Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Sebagai orang tua, Moms tentu memahami bahwa memberikan hukuman bukanlah jalan keluar untuk membuat anak lebih menurut. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa Anda perlu menemukan cara yang mampu mendisiplinkan perilaku negatif mereka.
Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan metode time-out. Efriyani Djuwita, M.Si., psikolog anak dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI, mengatakan bahwa time-out adalah salah satu bentuk disiplin di mana anak ditarik dari situasi yang menyenangkan atau nyaman karena ia telah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan.
Ini menjadi cara yang diharapkan dapat membuat anak mampu mengendalikan diri melalui sebuah proses. Penentuan time-out sendiri tidak dilakukan dengan cara memberikan batasan waktu pada anak selama ia dihukum.
Orang tua justru perlu memperhatikan sikap anak hingga ia menjadi lebih tenang dan barulah ia selesai menerima time-out. Agar tak keliru saat menerapkannya, simak rambu-rambu yang dilansir dari schoolofparenting.id berikut ini dahulu, Moms.
1. Pilih Tempat yang Nyaman
Saat menerapkan time-out, Anda perlu memilihkan tempat yang nyaman dan aman untuk Si Kecil, misalnya di tempat yang terdapat boneka kesayangannya, selimut, buku, atau mainan. Pastikan tempat tersebut bisa membuat anak mulai melupakan emosi atau melakukan aktivitas positif lainnya.
2. Berikan Pilihan
Ketika Si Kecil melakukan tindakan kurang baik, ada baiknya jika Anda menjelaskan hal tersebut. Lalu, beri pilihan untuknya tetap berdiam diri dan mengubah perilakunya atau menjalankan time-out. Keduanya tentu memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat anak belajar tentang pengendalian diri.
Apabila ia memilih time-out (secara gamblang atau tersirat), pastikan kembali apakah ia ingin menjalaninya seorang diri atau ditemani oleh Anda. Saat memberikan pilihan, Moms perlu melakukannya dengan tetap bersikap tenang dan sabar.
3. Akhiri saat Anak Mulai Tenang
Poin ini penting untuk diingat, bahwa time-out bukan diakhiri berdasarkan waktu yang telah dijalani anak. Dalam metode ini, Andalah yang bisa menentukan dengan melihat sikap anak sudah mulai tenang atau belum. Jika Si Kecil tampak kesulitan untuk tenang dan mengendalikan diri, maka Anda perlu mendekat untuk membantunya. Setelah mengetahui durasi ketenangannya, Anda akan bisa menjadikan ini sebagai patokan jika anak perlu diberikan time-out kembali atau tidak.
4. Tidak Dilakukan Bersama Saudara
Saat menerapkan time-out, biarkan Si Kecil berada di dalam ruangan seorang diri. Hindari melakukannya dengan kakak atau adik karena justru hanya akan mengalihkan fokus anak dalam proses mengendalikan dirinya sendiri.
5. Ajak Bicara Setelah Usai
Si Kecil yang sudah tenang tentu lebih mampu untuk diajak bicara. Maka setelah time-out, Anda bisa menanyakan kondisi yang dialaminya, termasuk pemicu dari kemarahan yang ia rasakan. Dengan berdiskusi inilah Anda menunjukkan keterlibatan untuk membantu anak menyelesaikan masalah dan membuatnya merasa dilindungi, bukan dibenci.
Kapan Bisa Menerapkan Metode Time-Out?
Metode ini bukan hanya sekadar hukuman, tetapi harus bisa dibangun dengan cara yang benar dan mengarah ke sisi positif. Artinya, Moms dan Dads memiliki peran besar untuk tetap mendampingi Si Kecil selama menjalani time-out tersebut. Anda pun baru bisa menerapkannya pada saat anak memasuki usia pra-sekolah (5-6 tahun).
Apabila Si Kecil sulit menenangkan dirinya setelah menjalani time-out, mungkin ada hal yang ia rasakan namun ia pendam sendiri. Pada situasi ini, Moms bisa pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis sebagai solusi untuk menangani perilaku negatif Si Kecil. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)