Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Produksi ASI Berlebih atau Hiperlaktasi, Ini Cara Mengatasinya

Produksi ASI Berlebih atau Hiperlaktasi, Ini Cara Mengatasinya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Buat para Moms, menyusui bayi selalu memiliki tantangan tersendiri. Banyak ibu menyusui yang mengeluhkan produksi ASI mereka yang terlalu sedikit, sehingga khawatir bayi mereka akan kekurangan ASI. Sebaliknya, tidak sedikit juga ibu menyusui yang justru kebingungan mengatasi masalah produksi ASI yang berlebih hingga melebihi kebutuhan bayi. Kondisi produksi ASI berlebih ini dikenal dengan hiperlaktasi.

Sekitar 3 bulan pertama kelahiran bayi, biasanya produksi ASI memang melimpah dengan sangat banyak. Akan tetapi, jika kondisi ini terus berlanjut hingga beberapa bulan berikutnya, bisa jadi Moms mengalami hiperlaktasi.

Hiperlaktasi sendiri terjadi saat tubuh memproduksi lebih banyak ASI dibandingkan yang dibutuhkan Si Kecil. Kondisi ini ditandai dengan keluarnya ASI yang begitu deras sehingga membuat bayi kesulitan menyusu dengan nyaman.

Bahkan, tak jarang ASI keluar menetes tanpa adanya rangsangan seperti dipompa atau diisap bayi. Banyak ibu hiperlaktasi yang mengalami kebocoran dan rembes ASI. Untuk itu, Moms perlu mengenali penyebab dan gejala hiperlaktasi serta cara menanganinya berikut ini.

Penyebab Hiperlaktasi

Hiperlaktasi disebabkan oleh jumlah alveoli pada payudara yang berlebih. Normalnya, jumlah alveoli pada masing-masing payudara adalah 100.000-300.000, namun ibu dengan hiperlaktasi memiliki alveoli yang melebihi jumlah tersebut.

Terkadang hiperlaktasi juga terjadi jika Anda memberikan petunjuk kepada tubuh untuk memproduksi lebih banyak ASI, misalnya dengan memompa ASI lebih banyak daripada yang dibutuhkan Si Kecil.

Selain itu, ketidakseimbangan hormon, seperti kelebihan hormon prolaktin yang bertugas merangsang produksi ASI serta perubahan hormon akibat efek samping pengobatan tertentu juga bisa menyebabkan hiperlaktasi.

Gejala Hiperlaktasi

Pada Ibu

1. Payudara Moms akan terasa sangat penuh dan kencang akibat produksi ASI yang meningkat.

2. Mengalami rembes payudara dengan frekuensi sering, walaupun Anda tengah menyusui.

3. Nyeri dan sakit pada payudara. Moms juga berisiko mengalami mastitis (peradangan pada payudara) atau saluran ASI yang tersumbat.

Pada Bayi

1. Si Kecil kemungkinan kesulitan menyusu karena derasnya ASI Anda. Ia biasanya hanya tahan menyusu selama 5-10 menit saja.

2. Si Kecil juga mungkin akan mengalami cegukan, tersedak, dan bahkan mengeluarkan ASI setelah menyusu. Hiperlaktasi memang kadang disalahartikan sebagai refluks.

3. Si Kecil menolak menyusu langsung dari payudara.

4. Si Kecil akan mudah kenyang sebelum mendapatkan ASI yang kaya lemak. Hal ini menyebabkan ia mendapatkan terlalu banyak laktosa, sehingga menunjukkan gejala seperti kolik, mengalami perut yang selalu bergas, tinja yang banyak dan berwarna hijau gelap, serta sering buang air kecil.

5. Si Kecil memiliki berat badan yang terlalu rendah atau bahkan terlalu tinggi.

Cara Mencegah dan Mengatasi Hiperlaktasi

Jika Anda mengalami gangguan hiperlaktasi, segera berkonsultasilah dengan ahli laktasi. Moms mungkin akan disarankan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:

• Sebelum menyusui, pompa terlebih dahulu payudara untuk mengurangi arus ASI yang keluar. Namun jangan pompa secara berlebihan, cukup memompa hanya untuk mengurangi arus ASI.

• Susui Si Kecil saat ia sedang tak terlalu lapar atau ketika ia baru bangun tidur. Dengan begini, ia akan cenderung mengisap dengan lembut. Isapan yang lembut akan lebih sedikit merangsang payudara sehingga mengeluarkan ASI yang tak terlalu deras.

• Menyusui dengan posisi tertentu bisa membantu Si Kecil menghadapi arus ASI. Cobalah menyusui dengan posisi Si Kecil sedikit duduk.

• Jika Si Kecil tampak kesulitan menyusu, lepaskan ia sejenak dari payudara dan sendawakan ia, baru kemudian kembalikan pada posisi menyusu.

• Jika semua cara tidak berhasil, mintalah bantuan dokter. Biasanya beberapa obat bisa membantu. (M&B/SW/Dok. Freepik)