Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Hamil dengan anak kembar tentu membahagiakan sekali rasanya ya, Moms! Kalau kata orang, hamil kembar akan mendatangkan kebahagiaan dan petualangan ganda. Meski begitu, ada kalanya kehamilan kembar mengalami gangguan yang sangat berbahaya, seperti twin anemia polycythemia sequence atau TAPS.
Kondisi ini sering dialami oleh janin kembar yang berbagi satu plasenta atau kembar monokorionik. TAPS sangat berbahaya bagi janin karena bisa menyebabkan kematian. Untuk itu, ketahui beberapa informasi penting seputar TAPS berikut ini, Moms!
Kondisi Janin Mendonorkan Darah
TAPSÂ dapat berkembang pada trimester dua ataupun trimester tiga. Kondisi ini adalah salah satu bentuk twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) yang dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan monokorionik. Pada kehamilan monokorionik, janin berbagi plasenta dan jaringan darah yang sama.
Pada kondisi ini, salah satu janin dapat kehilangan darah (janin donor) dan janin lainnya menerima darah (janin resipien). Saat TAPS terjadi, maka janin resipien berisiko tinggi mengalami polycythemia, yakni kondisi di mana terlalu banyak darah dalam tubuh. Sedangkan janin donor dapat mengalami anemia, yakni kekurangan darah.
Prevalensi dan Kecenderungan Terjadi
TAPS termasuk gangguan yang jarang terjadi. Mengutip sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Maternal-Fetal Medicine edisi Januari 2021, TAPS dapat terjadi secara spontan hingga 5% pada kembar monokorionik atau bisa meningkat sebanyak 2-16% setelah bedah laser yang belum lengkap pada janin yang memiliki TTTS.
Kematian spontan pada kembar yang mengalami TAPS, lebih sering dialami oleh janin donor (8-18%) dibandingkan oleh janin resipien (2-5%). Sebanyak 9% kembar dengan TAPS ditemukan memiliki kerusakan perkembangan sistem saraf jangka panjang, dengan janin donor berisiko 15% lebih besar mengalami gangguan kognitif dan permasalahan pendengaran.
Penyebab dan Faktor Risiko
Meski berbagi plasenta dan jaringan darah yang sama, janin kembar monokorionik tetap mendapatkan aliran darah yang seimbang. Namun, bisa saja darah mengalir tidak seimbang yang bisa berujung pada TTTS maupun TAPS. TAPS adalah bentuk kronis dari TTTS. Saking tidak seimbangnya aliran darah antarjanin, masing-masing janin akan mengalami gangguan kesehatan sejak dini, yakni anemia dan polycythemia. Hingga kini, penyebab pasti gangguan ini sendiri masih belum diketahui.
Cara Mendeteksi dan Mengatasi TAPS
TAPS dapat dideteksi melalui pemeriksaan khusus. Biasanya, TAPS didiagnosis setelah mendapati TTTS. Manajemen penanganan TAPS dapat dilakukan sebelum persalinan. Menurut para peneliti dari studi yang dimuat di Maternal-Fetal Medicine edisi Januari 2021, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain adalah:
⢠Mengawasi kondisi janin dengan metode khusus, yakni pengukuran MCA-PSV Doppler. Manajemen yang didasari pengukuran ini diharapkan dapat menghindari kehamilan dari tindakan bedah intrauterin yang berisiko menimbulkan komplikasi, sembari membiarkan kondisi ini membaik sendirinya.
⢠Pada kasus TAPS tertentu, persalinan prematur dan mengatasi kondisi anemia serta polycythemia dalam NICU dapat menjadi opsi penanganan yang tepat.
⢠IUT atau intrauterine treatment dapat dilakukan jika janin donor mengalami anemia parah.
⢠Bedah laser pada jaringan jarah di permukaan plasenta dapat dilakukan untuk membantu menangani TAPS.
â¢Â Selective feticide atau tindakan penyelamatan salah satu janin dapat dilakukan saat TAPS terjadi sangat parah atau sesuai permintaan orang tua. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)