Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Berapa Kali Frekuensi Bercinta yang Ideal dalam Seminggu?

Berapa Kali Frekuensi Bercinta yang Ideal dalam Seminggu?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Bercinta merupakan aktivitas yang dilakukan pasangan suami-istri yang tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keturunan, tetapi juga menjadi bumbu untuk menambah keharmonisan kehidupan rumah tangga. Ya, sesi bercinta memang bisa meningkatkan kadar kebahagiaan, tapi bagaimana jika terlalu sering, atau sebaliknya, jarang sekali, dilakukan?

Bicara tentang hubungan seks, banyak orang yang mungkin memiliki pertanyaan seperti itu, seberapa sering atau seberapa banyak sih, frekuensi bercinta dengan pasangan yang dianggap ideal? Apakah ada tolak ukurnya?

Jess O'Reilly, Ph.D , seorang pakar kesehatan seksual dan hubungan, mengatakan, sebetulnya tidak ada standar mengenai frekuensi hubungan seksual bagi sebuah pasangan, karena setiap pasangan punya tolak ukur yang berbeda dan dipengaruhi berbagai faktor, seperti usia, kesehatan, gaya hidup, maupun hasrat seksual masing-masing. "Terlalu banyak dan terlalu sedikit bervariasi bagi setiap orang," kata O'Reilly, seperti dilansir Womenshealthmag.com.

Kendati demikian, sebuah riset yang dilakukan University of Toronto, Kanada, menemukan adanya sebuah koneksi antara frekuensi bercinta setidaknya sekali seminggu dan peningkatan kebahagiaan. Riset di jurnal Social Psychological and Personality Science pada 2015 yang melihat data dari 2.400 pasangan juga mengungkap hal yang sama, makin sering bercinta, sebuah pasangan bisa makin bahagia. Namun, tingkat kebahagiaan ini ada di titik maksimalnya pada frekuensi bercinta sekali dalam seminggu.

Hal serupa juga diteliti oleh Carnegie Mellon University, Pittsburgh, AS, yang mengklaim bahwa terlalu sering melakukan sesi bercinta malah dapat menimbulkan kebosanan yang berdampak pada menurunnya rasa bahagia pada sebuah pasangan. "Bercinta sekali seminggu cukup untuk menjaga hubungan, dan kebahagiaan muncul dari memprioritaskan keintiman dan seks, bukan untuk mencetak skor tertentu," ungkap O'Reilly.

Frekuensi Rata-rata Pasangan Bercinta

Meskipun frekuensi bercinta tidak begitu penting, tak ada salahnya mengetahui berapa frekuensi rata-rata pasangan berhubungan seks. Data dari tim riset Seks, Reproduksi, dan Gender dari Kinsey Institute mengungkapkan bahwa orang Amerika berusia 18-29 tahun dilaporkan melakukan hubungan seks sekitar 112 kali setiap tahunnya atau sekitar dua kali seminggu, seperti dikutip dari Kompas.com.

Sementara itu, pasangan usia 30-39 tahun mengakui berhubungan seks sekitar 86 kali per tahun. Frekuensi bercinta cenderung menurun seiring bertambahnya usia sebuah pasangan, tetapi ada sekitar 28 persen orang Amerika di atas usia 45 tahun yang masih melakukan hubungan seks sekitar seminggu sekali.

"Secara garis besar, frekuensi bercinta pasangan yang paling sering dilaporkan adalah antara 3 sampai 4 kali setiap bulannya," jelas O'Reilly. Jumlah ini hampir sama dengan klaim University of Toronto yang menyatakan bahwa hubungan seks seminggu sekali bisa membawa dampak bahagia pada sebuah hubungan.

Bukan Satu-satunya Indikator Kebahagiaan Pasangan

Memang, mungkin ada pasangan yang bisa bercinta lebih dari sekali dalam seminggu atau sebaliknya. Kendati demikian, frekuensi bercinta bukanlah satu-satunya indikator kebahagiaan sebuah pasangan. Menurut O'Reilly, ada banyak orang yang hubungannya bahagia tanpa harus sering melakukan hubungan seks.

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah yang terpenting Anda dan pasangan sama-sama merasa puas saat sesi bercinta. Selain itu, para pakar juga menyarankan agar Anda dan pasangan lebih fokus pada keintiman dan komunikasi ketimbang mengkhawatirkan seberapa sering Anda berdua bercinta, apalagi sampai membandingkannya dengan pasangan lain.

Pada akhirnya, kebahagiaan Anda dan pasangan akan bergantung pada masing-masing individu, bukan semata karena faktor frekuensi seks. Sebaliknya, frekuensi hubungan seks yang tinggi juga tidak berarti hubungan sebuah pasangan lebih bahagia atau memuaskan, terutama jika hubungan seks dilakukan dengan paksaan. (M&B/SW/Dok. Freepik)