Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Ini Trik Mengatasi Beda Gaya Parenting dengan Pasangan

Ini Trik Mengatasi Beda Gaya Parenting dengan Pasangan

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Apakah Moms dan Dads memiliki gaya parenting yang sama? Jika ya, selamat! Karena idealnya, orang tua perlu berbagi gaya parenting yang selaras agar kondisi tumbuh kembang anak bisa berlangsung dengan optimal. Namun jika tidak, tak perlu khawatir berlebihan, karena hal ini wajar terjadi. Lagi pula, kita tidak bisa melakukan test-drive gaya parenting sebelum memiliki anak, kan?

Meskipun begitu, hal ini perlu diatasi, Moms. Soalnya, perbedaan gaya parenting tidak hanya akan berdampak buruk pada Si Kecil, tapi juga pada pernikahan Anda. Beda pola asuh anak dapat memicu pertengkaran antara suami dan istri.

Dilansir dari Parents, berikut ini 6 cara yang disarankan oleh para ahli untuk mengatasi perbedaan gaya parenting Anda dengan pasangan.

1. Perjelas Gaya Parenting Anda

Meski sebagai pasangan tidak perlu terus selaras, sebagai individidu, ada baiknya Moms mengetahui gaya pengasuhan, keyakinan, dan kebiasaan masa kecil Anda. Setelah itu, Moms bisa memutuskan untuk menjadi orang tua yang seperti apa.

"Para orang tua yang berkonsultasi dengan saya mungkin dibesarkan dengan suatu gaya tertentu dan ingin beradaptasi," tutur Elaine Taylor-Klaus, certified professional coach for parents of complex children dan CEO website ImpactParents. Apa yang sukses di masa lalu mungkin tidak bisa diterapkan pada keluarga Anda.

2. Simpan Kritik untuk Nanti

Jika mendapati gaya mengasuh pasangan Anda bertolak belakang dengan Anda, maka lebih baik Moms membiarkannya saja hingga nanti tiba saatnya untuk membicarakannya secara pribadi, saran Bonnie Harris, M.S. Ed., spesialis pola asuh dan perilaku anak di Peterborough, Inggris. Alasannya, agar Si Kecil tidak harus menyaksikan permasalahan orang tuanya. Selain itu, langkah ini juga dapat menghindari tereksposnya salah satu orang tua sehingga berdampak baik bagi hubungan Anda dengan Dads.

3. Gunakan Sinyal saat Dibutuhkan

Menyela pasangan saat ia mendisiplinkan Si Kecil dapat berujung pada kebencian nantinya. Namun, Dads dapat membutuhkan bantuan Anda di momen-momen tertentu. Menemukan cara untuk menandakan butuhnya bantuan dapat membantu Moms dan Dads berkolaborasi dalam mengasuh Si Kecil. Elaine mengaku bahwa ia dan suaminya menggunakan kata "rope" ketika salah satu dari mereka butuh bantuan dalam menyikapi Si Kecil.

Kode ini juga tidak perlu dirahasiakan dari Si Kecil. "Tidak masalah untuk menggunakan kode yang sudah diketahui oleh Si Kecil agar Anda bisa jujur tentang emosi yang Anda rasakan. Dengan begini Anda berusaha mengatakan 'Aku ingin lebih terkontrol dan aku butuh beberapa waktu untuk mengatur emosiku'. Ini merupakan pelajaran baik bagi Si Kecil. Tidak ada yang sempurna," ujar Elaine.

4. Buat Momen untuk Bersama Pasangan

Menurut Bonnie, melindungi dan merawat hubungan Moms dengan Dads harus menjadi prioritas utama. Jika mungkin, buat malam kencan berdua secara rutin setiap minggu. Jika tidak mungkin, maka buat waktu bersama pasangan tanpa Si Kecil. Moms dan Dads bisa saja menggelar makan malam romantis di rumah setelah Si Kecil tidur atau malam menonton bersama. Hal ini bisa membantu Anda berdua untuk berdiskusi dengan tenang di suasana yang baik.

5. Cari Bantuan Ketika Dibutuhkan

Bukan hal yang aneh jika Moms kesulitan mengasuh Si Kecil jika memiliki perbedaan pendapat dengan Dads. Sebagai contoh, jika Moms adalah tipe orang tua helikopter sedangkan Dads tipe free-range, maka Anda berdua mungkin akan membutuhkan bantuan pakar guna menciptakan keseimbangan di dalam keluarga.

6. Ketahuilah, Tidak Ada yang Terlambat

Mungkin banyak pasangan membangun arah parenting sejak awal, tapi ada juga yang baru membuat setelah melihat berbagai masalah. Pertanyaannya, apakah terlambat jika hal ini dilakukan setelah masalah terjadi? Sebagai orang tua, mungkin kita sering mendengar tentang periode perkembangan yang berharga di usia awal, lalu merasa tertekan karena merasa waktu semakin habis. Tetapi, menurut Bonnie, tidak ada kata terlambat untuk melakukan perubahan di tahapan usia mana pun demi kebaikan Si Kecil.

Ia mengatakan bahwa selalu ada waktu untuk memperbaiki masalah dan Si Kecil akan tetap mendapat manfaatnya, sejauh orang tua berkolaborasi dalam gaya mengasuh mereka. "Selama ada kepercayaan, dampak positif dari perubahan selalu dapat dicapai," kata Bonnie. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)