Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Deretan Mitos dan Fakta Seputar Menyusui saat Hamil

Deretan Mitos dan Fakta Seputar Menyusui saat Hamil

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kehadiran seorang anak merupakan sebuah anugerah. Namun kehamilan yang tidak direncanakan sering kali membuat para Moms merasa resah. Bagaimana tidak? Saat si kakak masih menyusu, Anda sudah hamil adiknya.

Kondisi ini pun kerap menimbulkan kegalauan. Apakah pemberian ASI bisa diteruskan atau perlu dihentikan? Faktanya, banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat soal menyusui kala hamil. Yuk cek kebenarannya berikut ini, Moms!

Menyusui Bisa Memicu Keguguran dan Kelahiran Prematur

Moms tentunya sudah tahu bahwa saat menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin yang berfungsi untuk mendorong keluarnya air susu ibu atau ASI dari kelenjar payudara. Di sisi lain, hormon oksitosin juga berperan dalam memicu terjadinya kontraksi pada rahim saat persalinan. Hal inilah yang memunculkan anggapan bahwa menyusui bisa menyebabkan keguguran.

Namun sesungguhnya jumlah hormon yang dikeluarkan selama menyusui jauh lebih sedikit dibandingkan saat proses persalinan. Dengan begitu, risiko untuk terjadinya keguguran dan persalinan prematur sangatlah kecil.

Saat menyusui dalam keadaan hamil, perut Moms mungkin akan terasa sedikit kencang. Sebagian ibu bahkan merasa agak mulas. Akan tetapi selama hal tersebut hanya dirasakan sesaat saja dan hilang dengan sendirinya, artinya Moms bisa terus menyusui si kakak meski tengah mengandung sang adik.

Menyusui Akan Menghambat Pertumbuhan Janin

Anggapan ini muncul karena adanya dugaan bahwa nutrisi dari makanan ibu banyak tersalurkan ke ASI sehingga janin akan mengalami kekurangan gizi dan gangguan tumbuh kembang. Namun penelitian menunjukkan bahwa menyusui selama hamil tidak memengaruhi berat badan janin. Jika Moms memang sangat khawatir pertumbuhan janin akan terganggu, Anda bisa berhenti menyusui ketika kehamilan memasuki trimester tiga. Pasalnya, di trimester ini janin mengalami pertambahan berat badan yang paling banyak.

ASI Berkurang saat Hamil

Selama kehamilan, tubuh Anda akan terus meningkatkan produksi hormon estrogen untuk mempertahankan janin dalam rahim. Di sisi lain, estrogen juga bisa menurunkan produksi ASI. Selain itu, menjelang trimester ketiga, ASI perlahan berubah menjadi kolostrum guna persiapan menyusui bayi yang akan lahir. Hal ini dapat membuat rasa ASI berubah sehingga si kakak mungkin akan berhenti menyusu karena tidak suka dengan rasanya.

Selain itu, Moms juga mungkin akan merasakan nyeri pada puting dan payudara karena perubahan hormon selama masa kehamilan. Bukan tak mungkin, kondisi tersebut membuat frekuensi menyusui Anda semakin berkurang. Saat frekuensi menyusui berkurang, maka produksi ASI juga akan ikut berkurang. Ingat ya Moms, produksi ASI bergantung pada seberapa sering Anda menyusui Si Kecil.

Jika produksi ASI mulai menipis dan si kakak sudah berusia 6 bulan, maka Moms bisa melengkapi kebutuhan nutrisinya dengan memberikan makanan pendamping ASI atau MPASI. Anda juga bisa memberikan sumber nutrisi lain yang aman dan disesuaikan dengan kebutuhan Si Kecil.

Menyusui Membuat Ibu Kekurangan Nutrisi

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang menyusui dapat mengalami penurunan cadangan lemak, hemoglobin (sel darah merah), dan berat badan. Namun hal ini dapat diatasi dengan asupan makanan bergizi yang cukup serta konsumsi suplemen prenatal secara rutin sejak kehamilan trimester pertama.

Pada trimester pertama, ibu hamil biasanya akan mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan lemas. Terkadang, berbagai keluhan tersebut membuat Anda malas untuk makan. Akan tetapi Moms tetap harus makan agar kebutuhan nutrisi tubuh Anda dan janin tetap terpenuhi.

Jadi Moms, menyusui saat hamil sesungguhnya diperbolehkan selama kandungan Anda dalam kondisi sehat. Menyusui sebaiknya tidak dilakukan apabila kehamilan Anda berisiko tinggi, hamil anak kembar, dan terdapat keluhan nyeri perut bawah atau perdarahan dari jalan lahir. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)