air kecil yang semakin sering saat malam (nocturia)
⢠Napas yang pendek saat beraktivitas dan saat tiduran
⢠Kaki yang bengkak
⢠Pembuluh darah leher yang bengkak
⢠Tekanan darah rendah.
Menurut New York Heart Association, keparahan gejala peripartum cardiomyopathy dapat dibeda-bedakan seperti berikut ini:
⢠Tingkat 1: Tidak bergejala
⢠Tingkat 2: Gejala ringan dan memengaruhi fungsi jantung, atau bergejala jika menggunakan tenaga dengan ekstrem.
⢠Tingkat 3: Muncul gejala dengan penggunaan tenaga yang rendah.
⢠Tingkat 4: Bergejala meski saat sedang diam.
Faktor Risiko dan Cara Menghindarinya
Penyebab pasti dari peripartum cardiomyopathy hingga kini belum diketahui. Anda bisa melakukan biopsi jantung untuk menemukan peradangan pada otot jantung. Peradangan otot jantung dapat disebabkan oleh infeksi virus, respon imun, nutrisi yang buruk, kejang arteri koroner, penyakit pembuluh darah kecil, pertahanan tubuh yang rusak, dan genetik.
Meski begitu, terdapat beberapa faktor risiko peripartum cardiomyopathy, yakni:
⢠Obesitas atau kelebihan berat badan
⢠Riwayat dengan penyakit jantung
⢠Medikasi tertentu
⢠Merokok
⢠Asupan minuman beralkohol yang berlebihan
⢠Kehamilan ganda
⢠Gizi yang kurang.
Karena itu, Moms bisa kurangi risiko peripartum cardiomyopathy dengan menghindari asap rokok selama hamil, mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi minuman beralkohol, berolahraga, serta mengonsumsi pola makan yang sehat dan seimbang.
Untungnya, penyakit ini memiliki tingkat kesembuhan yang sangat tinggi. Menutip laman Johns Hopkins Medicine, tingkat keparahan tidak memengaruhi tingkat kesuksesan kesembuhan. Beberapa pasien mengalami kesembuhan setengah fungsi jantungnya setelah 6 bulan atau lebih, sementara beberapa pasien lainnya dapat pulih sepenuhnya dalam kurun waktu 2 minggu.
"Di antara semua jenis cardiomyopathy, peripartum cardiomyopathy memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi," ujar Lili Barouch, M.D., pimpinan Johns Hopkins Columbia Heart Failure Clinic. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)