Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Banyak yang menyebut COVID-19 sebagai penyakit 1.000 wajah. Pasalnya, gejala yang diperlihatkan oleh masing-masing penderitanya bisa beraneka ragam. Selain itu, efek samping yang dialami pasien COVID-19 setelah dinyatakan negatif juga tak kalah bervariasi.
Beberapa orang mengaku masih merasakan sesak napas meski telah dinyatakan negatif dari virus corona dan sebagian lagi merasa lemas setelah menderita COVID-19. Gejala semacam itu disebut sebagai fenomena long COVID-19.
Hingga saat ini, para ahli belum sepakat tentang berapa lama fenomena long COVID-19 akan dialami para pasien yang pernah terinfeksi virus corona. Ada yang beranggapan bahwa gejala akan menetap selama 3 minggu, 12 minggu, atau 28 hari setelah kemunculan virus. Faktanya, efek samping tersebut juga berlaku berbeda bagi setiap pasien.
Berdasarkan data yang dimuat dalam akun Instagram dr. Adam Prabata @adamprabata, sebanyak 87,4 persen pasien yang dirawat inap masih merasakan minimal satu gejala sekitar 60 hari pascagejala awal muncul. Sedangkan 25,3 persen mayoritas pasien tidak rawat inap masih bergejala hingga 60 hari, dan 14,8 persen masih bergejala hingga 90 hari.
Namun sejauh ini penelitian menunjukkan bahwa fenomena long COVID-19 paling lama terjadi sekitar 7 bulan sejak gejala muncul. Gejala umum yang dirasakan pasien yang mengalami long COVID-19 antara lain:
⢠Kesulitan bernapas, batuk kering atau berdahak, dan sesak setelah berolahraga
⢠Jantung sering berdebar
⢠Merasakan nyeri di bagian dada
⢠Diare
⢠Mual dan muntah
⢠Sakit perut
⢠Mudah lelah
⢠Muncul ruam di kulit
⢠Gangguan pendengaran dan penglihatan
⢠Kehilangan penciuman dan perasa
⢠Gangguan kognitif.
Perlu diketahui, kerusakan di organ tubuh seperti jantung dan paru-paru tidak bisa langsung sembuh saat pasien dinyatakan negatif virus corona. Berikut adalah beberapa kondisi yang terjadi terhadap pasien COVID-19 berdasarkan data yang dikumpulkan dokter Adam Prabata hingga Oktober 2020.
1. Sebanyak 78 persen pasien ditemukan memiliki masalah di jantung akibat COVID-19 sekitar 71 hari setelah didiagnosis.
2. Sebanyak 60 persen pasien ditemukan adanya radang otot jantung pada sekitar 71 hari setelah didiagnosis.
3. Sebanyak 46 persen atlet penderita COVID-19 terdeteksi radang atau cedera otot jantung meski mayoritas tidak bergejala atau tidak dirawat.
4. Sebanyak 71 persen pasien COVID-19 terdeteksi memiliki kelainan paru dan penurunan fungsi paru selama 3 bulan setelah sembuh.
5. Sebanyak 75 persen pasien COVID-19 mengalami penurunan fungsi paru setelah 1 bulan sembuh.
5. Terdapat juga laporan adanya radang otak, kejang, stroke, dan perubahan mood pada pasien COVID-19 setelah 2-3 bulan terhitung sejak gejala muncul.
Faktor Risiko
Hingga saat ini belum diketahui mengapa seseorang masih merasakan sejumlah gejala atau efek samping meski hasil swab PCR-nya telah negatif atau dinyatakan terbebas dari virus corona. Akan tetapi sejumlah ahli berpendapat kondisi ini bisa terjadi karena beberapa faktor risiko, seperti:
⢠Memiliki lima gejala atau lebih pada minggu pertama sakit.
⢠Gejala lebih berat saat dinyatakan terinfeksi virus corona.
⢠Terdapat sesak napas pada gejala awal.
⢠Peningkatan usia.
⢠Peningkatan indeks massa tubuh.
Meski terkesan sepele, tetapi fenomena long COVID-19 perlu mendapat perhatian khusus karena bisa mengurangi kualitas hidup penderitanya. Bagi para pekerja, fenomena ini bisa memengaruhi kinerja mereka dalam beraktivitas. Oleh sebab itu, Anda disarankan untuk tetap berkonsultasi dengan dokter apabila masih mengalami sejumlah gejala long COVID-19. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)