Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Jangan Langsung Marah! Ini Cara Atasi Anak yang Cengeng

Jangan Langsung Marah! Ini Cara Atasi Anak yang Cengeng

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Si Kecil sedikit-sedikit nangis. Duh, kenapa ya dia cengeng? Moms, memiliki buah hati yang mudah sekali meneteskan air mata memang menguji kesabaran Anda. Namun perlu diketahui, anak yang mudah menangis atau cengeng biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

• Sebagai bentuk pertahanan diri. Bisa jadi Si Kecil menangis karena ia mengetahui dengan cara itu, orang tuanya akan menuruti kemauan atau memberikan keinginannya.

• Meniru tayangan dari televisi atau YouTube.

• Anak sangat ekspresif atau tidak tahu cara lain untuk mengekspresikan emosinya yang berlebih.

• Meniru teman.

• Meniru orang tuanya.

Apa pun alasannya, Anda mungkin sering dibuat kesal melihat tingkah Si Kecil yang mudah menangis. Tapi memarahinya jelas bukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Alih-alih meredakan tangisnya, kemarahan Anda justru akan semakin membangkitkan emosi di dalam diri anak. Sebaliknya, Anda bisa melakukan hal-hal berikut ini untuk mengatasi Si Kecil yang cengeng.

1. Beri Kenyamanan

Seperti dilansir situs Zero to Three, anak berusia 2-4 tahun masih belajar mengenai emosi yang ada di dalam dirinya. Terkadang, ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya sehingga tangis pun meledak sebagai bentuk pertahanan diri atau tameng bagi dirinya.

Saat Si Kecil menangis, Anda perlu mendekatinya dan memberinya kenyamanan, seperti memeluk atau mengusap punggungnya. Ketika anak menangis, ia membutuhkan kedekatan dengan orang tuanya agar bisa tenang. Namun perlu diperhatikan, perhatian yang Moms berikan bukan berarti Anda menyetujui tangisan Si Kecil, melainkan tanda bahwa Anda ada untuk anak. Setelah tangisnya mereda, barulah Anda bisa berbicara dari hati ke hati dengannya.

2. Minta Anak Menjelaskan Perasaannya

Setelah anak tenang, Anda baru bisa mengajaknya berdiskusi. Tanyakan kepada anak secara perlahan, apa yang dirasakannya dan apa yang membuatnya menangis. Anda juga bisa memberinya penjelasan bahwa menangis bukanlah kebiasaan yang baik dan pastinya bukan cara untuk meminta sesuatu.

Misalnya, Anda bisa berkata "Kalau adik menangis, mama tidak mengerti adik mau apa?" Selalu ingatkan agar anak mau mengutarakan keinginannya tanpa harus menangis. Proses pembiasaan ini memang membutuhkan waktu dan kesabaran dari orang tua.

3. Hindari Reaksi Berlebihan

Anak yang sering menangis kerap memancing emosi orang tua, apalagi jika ia melakukannya di tempat umum. Tak sedikit orang tua yang langsung panik ketika buah hatinya menangis, merengek, dan berteriak saat berada di restoran atau mal.

Meski begitu, Moms perlu menahan diri untuk tidak bereaksi secara berlebihan, seperti berteriak menyuruhnya diam, memukul, atau langsung mengalihkan perhatiannya dengan membelikan sesuatu yang diinginkan anak. Sikap semacam itu hanya akan membuat anak merasa bahwa menangis dan merengek merupakan cara ampuh untuk menarik perhatian Moms dan Dads, atau mendapatkan barang yang diinginkan.

Alih-alih menunjukkan reaksi berlebihan, Moms bisa mengajak Si Kecil ke tempat yang lebih sepi. Lalu tenangkan ia dengan sikap lembut tapi tegas, bukan dengan amarah. Dengan begitu anak akan menyadari bahwa menangis bukanlah solusi dari segala hal.

4. Ajari Anak Meluapkan Emosi

Tidak semua anak cengeng disebabkan karena karakternya yang sensitif dan pemalu. Bisa juga hal ini dikarenakan pola asuh orang tua dalam mengajari anak untuk lebih terbuka dengan dunia luar. Orang tua perlu mengajarkan kepada anak bahwa menangis bukan satu-satunya cara untuk meluapkan emosi, melainkan bisa dengan aktivitas lain, seperti menggambar, menyanyi, atau melakukan olahraga yang disukai.

5. Beri Pujian

Melatih anak untuk tidak cengeng memang tak mudah. Tapi Moms bisa membantu prosesnya dengan cara memberikan pujian ketika anak mampu menahan tangisnya. Dengan begitu, ia akan mau berusaha untuk meluapkan emosinya dengan cara lain. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)